Seri Tribun Inspiratif
BERJIHAD dalam pandangan Sekretaris Majelis Syuro Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan M Sirajuddin bisa dilakukan dalam beragam rupa. Dengan syarat untuk kebaikan banyak orang. Satu di antaranya adalah bersungguh-sungguh membantu pencegahan kebakaran karena arus pendek (korslet).
BERJIHAD dalam pandangan Sekretaris Majelis Syuro Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan M Sirajuddin bisa dilakukan dalam beragam rupa. Dengan syarat untuk kebaikan banyak orang. Satu di antaranya adalah bersungguh-sungguh membantu pencegahan kebakaran karena arus pendek (korslet).
Kenapa arus pendek? Karena dari banyak kasus kebakaran,
khususnya di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi
Tenggara (Sultanbatara), korslet menjadi faktor dominan penyebab
kebakaran tersebut.
![]() |
M Sirajuddin/Grafis: Lili Tribun |
Dengan niat jihad mencegah kebakaran akibat listrik itulah
Sirajuddin bersedia bergabung di Komite Nasional Keselamatan untuk
Instalasi Listrik (Konsuil) wilayah Sultanbatara pada 2010 lalu. Konsuil
adalah lembaga independen yang diberi kewenangan Undang-Undang sebagai
pemeriksa instalasi listrik.
Misi lembaga ini adalah melindungi keselamatan manusia, harta benda,
instalasi listrik dan lingkungan terhadap bahaya yang timbul karena
listrik, dengan selalu berupaya melaksanakan pemeriksaan apakah
instalasi terpasang sudah sesuai dengan standar instalasi yang berlaku.
“Jujur saja, sangat banyak rumah warga instalasi listriknya tidak
aman. Di antaranya karena instalasi listriknya menggunakan peralatan
yang tidak berstandar nasional (SNI). Ini karena banyak instalatur
‘nakal’. Demi mengejar banyak untung, peralatan instalasi yang dipasang
di rumah-rumah warga pun sembarangan,” ungkap Sirajuddin di Makassar,
Kamis (28/2/2013).
Menurutnya, banyak pemilik rumah tak menyadari apakah instalasi
listrik di rumahnya termasuk aman atau tidak. Kebanyakan warga percaya
saja bahwa ketika rumahnya telah memeroleh pasokan listrik, maka tak
perlu lagi ia mengecek keamanan instalasi listriknya.
“Padahal, instalasi listrik yang mengabaikan peralatan berstandar
SNI, gambar instalasi yang benar, polarisasi pemasangan dan mengabaikan
pembumian jaringan arus listrik adalah beberapa faktor yang berpotensi
menimbulkan korslet,” papar Sekretaris Forum Umat Islam (FUI)
Sulawesi Selatan ini.
Walau dikenal sebagai pendakwah dan aktivis di beberapa ormas Islam,
Sirajuddin bukan orang baru dalam urusan listrik. Ayah enam anak ini
pernah bekerja di PLN selama 30 tahun. Ia pensiun dari PLN dengan
jabatan terakhir sebagai Ahli Kinerja Proyek Induk PLN Kalimantan pada 1
November 2000 lalu.
Menurut Sirajuddin, mengemban tugas mulia yakni melindungi konsumen
listrik rupanya tak selalu berjalan mulus. Buktinya, peran konsuil kerap
dianggap pengganggu bagi para instalatur ‘nakal’. Ini karena sesuai
aturan, rumah warga tak boleh langsung diberi listrik jika konsuil belum
memeriksa dan mengeluarkan sertifikat kelayakan instalasi listrik
pemohon.
“Sementara sebagian instalatur inginnya cepat dan tak ingin
peralatan instalasi yang dikerjakannya itu diperiksa konsuil. Hal inilah
yang terjadi sebelum konsuil hadir di wilayah Sultanbatara pada 2010
lalu,” jelas Pengurus Cabang Muhammadiyah Kota Makassar ini.
Walau kerap dituduh sebagai ‘pengganggu’ bagi sebagian pengusaha
instalasi, Sirajuddin kukuh pada pendiriannya. “Sebab melindungi
konsumen listrik dari bahaya kebakaran akibat listrik juga adalah bagian
dari jihad,” katanya. (jumadi mappanganro)
Kerap Dimatai-matai Intel
SIRAJUDDIN termasuk sosok yang
sejak mahasiswa hingga kini di usia 62 tahun lebih ini, selalu terlibat
dalam organisasi pergerakan Islam. Waktu masih tercatat sebagai
mahasiswa IKIP Yogyakarta, ia pernah dipercaya sebagai anggota Presidium
Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam (KAMI) Yogyakarta dan Ketua Pelopor
Mahasiswa Indonesia Yogyakarta pada tahun 1966 .
Setamat kuliah, ia kemudian memilih menjadi karyawan Perusda Listrik
Sulsel pada 1969 hingga berubah menjadi PLN. Semasa menjadi karyawan di
perusahaan negara itu, suami Hj Marwah ini tetap terlibat dalam
organisasi Islam yakni Persyarikatan Muhammadiyah.
Saat pensiun dari PLN, Sirajuddin terlibat mendirikan KPPSI Sulsel.
Saat Kongres Umat Islam (KUI) pertama yang berlangsung di Makassar 19-21
Oktober 2000, ia diberi amanat sebagai Sekretaris Majelis Syuro KPPSI.
“Sejak itu, saya merasa kerap dimatai-matai intel. Terlebih saat Agus
Dwikarna ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam jaringan teroris.
Mungkin karena saya diketahui salah satu orang dekat dengan Agus yang
saat itu menjabat Panglima Laskar Jundullah, salah satu sayap organisasi
bentukan KPPSI,” ujar Sirajuddin di Makassar, Kamis (28/2/2013).
Tak hanya KPPSI, Sirajuddin bersama Andi Patabai Pabokori yang saat
itu menjabat Kepala Dinas Pendidikan Sulsel dan beberapa pemimpin ormas
Islam di Sulsel juga terlibat mendirikan Forum Umat Islam (FUI) Sulsel.
Di organisasi yang dibentuk di Makassar pada 16 Juni 2008 lalu ini,
Sirajuddin lagi-lagi dipercaya sebagai sekretaris jenderal.
“Entah mengapa, di beberapa ormas Islam, saya selalu dipercaya
sekretaris,” ujar Sirajuddin yang telah menulis beberapa buku dan masih
kerap menulis artikel populer untuk media massa ini. (jumadi
mappanganro)
Data Diri
Nama: HM Sirajuddin
Lahir: Palopo, 21 Oktober 1944
Istri: Hj Marwah
Anak: enam orang
Pekerjaan: Kepala Bagian Administrasi Keuangan Konsuil Sultanbatara
Organisasi:
- Sekretaris Majelis Syuro KPPSI Sulsel
- Sekretaris Forum Umat Islam Sulsel (2008-sekarang)
- Pengurus Cabang Muhammadiyah
Catatan: Tulisan di atas dimuat di rubrik Tribun Inspiratif edisi cetak Tribun Timur, Jumat 1 Maret 2013
Komentar
Posting Komentar