![]() |
Pemilik Radio Gamasi FM Abdul Hamid / Foto milik: Jumain Sulaiman-FAJAR. |
JANGAN kaget dulu dengan judul di atas. Sebab hinaan dari sang paman yang dialami Abdul Hamid, pendiri sekaligus pemilik Radio Gamasi FM, itu terjadi pada 1971.
Ceritanya, kala itu Hamid diajak pamannya menjadi pegawai honorer di Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Bagian Pembangunan Masyarakat Desa.
Pamannya prihatin melihat
Hamid setiap hari banyak menghabiskan waktunya hanya bercuap-cuap di radio,
hobi sekaligus pekerjaan yang digelutinya sejak 1969.
“Ketika itu paman saya pernah bilang, kamu harus jadi pegawai. Sebab
bekerja di radio, hanya kasi habis pantat dan celana saja. Susah sukses
di radio,” kenang Hamid di Warkop Olala, Panakkukang, Makassar, awal Maret 2013 lalu.
Kata-kata yang terkesan menghina pekerjaan sebagai penyiar itu
membuat Hamid tersinggung.
Namun karena yang ucapkan adalah pamannya, ia
tak berani menunjukkan ketersinggungannya.
Hamid patuh. Ia pun menurut
kemauan pamannya agar ia bekerja sebagai pegawai honorer di kantor
pemerintah sembari menanti pengangkatan pegawai.
Namun baru seminggu bekerja di kantor pemerintah, sulung dari lima
bersaudara ini merasa tak betah. Ia pun gelisah.
Akhirnya, Hamid keluar
dan tak mau lagi datang berkantor sebagai pegawai pemerintah.
Hamid
memilih kembali bekerja sebagai penyiar di radio. Kendati honor penyiar
kala itu sangat minim. Bahkan kadang tak memeroleh honor.
Waktu diketahui berhenti sebagai honorer dan kembali bekerja di radio, paman Hamid marah.
Dalam hatinya, ia pun bertekad membuktikan ke pamannya bahwa ucapannya yang menyebut jadi penyiar itu hanya habiskan pantat dan celana saja itu keliru.
"Saat itu saya menjadi penyiar di Radio Gandaria” tutur Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI)
Sulawesi Selatan ini.
Kala itu, Hamid masih harus menumpang naik sepeda bersama rekannya
setiap kali pergi dan pulang dari Radio Gandaria.
Radio milik Rahman Ambo ini beralamat di Jl Buru, Makassar. Saat itu
Hamid tinggal bersama orangtuanya di Jl Sungai Limboto, Makassar.
Pilihan Hamid yang setia bekerja di radio, sedikit demi
sedikit hasilnya menggembirakan.
Tak sampai 10 tahun sejak
meninggalkan pegawai honor di kantor pemerintah, Hamid mampu membeli
satu unit mobil. Saat itu, ia masih bujangan.
Ketika mengetahui Hamid sudah punya mobil, pamannya yang sempat
memandang sebelah mata pekerjaan penyiar itu kaget.
"Mungkin dia tak
sangka saya bisa beli mobil dengan bekerja di radio,” tuturnya.
Kejayaan
Hamid pun kian menanjak saat keluar dari Radio Gandarai lalu bersama
sejumlah rekannya mendirikan Radio Gamasi FM.
Radio ini didirikan pada
28 Juni 1980. Pertama kali mengudara dari Jl Gunung Nona, Makassar.
Lewat Radio Gamasi FM itulah Hamid merasa bahwa pilihan hidupnya
yang memilih bekerja hingga memiliki radio sudah tepat.
Sebab melalui
radio yang terkenal dengan tagline-nya Gaya Makassar Ada di Sini,
Hamid merasakan kebahagiaan seperti kebahagiaan kebanyakan pengusaha
sukses.
Kekeluargaan
Sekitar 10 tahun berkantor di Jl Gunung
Nona, Radio Gamasi FM akhirnya pindah di Kompleks Marindah B2, Jl
Veteran Selatan, Makassar.
Di kompleks inilah Radio Gamasi memiliki
kantor tetap dan bertahan hingga kini.
Agar para karyawan dan penyiarnya bisa bertahan, kata Hamid, ia
membangun suasana kerja bernuansa pertemanan, kebersamaan, dan
keceriaan.
“Kami upayakan karyawan radio kami seperti keluarga semua.
Jadi kalau ada masalah, selalu kami selesaikan dengan semangat
kekeluargaan,” katanya.
Pengalaman Abdul Hamid tersebut kian membuktikan bahwa hinaan tak selamanya buruk.
Jika hinaan itu direspon secara positif, justru
bisa menjaga energi besar untuk meraih kesuksesan.
Abdul Hamid, pendiri
dan pemilik Radio Gamasi FM, adalah satu di antara tokoh yang merasa
kesuksesan yang dialami saat ini turut dipengaruhi karena hinaan.
Dangdut dan Lagu Daerah
BAGI
warga Kota Makassar dan sekitarnya, Radio Gamasi FM sudah sangat
familiar.
Pasalnya, inilah radio lokal yang konsisten menyiarkan musik
dangdut dan lagu-lagu Bugis dan Makassar sesuai tagline-nya Gaya
Makassar Ada di Sini.
Beberapa program acara radio ini pun disukai banyak orang. Di
antaranya program Dialog Masalah Islam (Damai).
Tambara yang berisi
tanya jawab soal kesehatan dan obat tradisional. Juga ada Paccarita
singkatan dari Panggung Canda dan Tawa.
Banyak program acara radio ini
menggunakan istilah dalam bahasa Bugis dan Makassar.
Padahal, Abdul Hamid, sang pendiri dan pemilik radio yang
dipancarkan melalui frekuenzi 105,9 FM, ini adalah keturunan orang Jawa.
Lalu dari mana inspirasi Hamid hingga menamakan radionya dengan nama
Radio Gamasi dan alasannya memilih konsisten dengan musik dangdut dan
lagu-lagu Bugis-Makassar?
Nama Gamasi itu rupanya diambil dari nama Radio Gamasi, sebuah radio
amatir tempat Hamid dulu juga bekerja sebagai penyiar.
Namun radio ini
hanya mengudara sebentar. Lalu bubar tahun 1969.
"Tapi ketika itu belum
ada tagline Gaya Makassar Ada di Sini,” kenangnya sembari menyeruput
kopi hangat.
Hamid beralasan, kebijakan memutar lagu dangdut karena pada era
1980-an, lagu dangdut sedang berjaya.
Penyanyi-penyanyi orkes pun bangga
dan selalu saja menyanyikan lagu dangdut.
Bioskop Dewi yang pernah jaya
di Makassar ketika itu sering menayangkan film-film India dan film Roma
Irama.
Setiap film India maupun film Rhoma, Bioskop Dewi pun disesaki
penonton.
Pokoknya era itu era demam dangdut. Makanya Gamasi saat itu memilih
menjadi radio dangdut.
"Biar ada warna lokalnya, kami juga memutar
lagu-lagu daerah khususnya Bugis dan Makassar. Alhamdulillah, pendengar
kami terus bertambah,” cerita Hamid.
Saat radio lokal lain banyak yang ramai-ramai memutar lagu pop dan
meninggalkan lagu dangdut dan lagu Bugis Makassar, Gamasi tetap
konsisten.
“Hingga sekarang, sedikit pun saya belum pernah berencana
mengubah aliran atau citra Radio Gamasi sebagai radio dangdut dan lagu
daerah ke aliran musik lain,” katanya.
Kekonsistenan Hamid itu pun membuah hasil. Omsetnya pun terus
menanjak.
Ini karena banyak perusahaan memercayakan iklannya disiarkan
di Radio Gamasi FM.
Ini bisa dimaklumi karena berdasarkan riset Nielsen,
di segmennya, radio ini memiliki jumlah pendengar terbanyak dibanding
radio lainnya di Sulsel.
Sejumlah artis dangdut asal Jakarta pun selalu menyempatkan
berkunjung dan berdialog di Radio Gamasi saban datang di Kota Makassar.
Tak sedikit tokoh atau pejabat lokal maupun nasional sukarela
meluangkan waktunya jika diundang siaran langsung melalui radio ini.
Ya
itulah buah dari sikap konsisten dan ketepatan memilih jalur profesi dan
aliran musik. (jumadi mappanganro)
Data Diri
Nama: Abdul Hamid
Lahir: Makassar, 30 Agustus 1948
Saudara: Sulung dari 5 bersaudara
Istri: Hasnah Hamid
Anak: Tiga orang
Pekerjaan: Owner Radio Gamasi
Organisasi: Ketua PRSSNI Sulsel
Ayah: Sadariah
Ibu: Sutinah
Komentar
Posting Komentar