Asyiknya Bersepeda ke Tempat Bersejarah

Catatan dari Fun Bike Merah Putih 2009

HARI masih subuh. Udara dingin di luar rumah masih terasa hingga di dalam kamar. Kulirik jam di handphone, rupanya telah menunjukkan pukul 04.40 wita. Saya bergegas mandi. Lalu salat subuh. Setelah itu barulah mempersiapkan diri untuk mengikuti Fun Bike Merah Putih 2009 yang digelar Bike to Work Chapter Makassar, Minggu (16/08/09).

Istriku pun sudah bangun membantu menyediakan air minum yang akan kubawa bersepeda. Hari ini baru lagi bersepeda bersama komunitas pesepeda di Makassar, setelah lebih dua bulan tak pernah bergabung dengan mereka menyusuri jalan-jalan di kota ini saban Minggu pagi.

Setelah kurasa cukup dengan bekal, dari rumah mertua di Jl Landak, Makassar, saya pun meluncur dengan sepeda Polygon jenis Premier ke rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) . Saat tiba, rupanya sudah ada ratusan pesepeda berkumpul dan bersiap-siap start. Fun bike kali ini dilepas Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.

Pagi itu, panitia mengklaim, tidak kurang 700-an pesepeda dari berbagai komunitas bersepeda di Makassar mengikuti Fun Bike Merah Putih 2009. Tidak hanya kalangan dewasa, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar hingga manula, meramaikan kegiatan ini.

Dari ratusan pesepeda itu tampak ikut di antaranya Syahrul Yasin Limpo dan beberapa pejabat di lingkup Pemerintah Provinsi Sulsel seperti Kadis Pendidikan Andi Patabai Pabokori dan Kadis Kesehatan Dr Rachmat Latief SpPD.

Karena digelar dalam rangka memperingati Dirgahayu ke-64 Kemerdekaan Republik Indonesia, para peserta umumnya mengenakan kostum merah putih. Ada juga peserta yang tampil nyentrik dengan berkostum mirip ala pejuang kemerdekaan. Ada juga yang mengenakan kostum ala kompeni. Mereka yang tampil nyentrik ini adalah para pecinta sepeda ontel yang tergabung dalam Komunitas Sepeda Tua Makassar (Kostum).

Fun bike kali ini berbeda dengan acara yang serupa yang pernah digelar sebelumnya. Pasalnya, kali ini para peserta fun bike digiring untuk mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang ada di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Di antaranya adalah rumah jabatan (rujab) gubernur yang menjadi titik start peserta fun bike. Rujab gubernur yang berlokasi di Jl Jenderal Sudirman, bukan tanpa alasan dipilih sebagai tempat start.

"Kita pilih karena rujab ini adalah juga tempat bersejarah. Gedungnya merupakan peninggalan pemerintahan Belanda saat masih berkuasa di Makassar. Gedung ini kini masuk cagar budaya Sulsel yang dilindungi negara," tutur Ano Suparno, Ketua Bike to Work Chapter Makassar, yang ditemui di sela-sela touring, kemarin.

Dari rujab, peserta kemudian menuju etape dua dengan melintas Jl Dr Sam Ratulangi, Jl Landak Baru, Jl Sultan Hasanuddin dan Jl Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa. Etape kedua adalah Makam Raja-Raja Gowa di Kelurahan Katangka, Gowa.

Kawasan ini terletak di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, sekitar 1,5 kilometer (km) dari Sungguminasa, ibu kota Kabupaten Gowa atau sekitar 9 km dari Kota Makassar. Kawasan ini juga tak jauh dari makam Pahlawan Nasional Syekh Jusuf atau tokoh yang dijuluki Tuanta Salamaka, pemimpin yang membawa keselamatan umat.

Di lokasi inilah para peserta fun bike istirahat. Sembari mendengarkan panitia mengumumkan nomor undian yang berhak mendapatkan beberapa hadiah door prize yang diumumkan panitia, para pesepeda ini sebagian memanfaatkan dengan melihat-lihat makam dan masjid tua yang ada di kawasan ini.

Makam Raja Gowa
SALAH satu makam yang ada di Taman Makam Raja-Raja Gowa yang kami kunjungi adalah makam Raja Gowa ke 16, I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe (11 Januari 1631 1 Juni 1670).

Dari catatan sejarah yang kami tahu, Mallombasi kemudian mendapat gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana atau lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin setelah dirinya memeluk agama Islam. Karena keberaniannya, Belanda menjulukinya De Haantjes van Het Oosten atau Ayam Jantan dari Benua Timur.

Di kawasan ini, tak hanya makam bisa dijumpai. Sebuah masjid tertua di Sulawesi Selatan juga ada di sini. Namanya Masjid Katangka. Masjid ini merupakan peninggalan sejarah kebangkitan Islam yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu situs sejarah dan purbakala.

Melihat arsitektur Masjid Katangka sangat mirip arsitektur masjid Demak. Dari catatan sejarah, masjid ini tercatat dibangun tahun 1603 pada masa pemerintahan Raja Gowa ke 14, Sultan Alauddin, Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Alauddin tak lain adalah kakek dari Sultan Hasanuddin.

Masjid ini dibangun di atas areal seluas 610 meter persegi. Luas bangunannya sekitar 212,7 meter persegi. Masjid ini dikelilingi pagar besi dengan tiang pagar dari tembok, menghadap ke timur, memiliki halaman depan, mempunyai serambi dan ruang utama.

Di tempat inilah peserta Fun Bike Merah Putih 2009 yang turut didukung Tribun Timur ini berfoto-foto. Setelah dirasa cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju etape tiga yakni Benteng Somba Opu melalui Jl Malengkeri dan Jl Daeng Tata.

Tak kalah dengan nilai sejarah Makam Raja-Raja Gowa, benteng yang berada dalam wilayah administrasi Kota Makassar ini juga punya nilai historis. Benteng ini dibangun pada abad 15, tepatnya pada 1525 atau masa Raja Gowa ke-9, Daeng Matanre Karaeng Tumaparisi Kallonna (1510-1546). Pada abad ke-16, benteng yang terbuat dari batu merah ini pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan rempah di Indonesia.

Namun karena merasa tersaingi, Belanda kemudian menyerang, menduduki, dan menghancurkan benteng ini dalam perang yang dikenal Perang Makassar (1655-1669). Saat itu Kesultan Gowa dipimpin Sultan Hasanuddin. Benteng ini kemudian rusak akibat sering teredam ombak pasang. Belakangan atau pada 1980-an, sejumlah ilmuan menemukan puing-puing dari sisa-sisa benteng ini.

Sayangnya, nasib kawasan Benteng Sombaopu yang menjadi tanggungjawab Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Selatan sangat memperihatinkan. Perawatan benteng ini bagai tak terurus. Untungnya, kawasan ini cukup teduh karena masih banyaknya pohon yang tumbuh di area ini.

Hal ini membuat peserta fun bike merasa nyaman beristirahat untuk melepas lelah sembari mendengarkan panitia membacakan pemenang undian door prize. "Mestinya pemerintah serius merawat kawasan ini jika ingin menjadi lokasi wisata yang banyak dikunjungi orang," tutur Parman, salah seorang peserta fun bike.

Kegiatan Pariwisata
FUN bike dengan menyusuri tempat-tempat bersejarah yang ada di Kota Makassar dan Gowa seperti yang dilakukan Bike To Work Chapter Makassar bisa menjadi salah contoh upaya menumbuhkan semangat mencintai tempat-tempat bersejarah yang ada di daerah ini.

Pemerintah Kota Makassar atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui dinas pariwisata dan kebudayaannya pun bisa melirik kegiatan tersebut sebagai event pariwisata. Kenapa tidak.

Penulis berkeyakinan fun bike dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di daerah ini memiliki daya tarik tersendiri. Minimal masyarakat Kota Makassar dan sekitarnya punya alternatif kegiatan hiburan bernuansa pendidikan sejarah dan nasionalisme.

"Selain biayanya sangat murah, dengan event ini masyarakat secara tidak langsung diajak berolahraga, mengurangi polusi akibat kendaraan bermotor, dan insya Allah mereka bakal lebih peduli lagi dengan kelestarian tempat-tempat bersejarah yang dikunjungi itu," tutur Ahmad K Syam, salah seorang pencinta sepeda di kota ini.

Yang menggembirakan, karena saat ini mereka yang menyenangi olahraga bersepeda itu tak lagi hanya kalangan orang dewasa, melainkan anak kecil, remaja, hingga manula pun senang. Setidaknya hal ini tergambar saat Fun Bike Merah Putih 2009 yang digelar Minggu (16/8) lalu.

Para pejabat yang memiliki kekuasaan di daerah ini pun setali tiga uang. Mereka kini doyan bersepeda. Mereka di antaranya Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Djoko S Utomo, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang, dan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin.

Dengan demikian, jika dinas pariwisata atau agen travel atau kelompok masyarakat yang mau menjadikan fun bike dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di daerah ini, bakal disambut positif para pemegang kekuasaan tersebut.

Namun guna menyelaraskan dengan harapan itu, pemerintah dituntut lebih memperhatikan lagi kondisi tempat-tempat bersejarah di daerahnya.

Perhatian itu bisa berupa disediakannya dana dalam APBD yang cukup untuk merawat tempat-tempat bersejarah tersebut. Ini agar mereka yang berkunjungi di tempat bersejarah itu tak kecewa karena prihatin melihat kondisinya yang bagai tak terurus seperti nampak pada pengelolaan kawasan Benteng Sombaopu. (jumadi mappanganro)

Komentar