Dari Hadramaut Sebarkan Islam di Makassar

Mengenal Komunitas Arab di Makassar

SALAH satu komunitas suku yang berperan terhadap penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar, adalah suku Arab. Hingga kini, keturunan suku Arab di kota ini masih banyak bisa dijumpai.

Profesi keturunan mereka pun kini tak lagi hanya berdagang atau sebagai penyiar Islam sembari berdagang, seperti kakek- nenek mereka di awal menjejakkan kaki di Kota Makassar.

"Kini profesi orang keturunan Arab di kota ini cukup beragam, mulai sebagai pedagang, muballig, akademisi, birokrat, hingga militer. Pokoknya, hampir semua profesi ada saja orang keturunan Arab," ujar Ketua Yayasan Jamiatul Ittihad Wal Muawwana (JIWA) Dr HS Agil Alatas saat ditemui Tribun beberapa waktu lalu.

Yayasan JIWA adalah organisasi yang menghimpun para keturunan Arab yang bermukim di Kota Makassar dan sekitarnya. Yayasan ini berkantor di Jl Sungai Poso, Makassar.

Menurut Agil, orang keturunan Arab yang ada di Makassar maupun di Indonesia, umumnya berasal dari Hadramaut (Yaman) yang kemudian beranak-pinak di kota ini.

Keberadaan para keturunan Arab di kota ini awalnya banyak bermukim di sekitar Jl Lombok, Jl Nusantara, dan beberapa titik di Kecamata Wajo. Namun seiring perkembangan kota dan kedatangan penduduk dari luar Makassar, banyak keturunan Arab itu kemudian hidup berpencar.

Jumlah warga keturanan Arab yang berdomisili di Makassar saat ini diperkirakan sekitar 200 kepala keluarga. Guna terus mempererat hubungan persaudaraan di antara mereka, komunitas ini kerap melakukan kegiatan pengajian rutin.

Sebagian kegiatan mereka, khususnya kaum wanita, dipusatkan di Gedung Ittihad yang terletak di Jalan Sungai Poso. Sedangkan kaum pria, digelar di Masjid As' Said yang berlokasi di Jl Lombok.

Komunitas Arab ini juga telah memiliki lembaga pendidikan yang didirikannya yakni SMP Ittihad dan SMA Ittihad. Melalui aktivitas di masjid dan sekolah yang didirikan komunitas inilah sejumlah ulama dan cendekiawan kota ini dihasilkan. (jumadi mappanganro)

(terbit dalam edisi khusus Idulfitri, 21 Oktober 2009)

Komentar