Masjid As' Said Kini Lebih 1 Abad

SALAH satu bangunan peninggalan warga keturunan Arab yang terbilang tua di Kota Makassar adalah Masjid As' Said. Usia bangunan masjid tersebut sudah lebih satu abad atau tepatnya 104 tahun.

Masjid yang berlokasi di Jl Lombok ini pertama kali dibangun pada tahun 1905 lalu. Namun baru bisa dimanfaatkan untuk salat berjamaah pada tahun 1907. Karena pendirian masjid ini dirintis pertama kali oleh penganut ajaran Islam dari keturunan Arab dan sering dijadikan pusat pertemuan komunitas Arab, masjid ini pun kerap disebut Masjid Arab.

Menurut Imam Masjid As' Said, Sayyid Alwi Bafaqih (38), masjid ini awalnya terbuat dari kayu. Luas tanahnya tak seberapa alias seluas bangunan masjid atau sekitar 200 meter persegi.

Namun setelah beberapa kali direnovasi, kini bangunan masjid ini umumnya telah terbuat dari batu merah. Luasnya pun sudah lebih 2.100 meter persegi. Selain lahan untuk bangunan masjid, juga masih ada lahan kosong untuk parkir.

"Ini berkat partisipasi banyak pihak, sehingga sedikit demi kami bisa membebaskan lahan di sekitar masjid ini. Tentu saja dengan ada ganti rugi yang harus kami bayar," jelas Alwi saat ditemui Tribun di Masjid As' Said, pekan lalu.

Kendati beberapa kali renovasi, bentuk asli bangunan ini tetap dipertahankan. Bentuknya adalah perpaduan model masjid Timur Tengah dengan masjid Nusantara.

"Interior dan eksterior masjid ini, mirip masjid-masjid di Timur Tengah. Tapi kalau kita lihat kubah masjid ini, ada kemiripan model kubah Masjid Demak," tambah alumnus Pesantren Bangil, Jawa Timur, ini.

Sejak berdiri hingga kini, masjid ini telah mendaulat 12 imam. Imam pertama masjid ini adalah Habib Ali bin Abdurrahman Shihab atau kakek dari mantan Menteri Agama RI dan ahli tafsir Al Quran, Prof Dr Quraish Shihab.

Selain model bangunannya, ada satu hal yang tetap dipertahankan di masjid ini yakni jamaahnya tak ada wanita. Makanya salat lima waktu maupun salat sunat tarawih dan witir di masjid ini, hampir tak pernah terlihat ada wanita yang ikut salat berjamaah.

"Kalau ada wanita yang salat berjamaah di masjid ini, itu biasanya karena tidak tahu dan pasti itu bukan keturunan orang Arab," papar Alwi.

Menurutnya, mungkin sebagian umat Islam menilai masjid ini agak aneh, karena berbeda dengan masjid kebanyakan di Indonesia yang umumnya ada jamaah pria dan wanita.

"Tapi kalau kita lihat masjid-masjid di Timur Tengah, kecuali masjid yang diziarahi seperti Masjidil Haram, Masjid Kuba, Masjid Aqsa, dan Masjid Madinah, itu juga umumnya hanya diizi jamaah pria. Tidak ada jamaah wanitanya," katanya.

Hal itu bukan karena mengikuti tradisi umat Islam di Timur Tengah. Melainkan karena berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang menegaskan bahwa sebaik-baik salat bagi wanita adalah di dalam-dalamnya rumah atau di bilik kamarnya. (jumadi mappanganro)

(bagian dari tulisan liputan khusus mengenal Komunitas Arab di Makassar)

Komentar