Urus Darah

SYAMSU Rizal MI mengaku, sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Makassar, setumpuk tantangan harus ia hadapi. Termasuk harus bersedia dicaci maki masyarakat.

Itu karena organisasi yang dipimpinnya menyangkat hajat hidup orang banyak. Betapa tidak, PMI harus selalu berusaha keras untuk menyediakan stok darah yang dibutuhkan pasien. Padahal, sering kali, stok darah yang dibutuhkan pasien sedang kosong.

"Pada saat itulah, kami harus bekerja keras agar permintaan konsumen itu dipenuhi. Untunglah sukarelawan kita banyak yang bersedia sewaktu-waktu mendonorkan darahnya. Tentu saja tetap harus memenuhi standar kesehatan," jelas Syamsu saat ditemui di sela-sela Konferensi Nasional PRBBK di Hotel Sahid, Makassar, Rabu (7/10).

Mantan anggota DPRD Kota Makassar dari Partai PDK ini juga mengakui hingga kini masih banyak warga yang menyangka bahwa darah dari hasil sukarelawan itu diperdagangkan. Karena, selain pemilik jamkesmas, untuk memperoleh darah dikenakan biaya.

Padahal, menurutnya, biaya yang dikeluarkan itu untuk menutupi biaya pemeriksaan, biaya operasional, biaya kantung darah, hingga biaya laboratorium. Itu pun tarif darah di tempat kami tergolong disubsidi.

"Biaya yang kami keluarkan untuk per satu kantung darah sekitar Rp 305 ribu. Sedangkan kami kenakan ke masyarakat hanya Rp 185 ribu. Saat ini kami sedang usulkan dinaikkan menjadi Rp 250 ribu per kantong," jelas Syamsu yang juga Ketua ICMI Muda Sulsel ini. (jumadi mappanganro)

Komentar