Perwakilan Aktivis Perempuan Asia Kumpul di Makassar

Makassar, Tribun - Sekitar 40 tamu dari emat negara di Asia dan 11 kota besar di Indonesia berkumpul di Makassar. Mereka adalah perwakilan aktivis dan jaringan rakyat miskin kota dari Filipina, Thailand, Myanmar, dan Korea.

Dari Indonesia adalah hadir perwakilan Jakarta, Tasikmalaya, Jogjayakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Lampung, Pontianak, Pare-pare, Kendari, dan Palu. Mereka bertemu di Makassar dalam rangka mengikuti kegiatan anti eviction and exchage workshop yang akan berlangsung di Hotel Banua, Jl Haji Bau, Makaassar, mulai Selasa (10/11/09) hari ini hingga Sabtu (14/11/09).

Rencana tersebut disampaikan M Nawir, dari Sekber Jaringan Rakyat Miskin Kota Makassar dan KPRM, di Makassar, Senin (9/11). " Organisasi jaringan internasional yang berpartisipasi dalam workshop pertama kalinya di Makassar ini adalah Huairou Comission dan LOCOA," jelasnya.

Huariou Comission adalah organisasi jaringan aksi global, yang terdiri dari ornop dan individu yang menjaringkan gerakan komunitas perempuan akar rumput, yang bermarkas di kantor PBB, UNHCS-Habitat, New York.

Sedangkan LOCOA adalah organisasi jaringan penggerak dan komunitas dan pendamping rakyat (CO) di Asia yang bermarkas di Korea. Urban Poor Consortium atau UPC Jakarta adalah anggota jaringan kedua ornop internasional tersebut.

Bersama KPRM di Makassar, UPC menjadi pelaksana workshop dengan mengambil sengaja Kota Makassar sebagai fokus pertukaran informasi dan pengalaman aksi kaum perempuan akar rumput memperjuangkan hak-hak atas dasar dan tempat tinggal yang layak.

Selama 4 hari di Makassar, para peserta workshop akan mengikuti kegiatan lapangan dan kegiatan workshop. Rombongan akan dipandu oleh Wardah Hafidz, selaku koordinator UPC didampingi Hasnia Dg Caya, koordinator KPRM.

"Para peserta juga akan berdialog dengan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin tentang pengalaman kontrak politiknya dengan KPRM. Juga akan ada acara temu budaya dimana masing-masing negara dan kota menampilkan aksi budayanya," papar Nawir, mantan aktivis mahasiswa Unhas ini. (jum)

Catatan: berita di atas terbit di Tribun Timur edisi Selasa, 10 November 2009

Komentar