Mahasiswa Masih Ragu Lakukan Gerakan Politik


Peliput: Jumadi Mappanganro

Membaca jalan pikiran Gus Dur kekinian yang menghancurkan lawan-lawan poltiknya secara sistematis, serta telah menjadi simbol mitos politik sebagian pendukungnya, sangat berbahaya bagi kelangsungan reformasi di negeri ini.

"Apalagi gaya politik Gus Dur yang suka memecah belah rakyat, hal ini jelas pikiran yang sinting", ujar Andi Rahmat, Ketua Umum KAMMI, saat berbicara pada Dialog Terbuka "Bergerak Mengawal Reformasi" yang diselenggarakan atas kerja sama Himpunan Matematika Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan (Himatika-FMIPA) Unhas dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Sulsel, Sabtu (10/3/2001), di Baruga AP. Pettarani Kampus Unhas.

Lebih lanjut Andi Rahmat menekankan, sebagai mahasiswa tidak boleh berdiam terhadap masalah bangsa yang semakin ruwet. "Kita harus berani mengambil pilihan untuk bangsa ini. Tidak perlu ada dikotomi antara gerakan moral dan gerakan politik.

Mahasiswa harus sadar akan perannya sebagai pengontrol penguasa, ini adalah sikap politik sekaligus juga bentuk tanggung jawab moral kita terhadap bangsa. Asalkan punya visi yang jelas,jangan ragu melakukan perubahan. Kita harus dapat memposisikan diri secara tegas dalam sejarah kita," ujarnya.

"Jika anda ( mahasiswa -red ) berada atau ikut mendukung Gus Dur, maka Anda telah berada dalam dunia yang gelap" ujar Andi Rahmat, saat ditanya tentang alasan sikapnya yang mendesak agar Presiden Abdurrahman Wahid mundur, yang disambut tepuk tangan meriah peserta dialog yang dihadiri sekitar empat ratus orang dari berbagai institusi perguruan tinggi yang ada di Makassar.

"Terhadap gerakan mahasiswa Makassar yang mengarak poster-poster Gusdur ke kuburan dan menguburnya, bagi Andi, itu adalah variasi saja. "Namun hati-hati loh. Jangan sampai menjadi hinaan sebagai gerakan tidak intelektual bagi sebagian masyarakat" katanya.

(Sumber berita: kiriman berita caka ke Unhas ML, Sabtu (10/3/2001). Sumber foto: www.inilah.com

Komentar