Pers Mahasiswa Ketiadaan Ideologi

Repoter : Jumadi Mappanganro

Ditengah eufhoria kebebasan pers, pers kampus malah tampil stagnan. Berita-berita yang disajikan dominan berita pemujaan. Sangat sedikit mengangkat isu-isu yang erat kaitannya dengan kehidupan mahasiswa. Apalagi berani kritis terhadap birokrat kampus.

Demikian diungkap Drs. Alwy, dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, ketika ditemui reporter Catatan Kaki usai berbicara pada seminar sehari "Pers dan Konflik Sosial" yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (ASI)Sulsel, di Hotel Quality Makassar, Kamis (3/5/2001).

"Pers kampus telah kehilangan ideology. Ini dapat dilihat dari seberapa konsistensinya mengangkat permasalahan habitat Mahasiswa," ujar Drs.Alwy Rahman.

Lebih lanjut ahli linguistik ini menambahkan, pers mahasiswa harus kembali ke habitatnya seperti pada kebutuhan pendidikan yang humanis, serta lebih kreatif dalam
mengolah isu-isu.

"Keberanian melepaskan ketergantungan dana dari pihak rektorat, dapat menjadikan
pers mahasiswa lebih profesional dan terbebas intervensi dari atas agar tidak kehilangan ideologi. Karena jika tidak maka pers kampus tidak lebih dari humas
rektorat" katanya menambahkan.

Dosen yang dekat dengan kalangan aktifis mahasiswa ini memberi solusi, "Insan
pers mahasiswa harus berani menampilkan pers alternatif yang kritis dan obyektif
serta jangan takut gulung tikar," katanya. (*)

(Sumber: Catatan Kaki/ 3 Mei 2001)

Komentar