Perasaan Dr Hasrullah Mulai Tenang

Pascakebakaran Rumahnya

PERASAAN pakar komunikasi politik Universitas Hasanuddin Dr Hasrullah mulai stabil. Tiga hari terakhir, Hasrullah dan keluarganya diliput rasa kesedihan mendalam. Pasalnya, rumahnya berada di Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin, Jl Perintis Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Makassar, terbakar, Sabtu (6/3/2010) dini hari lalu.

Kejadian itu tak semua menghanguskan rumahnya. Namun bagian rumahnya yang terbakar justru dianggapnya paling vital yakni ruang perpustakaan pribadi sekaligus ruang kerjanya. Di ruang seluas enam kali enam meter itu tersimpan banyak buku-buku yang dikoleksi Hasrullah sejak masih mahasiswa strata satu.

Di antaranya buku kajian ilmu komunikasi politik, kajian sosial, Handbook Opinion Publik buku karya Litlle Jhon, buku-buku biografi tokoh terkenal, artikel-artikelnya yang dimuat media massa, dan kliping-kliping berbagai koran.

Termasuk hasil-hasil penelitiannya, buku-buku kuliah, skripsi, tesis, dan disertasinya, serta pakaian ihram istrinya yang disiapkan untuk umrah, ikut terbakar. Semuanya kini sisa abu. Padahal banyak buku koleksinya itu kini sulit dicari di took buku. Untungnya, disertasinya dalam bentuk digital masih tersimpan.

"Saat saya pertama tiba dan melihat bagian rumah yang terbakar, bukan barang-barang mahal yang ada di rumah yang terbakar yang membuat saya sedih. Yang memuat saya sangat sedih dan terpukul adalah saat saya melihat rak buku saya yang habis terbakar," tutur Hasrullah saat berkunjung di kantor Tribun, Jl Cenderawasih No 430, Makassar, Selasa (9/3/2010).

Saat si jago merah melahap ruang perpustakaannya, rumah Hasrullah dalam keadaan kosong. Hasrullah sekeluarga sedang berada di Jakarta. Ia mendapat kabar kebakaran itu via telepon dari tetangganya.

Menurut mantan Sekretaris Rektor Universitas Hasanuddin periode 1998-2002 ini, kejadian tersebut sempat membuatnya agak stres. Istrinya dan anak-anaknya pun kadang menangis jika mengingat kejadian itu.

Nasihat Anak
Hasrullah mengaku terharu dengan kebesaran jiwa anak bungsunya bernama Hari Darmawan.
Di saat Hasrullah, istri, dan anak-anaknya larut dalam kesedihan akibat rumahnya terbakar, Hari mampu memberinya hiburan dengan kata-katanya yang membuat kedua orangtua dan saudaranya tenang. Padahal Hari masih masih duduk di bangku sebuah SMP Muhammadiyah di Jakarta.

Hari meminta keluarganya untuk sabar menghadapi cobaan tersebut. Ia mengatakan, semua harta yang kita miliki itu hanyalah titipan-Nya.

"Ternyata saya yang sudah bergelar akademik tinggi, sementara anak saya yang masih SMP justru bisa lebih memahami dan lebih tenang menghadapi cobaan ini. Ketika itu, saya sangat terharu dan merasa apa yang dikatakan harus saya ikuti," kata ayah empat anak ini.

Pascakebakaran itu, setiap hari Hasrullah banyak menerima ucapan simpatik dan turut prihatin. Sejumlah rekannya sesama akademisi, jurnalis, aktivis LSM, dan keluarganya, serta kenalannya silih berganti datang ke rumahnya.

Saat ini, Hasrullah masih menunggu hasil penyelidikan Laboratorium Forensik Polri terkait kebakaran yang menimpa rumahnya. Diduga kebakaran yang menimpa ruang perpustakaannya sekaligus ruang kerja pribadinya itu karena sengaja dibakar orang tertentu.

"Jika dugaan ini benar, mudah-mudahan polisi bisa mengungkap motif dan menangkap pelakunya serta otak dibalik kejadian tersebut. Sebab boleh jadi kebakaran ini sebagai bentuk teror ke saya," ujar mantan staf ahli Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Soesilo Bambang Yudhoyono pria yang dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah ini. (jumadi mappanganro)


Catatan: Tulisan di atas terbit secara bersambung di Tribun Timur edisi cetak: 10 dan 11 Maret 2010

Komentar