STIE Nobel Hadirkan FX Hadi Tjokrosusilo

"Kepemimpinan itu sangat situasional dan inspiratif,"
FX Hadi Tjokrosusilo

Makassar, Tribun - Tak puas hanya mendatangkan para pengusaha nasional dan lokal untuk memberi kuliah umum, kali ini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nobel mendatangkan FX Hadi Tjokrosusilo.

Hadi adalah praktisi senior sekaligus sales dan marketing trainer yang juga mantan pimpinan puncak sejumlah perusahaan public listed maupun multi nasional company.

Hadi didaulat berbicara pada training bertema The New Paradigm of Leadership di Hotel Sahid Jaya Makassar, Rabu (24/2/2010). Training ini tidak hanya diikuti para mahasiswa STIE Nobel, tapi juga banyak dihadiri para pengusaha, akademisi, dan birokrat pemerintah.

Untuk menghadirkan Hadi, STIE Nobel menggandeng manajemen Radio Smart FM Makassar dan Tribun Timur sebagai mitra kerja sama. Acara ini turut dihadiri pendiri Yayasan Multi Niaga Group Mubyl Handaling dan CEO Radio Smart FM Networ Fachry Mohammad.

Dalam paparannya, Hadi menekankan pentingnya setiap orang belajar tentang leadership atau kepemimpinan. Bagi pemimpin perusahaan, dituntut memiliki kepekaan untuk senantiasa melakukan perubahan cara memimpin.

"Seorang leader harus bisa menyesuaikan diri dengan kultur setempat, di mana perusahaan itu beroperasi," pesan Hadi yang memulai karirnya sebagai rechnical sales representative pada 1974 lalu ini.

Menurut Hadi, boleh jadi seorang leader sukses di daerah A atau perusahaan B, tapi gagal saat ditugaskan memimpin di daerah C atau perusahaan D. Hal ini karena ada faktor kultur yang turut mempengaruhi kinerja seorang leader.

"Itulah pula mengapa buku tentang leadership yang terbit di Eropa sana, belum tentu sesuai jika diterapkan di Indonesia. Kepemimpinan itu sangat situasional dan inspiratif. Itulah yang membedakan seorang manager dan leader," tambahnya. (jumadi mappanganro)

Pujian dari Pendiri Radio Smart FM

Pendiri
sekaligus CEO Radio Smart FM Network Fachry Mohammad memuju model pendidikan yang diterapkan STIE Nobel yang fokus melahirkan calon entrepreneurship atau kewirausahaan.

Menurut Fachry, Indonesia memiliki laut terluas di Asia. Namun dibanding dengan Thailand, ekspor hasil laut Indonesia masih kalah. "Thailand lebih unggul," katanya.

Begitu pula sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia, boleh dikata sangat kaya dibanding beberapa negara lainnya di dunia. Namun banyak negara yang miskin dari segi SDA- nya, namun lebih kaya dari Indonesia.

"Penyebabnya karena kita kekurangan orang yang fokus di bidang entrepreneurship. Makanya, saya nilai keberadaan STIE Nobel ini sudah tepat," puji Fachry yang disambut aplaus peserta. (jumadi mappanganro)

Catatan: Tulisan di atas terbit di Tribun Timur edisi 25 Februari 2010

Komentar