Terbitkan Buku Dampak Revolusi Hijau


TAK banyak dosen di Sulawesi Selatan menulis buku. Apalagi menulis buku tentang petani kecil atau buruh tani. Satu dari sedikit itu adalah Dr Ratnawati Tahir. Dosen Kopertis Dipekerjakan (DPK) pada Universitas 45 Makassar ini baru saja menerbitkan buku karyanya berjudul Revolusi Hijau dan Keterpinggiran Petani Kecil.

Buku dengan tebal 168 halaman itu merupakan hasil penelitiannya selama beberapa bulan di beberapa desa di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, 2007 lalu. Sidrap adalah salah satu kabupaten yang menjadi lumbung beras di Sulawesi Selatan.

Penelitiannya ini dilakukan saat hendak menyelesaikan pendidikan doktor pada ilmu-ilmu pertanian di Program Pascasarjana (PPs) Universitas Hasanuddin. Di bukunya, wanita yang juga mengajar pada PPs Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar ini memaparkan bahwa revolusi hijau rupanya dimaknai para petani kecil sebagai hal yang tidak menguntungkan.

Dengan revolusi hijau telah menggeser peran buruh tani pada pertanian padi sawah (aspek ekonomi) dan memudarkan nilai sosial ikatan solidaritas dan kegotongroyongan mereka (aspek sosial). Hal lain yang ditemukan Ratnawati adalah semakin banyaknya nasib petani kecil yang hidupnya justru makin melarat.

"Ini kan aneh sekaligus memprihatinkan. Di satu sisi kita tergantung dengan pasokan hasil pertanian, khusunya padi, namun petani kecil kita di Sulsel justru makin banyak yang masih melarat," ujar kader Persyarikatan Muhammadiyah kelahiran Makassar 12 April 1966 ini saat ditemui di Kawasan Panakkukang, Makassar, Kamis (4/3/10).

Berangkat dari keprihatinannya pada nasib petani kecil itulah yang menggugah ibu empat anak ini meneliti dan menuangkan hasil penelitiannya itu dalam bentuk buku. "Saya berharap dengan buku ini, semua pihak terpanggil untuk memikirkan nasib petani kecil, khususnya di Sulsel," kata konsultan beberapa program pemberdayaan masyarakat ini.
(jumadi mappanganro)

Catatan: Tulisan di atas terbit 5 Maret 2010

Komentar