Nama Benteng Rotterdam Sebaiknya Diganti

SELASA, 6 Juli 2010 lalu, Isradi Zainal menghubungiku melalui telepon selular. Dia adalah mantan aktivis mahasiswa Universitas Hasanuddin yang kemudian membentuk lembaga Forum Kajian Pembangunan Daerah (FKPD) Sulawesi Selatan (Sulsel). Ia juga pernah berkeinginan mencalonkan diri sebagai calon Bupati Bulukumba periode 2010-2015, namun akhirnya batal.

Saat itu ia menyampaikan gagasannya yang menurut saya menarik. Gagasan yang kumaksud adalah keinginannya mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel untuk mengganti nama resmi Benteng (Fort) Rotterdam.

Kenapa kepada Pemprov Sulsel? Alasannya karena pengelolaan benteng yang terletak di Jl Ujungpandang, Makassar, ini adalah tanggungjawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov Sulsel. Sedangkan alasannya hendak mengusulkan pergantian nama benteng tersebut antara lain karena nama Rotterdam dinilainya berbau kolonial.

Katanya, Fort Rotterdam adalah nama pemberian Gubernur Jenderal Hindia- Belanda Cornelis Janszoon Speelman, orang yang pernah memimpin penjajahan di Indonesia.

"Rotterdam itu kan diambil dari nama kota kelahiran Speelman. Kok kita mau pakai nama pemberian penjajah. Padahal benteng Rotterdam tersebut awalnya adalah milik Kerajaan Gowa," jelas Isradi yang juga Koordinator Angkatan Muda Pro Demokrasi (AMPD) Kota Makassar ini.

Berdasarkan argumen itu, ia mengusulkan agar nama Benteng Rotterdam diganti dengan nama lokal atau "berbau" Kerajaan Gowa sebagai pemilik benteng tersebut. Semisal dengan nama Benteng Pannyua karena memang benteng ini mirip penyu yang hendak ke pantai.

Bisa juga dengan nama Benteng Makassar atau Benteng Ujungpandang. Nama-nama ini, katanya, sebenarnya sudah memasyarakat, tapi jarang ditulis di media massa maupun disebut oleh pemerintah. Yang lazim ditulis maupun disebut adalah Benteng Rotterdam.

Sejarah Benteng

Penasaran dengan gagasan Isradi, saya kemudian mencari tambahan informasi perihal sekilas tentang sosok Speelman dan sejarah Benteng Rotterdam melalui mesin pencari di dunia maya bernama Google.

Dari beberapa situs pemberitaan tersebut, ditulis bahwa Benteng Rotterdam itu dibangun pertama kali oleh Raja Gowa X bernama Imarigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung pada tahun 1545. Raja ini juga terkenal dengan nama Tunipallangga Ulaweng. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar.

Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin, konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Dilihat dari udara, benteng ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak ke laut.

Itulah sebabnya benteng ini juga kerap disebut Benteng Pannyua. Benteng ini merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Namun karena Kerajaan Gowa kalah perang dengan Hindia Belanda, Raja Gowa Sultan Hasanuddin kemudian menandatangani Perjanjian Bungayya pada 18 November 1667. Laksamana Cornelis Speelman juga menandatangi perjanjian ini mewakili Hindia Belanda.

Walaupun disebut perjanjian perdamaian, isi sebenarnya adalah deklarasi kekalahan Gowa dari VOC (Kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk perdagangan sejumlah barang di pelabuhan Makassar yang dulunya dikuasai Kerajaan Gowa. Salah satu isi perjanjian ini mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan Benteng Rotterdam kepada Belanda.

Cornelis Speelman

Tak lama setelah perjanjian Bungaya itu, Speelman yang lahir di Rotterdam pada 3 Maret 1628 silam, kemudian menetap di benteng ini. Beberapa bangunan bekas Kerajaan Gowa yang ada di dalam benteng ini, kala itu, dihancurkan Speelman.

Ia kemudian menggantinya dengan bangunan berasitektur Belanda. Bangunan ini kemudian bertahan sampai sekarang.

Speelman adalah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang ke-14 dari 37 gubemur jenderal yang pernah ditugaskan Kerajaan Belanda mengelola kongsi dagang VOC (Verenigne Oosl Indische Compagnies) di Hindia Belanda. Speelman memerintah Hindia-Belanda antara tahun 1681-1684.

Oleh Speelman dan para pelanjutnya, benteng ini kemudian digunakan Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Di benteng ini pula Pangerang Diponegoro pernah diasingkan dan dipenjara sebelum meninggal dan dimakamkan di Makassar.

Membaca tambahan informasi tersebut, saya kemudian berkesimpulan bahwa gagasan Isradi itu memang rasional. Kalau boleh berpendapat, saya lebih setuju jika Benteng Rotterdam itu berganti nama menjadi Benteng Karaeng Lakiung atau Benteng Tunipallangga Ulaweng, mengadopsi nama Raja Gowa X yang pertama kali membangun benteng ini .

Seandainya nama Benteng Karaeng Lakiung atau Benteng Tunipallangga Ulaweng itu kemudian dijadikan nama resmi menggantikan nama Fort Rotterdam, saya yakin banyak orang bakal penasaran lalu mencari tahu sosok Raja Gowa X tersebut.

Namun jika nama benteng itu sukar disebut atau tak mudah diingat, bisa juga diganti dengan nama Benteng Pannyua saja. Mudah kan? Anggap saja usulan ini adalah bagian upaya mencintai nama lokal atau produk dalam negeri. (jumadi mappanganro)

Makassar, 8 Juli 2010

Sumber bacaan: www.indonesia.go.id; www.id.wikipedia.org; www.jakarta.go.id
Sumber foto:southcelebes.wordpress.com. Catatan: Tulisan di atas juga dipublikasikan di www.kompasiana.com

Komentar