Lebih Dekat dengan Ustaz 'Gaul' Nur Maulana

Ustaz Nur Maulana

SOSOK da'i satu ini unik. Agak jenaka. Murah senyum dan cepat akrab dengan siapa saja: anak-anak, remaja, orangtua, hingga pejabat. 


Siapa saja yang mengajaknya berdialog, diladeninya. Dijamin bisa langsung akrab dengannya. 

Ia memang tak suka menjaga wibawa. Orangnya sederhana. 

Ciri khasnya, selalu tampil mengenakan sarung, berpeci, dan selendang membalut lehernya. 

Itulah sosok Ustaz Nur Maulana yang dikenal dengan sapaan khasnya, "Jamaah...oooh jamaaah...".

Ia mengaku tak pernah marah atau tersinggung dengan berbagai julukan. Termasuk dijuluki "Ustaz Gaul'

"Sepanjang julukan itu membuat saya dan jamaah bisa lebih akrab," katanya saat saya menemuinya di KFC Sam Ratulangi, Jl Dr Sam Ratulangi, Makassar, Minggu (6/9/2010) lalu.

Style Nur Maulana yang kerap menyisipkan humor dalam dakwahnya  itu rupanya mendapat tempat di hati banyak orang. 

Ia pun makin laris dipanggil untuk mengisi acara dakwah, kendati ia mengakui ada sebagian orang yang tak suka dengan metode dakwahnya itu.

"Bagi saya, dakwah yang diselingi humor itu hanya metode dakwah saja. Sebab tujuannya adalah bagaimana jamaah mendapatkan pengetahuan Islam, tapi mereka juga tidak bosan mendengarkan," ujarnya.

14 Tahun
Nur Maulana menceritakan, ia mulai berdakwa sejak usia 14 tahun. Saat itu ia masih duduk di SMP DDI Galesong Beru, Makassar. 

Aktivitas berdakwahnya makin terasah saat menjadi santri di Pondok Pesantren (Ponpes) An Nahdlah (setingkat SMA), Makassar.

Di ponpes inilah ia banyak belajar dari pendiri dan pimpinan pondok, AG KH Muhammad Harisah AS, salah seorang ulama kharismatik Kota Makassar. 

Pesantren dimaksud berada di Jl Tinumbu Lorong 149 No 6 A, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Didirikan pada 1982 silam.

"Di pesantren ini pula saya mendapat jodoh yang kini menjadi istri saya," ujar pria yang menikahi Nur Aliyah pada 8 Agustus 2008 lalu ini.

Selain pelajaran dari pesantren, Nur Maulana mengaku banyak belajar tentang Islam melalui buku-buku, media massa, dan beragam literatur lainnya.

Al Quran dan Hadits tentu saja sebagai referensi utamanya.

"Saya juga banyak belajar dari Prof Dr M Quraish Shihab, baik melalui buku yang ditulisnya maupun ceramah-ceramahnya di televisi," tutur putra dari pasangan Maulana dan Masyita ini.

Sedangkan humor-humor yang kerap diselipkan di sela-sela dakwahnya, diperolehnya dari membaca koran, majalah, dan televisi.

Sehari 4 Kali
Sejak tiga tahun terakhir, Nur Maulana mengaku jadwal dakwahnya makin padat. 

Sehari, ia kadang menghadiri empat undangan untuk berdakwah di lokasi berbeda. 

Tidak hanya di masjid, ia juga biasa memberi dakwah di rumah-rumah warga, sekolah, hingga di kantor-kantor pemerintah dan swasta.

Mereka yang mengundangnya pun tak hanya berasal dari Makassar, Gowa, dan Maros. 

Tapi juga banyak yang datang dari daerah-daerah yang jauh dari Makassar semisal, Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah dan Kendari di Sulawesi Tenggara.

Bahkan beberapa kali ia menghadiri undangan untuk berdakwah di Kalimantan seperti di Samarinda, Tarakan, dan Balikpapan. 

"Biasa juga diundang ke Kaimena di Irian Barat. Umumnya yang mengundang dari Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan yang ada di daerah tersebut," tuturnya.

Dalam memenuhi undangan, ayah Munawar ini mengaku tak pernah pilih-pilih. 

"Prinsip saya, siapa undangannya yang lebih dulu tiba dan saya catat, maka itulah yang saya prioritaskan lebih awal menghadirinya," tuturnya. 

Saat itu ia memperlihatkan buku diari yang digunakannya mencatat jadwalnya untuk dakwah, sebuah buku saku yang terlihat sudah lusuh dan telah buram.

Makan Bersama Istri
Walau aktivitasnya berdakwah sangat padat, Nur Maulana mengaku sangat memperhatikan keharmonisan rumah tangganya.

Makanya, jika lokasi dakwahnya masih dalam Kota Makassar, ia akan mengupayakan menyempatkan waktu makan siang dan makan malam bersama istri di rumahnya di Jl Sibula Dalam No 15, Makassar.

"Jadi, walau saya kadang makan di lokasi acara, kalau pulang ke rumah, saya upayakan bisa makan bareng asma istri. Inilah cara saya menjaga keharmonisan rumah tangga kami," katanya.

Ditanya soal suka dan dukanya ia berdakwah selama ini, ayah satu putri ini mengaku tak pernah merasa susah kala berdakwah. 

"Bagi saya, berdakwah itu selalu menyenangkan," kata guru SD Mangkura ini. (jumadi mappanganro)

Data Diri
Nama: M Nur Maulana
Lahir: Makassar, 20 September 1974
Anak ke: keempat dari tujuh bersaudara
Ayah: Maulana
Ibu: Masyita

Pendidikan: Pesantren An Nahdah Makassar (lulus 1994)

Pekerjaan:
- Guru Agama Islam SD Mangkura
- Guru SD Islam Athirah
- Pesantren An Nahdah

Istri: Nur Aliyah
Anak: Munawar

Alamat rumah: Jl Sibula Dalam No 15, Makassar.

Catatan: Tulisan di atas telah terbit di Tribun Timur edisi 12 September 2010


Komentar

  1. asslamualikum..tempat download ceramahnya di mana bos??

    BalasHapus
  2. assalamualaikum....pak gimana sich caranya dowanload ceramah nur maulana...........????????????/

    BalasHapus
  3. tolong dong sampaikan pada tanstv, ceramahnya ustad M Nur lebih pagi dan jangan setengah jam saja. anak-anak saya sangat senang,pas mulai mereka sudah mau berangkat sekolah.

    BalasHapus
  4. t kasih sdh memaparkan biografi ust.m nur maulana.sy warga makassar yg tinggal di cirebon,sdh lama penasaran siapa beliau..

    BalasHapus
  5. sekiranya berkenan saya minta no kontak nya pa ustad...terima kasih

    BalasHapus
  6. Kiranya agan2 ada yang tahu dimana saya bisa menghubungi beliau ,


    ada permintaan dari jamaah Mesjid kami untuk Perayaan Maulid tahun depan .

    Pm aja gan kontaknya ke email sy ; udguna1@gmail.com

    Terima kasih

    aane doain yang kasih kontaknya sama ane Panjang umurnya dibarengi kesehatan juga rejeki yang melimpah ....amien .

    BalasHapus
  7. As Wr Wb. Lebih dahulu saya mohon maaf ustadz, ada hadis riwayat Bukhori dan Muslim : "La'ana rasulullah Saw al-Mutasyabbihiina min al-rijaali bi al-nisaa' wal mutsyabbihaati min al-nisaa i bi al-rijaal. rasul melaknat laki2 yg menyerupai wanita dan wanita yg menyerupai laki2. menyerupai itu tidak mesti cara berpakaian tp jg bergaya, gaya ustadz kelihatannya seperti banci yg menyerupai wanita. malu saya melihatnya.

    tolong diperhatikan adab dlm berdakwah ustadz, terkadang ustadz duduk berhadap-hadapn rapat sekali dgn wanita.

    agama juga jangan terlalu bersenda gurau, krn metode ustad yg begitu cocok di acara lawak bukan di dakwah.

    BalasHapus
  8. ass.... kapan sih ustad maulana ceramah dikolaka......

    BalasHapus

Posting Komentar