Riri Riza Bangun Rumah Budaya di Makassar


MENYUMBANGKAN rumah dan tanah pribadi yang luas untuk digunakan masyarakat umum, masih sangat langka dilakukan orang. Apalagi jika tanah dan bangunan itu berada di tengah kota yang padat seperti Kota Makassar. Jangankan seniman, mereka yang dikenal sebagai pejabat pemerintah maupun pengusaha kaya pun, mungkin bakal berpikir panjang melakukan hal itu.


Hal sangat langka itulah yang dilakukan Mohammad Rivai Riza atau yang lebih dikenal dengan nama Riri Riza. Sutradara, penulis naskah, dan produser film terkenal di Indonesia ini ikhlas menyumbangkan rumah pribadinya untuk dijadikan sebagai rumah budaya. Namanya Rumata'. Dalam masyarakat Bugis-Makassar, Rumata' berarti rumah kita bersama.

Rumah masa kecil Riri itu terletak di Jl Bontonompo No 12, Kelurahan Gunung Sari Baru, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Rumah ini berdiri di atas lahan seluas 900 meter persegi.javascript:void(0)

Lokasinya sangat strategis. Bisa dipahami karena di dekat Rumata' berdiri beberapa bangunan penting seperti kampus Universitas Negeri Makassar, PT Telkom Divre VII, dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Makassar. Bukan hanya itu, untuk menjangkau Rumata' cukup mudah. Saya menduga harga tanah di lokasi ini kira-kira tak kurang Rp 2 juta per meter pergi. Harga yang tergolong mahal dalam ukuran saya.

Rencana pendirian Rumata' itu dipaparkan Riri bersama beberapa rekannya di ruang rapat berukuran kira-kira 3 meter x 6 meter di lantai dua kantor redaksi Kompas biro Indonesia timur, Jumat sore, 18 Februari 2011. Kantor ini berada di Jalan Pengayoman, Kecamatan Panakkukang, Makassar.

Saya hadir di acara ini karena diundang melalui telepon selular (ponsel) oleh penulis Lily Yulianti Farid, mantan jurnalis Kompas di Makassar. Lily juga adalah pendiri panyingkul!, , situs yang banyak memuat tulisan feature yang dibuat warga dengan motto Jurnalisme Orang Biasa.

Sembari sesekali mencicipi penganan ringan dan teh kotak yang disajikan, kami tetap mendengar paparan Riri dan Lily yang terlihat serius. Katanya, pendirian Rumata' adalah gagasan Riri dan Lily. Gagasan ini muncul sejak awal 2010 lalu. Riri dan Lily adalah dua tokoh muda asal Makassar. Pengerjaan tahap pertama Rumata' bakal dimulai Maret 2011 mendatang.

"Alhamdulillah Rumata' sudah memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Sehingga ada dana untuk merealisasikan gagasan ini," jelas pria berambut kriwil kelahiran Makassar, 2 Oktober 1970 lalu ini.

Pria yang selalu mengenakan kacamata ini memaparkan desain Rumata' itu melalui laptopnya yang dipancarkan melalui alat LCD. Di sampingnya duduk Lily dan Wendy Miller, seorang wanita asal Australia.

Bila tak ada aral, Juni 2011 nanti, pengerjaan tahap pertama Rumata' bisa selesai. Total waktu yang dibutuhkan pada keseluruhan pengerjaan proyek ini diharapkan rampung sekitar dua tahun mendatang. Pendirian Rumata' ini diharapkan sebagai penggerak kegiatan seni, kebudayaan, dan kegiatan literasi yang akrab, egaliter, dan terbuka untuk umum.

Fasilitas
Rumata' kelak dijadikan tempat pameran dan pertunjukan seni serta kegiatan budaya di Kota Makassar dengan fokus kegiatan pada sastra, seni pertunjukan, film, fotografi, seni rupa, media baru, dan diskusi kebudayaan.

Untuk mewujudkan harapan itu, Rumata' akan dilengkapi sejumlah fasilitas. Antara lain adanya teater arena, berupa ruang terbuka berbentuk arena untuk pagelaran seni, pertunjukan, pidato kebudayaan, diskusi, lokakarya, dan pemutaran film. Juga akan dilengkapi fasilitas berupa perpustakaan seni yang mengoleksi koleksi buku seni dan budaya, naskah teater, film lokal dan internasional.

Selain itu akan tersedia galeri mini, wisma tamu, dan kedai. Galeri ini untuk menggelar pameran seni rupa, fotografi, media baru, video, dan instalasi. Sedangkan wisma tamu akan menjadi tempat tinggal seniman yang mengikuti program residensi.

Kegiatan Pendahuluan

Menandai rencana awal sekaligus memperkenalkan gagasan rumah budaya tersebut, Riri dan Lily beberapa hari terakhir ini disibukkan dengan berbagai kegiatan di Makassar. Di antaranya menggelar pameran fotografi I Bring Melbourne to Makassar karya fotografer Wndy Miller dari Australia.

Pameran ini digelar di Kafe Mama di Jalan Serui 16, Makassar. Pameran ini telah dibuka pada Jumat malam, 18 Februari 2011. Pameran ini akan berlangsung selama 10 hari atau hingga 28 Februari mendatang. Juga ada pemutaran film-film karya Riri Riza yang dilanjutkan bincang- bincang bersama Riri di Studio Fajar TV, Graha Pena, Makassar, pada Sabtu siang, 19 Februari 2011.

Pada malam hari digelar peluncuran buku kumpulan cerita Family Room karya Lily Yulianti Farid dan monolog Luan Vidya serta La Galigo Syndicate di Amphi Teather Wisma Kalla, Jl Dr Sam Ratulangi, Makassar. Lalu pada Minggu malam, 20 Februari 2011, Riri, Lily, dan Wendy Miller akan hadir di Auditorium Al Amien Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar di Jalan Sultan Alauddin, Makassar. Ketiga orang itu akan menjadi narasumber pada diskusi berjudul Kota dan Memori Kolektif Warga.

Sedangkan pada Senin pagi, 21 Februari 2011, akan digelar kuliah umum sinema, media sosial dan diseminasi informasi kesehatan di Auditorium Prof Ahmad Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Makassar. Pada acara ini, Riri Riza dan Lily Yulianti Farid tampil sebagai pembicara.

Mendengar paparan tentang Rumata' dari Riri dan Lily itu, saat itu juga saya berdoa agar kedua tokoh muda ini diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk mewujudkan gagasannya yang brilian tersebut. Semoga makin banyak orang yang mau berbuat baik untuk negeri ini. Amin. (jumadi mappanganro)

Komentar