Kisah 5 Santri Yang Menggetarkan



Resensi Buku

KISAH santri yang mondok di sebuah pesantren yang jauh dari kampung halaman selalu menarik dan membuat penasaran.

Salah satu alasannya, literatur yang mengisahkan tentang kehidupan santri di pondok pesantren masih sangat jarang.

Apalagi jika kisahnya dibuat dalam bentuk novel. Rasa penasaran tersebut seakan terobati dengan hadirnya novel Negeri 5 Menara yang dikarang Ahmad Fuadi.

Novel ini terbit pertama kali pada Juli 2009. Saking larisnya, pada April 2011 lalu, novel yang diterbitkan penerbit PT Gramedia Pustaka Utama ini telah memasuki cetakan kesebelas.

Novel ini menceritakan kisah lima anak dari daerah berbeda yang menjadi santri di Pondok Madani. 


Kelima santri itu adalah Alif dari Minangkabau, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Makassar.

Kelima santri ini terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.

Di bawah menara masjid yang berada dalam kawasan pondok pesantren, kelima santri ini kerap berkumpul sembari menatap awan yang "menjelma" menjadi negara dan benua impian masing-masing.

Membaca novel ini, pembaca akan mendapatkan banyak kisah inspiratif yang menyentuh dengan selipan humor khas pondok pesantren. 


Ini bisa dimaklumi karena novel ini memang ditulis terinspirasi dari kisah nyata sang pengarangnya.

Buku ini sangat layak dibaca bagi orangtua yang berkeinginan mendidik anak-anaknya melalui pondok pesantren. (jumadi mappanganro)

Judul: Negeri 5 Menara
Penulis: A Fuadi
Tebal: 423 halaman
Cetakan kesebelas: April 2011
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-22-4861-6

Catatan: Tulisan di atas dimuat di Tribun Timur edisi Jumat, 17 Juni 2011.

Komentar