20 Tahun Kelompok Teater Petta Puang

Bahar Merdu (Sumber foto: majalahversi.com)

SELASA pagi, 5 Juni 2012. Saya bertemu Bahar Merdu di Taman Harimau Indonesia (THI), Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. 

Bahar adalah seniman sekaligus pendiri dan pengelola Kelompok Teater Petta Puang. Kelompok teater ini terkenal di Sulawesi Selatan. Ada juga Idris, jurnalis CelebesTV.

Kehadiran saya di taman ini sekaitan peluncuran Xjuta Pohon untuk Negeri. 

Kegiatan ini digelar PT Axiata bekerja sama dengan PaninPeduli, Pemerintah Kota Makassar, dan Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulawesi Selatan.

Sembari menanti pembukaan acara tersebut, saya bersama Kak Bahar dan Idris terlibat bincang-bincang. 

Dari perbincangan itu, saya baru tahu kalau tahun ini Kelompok Teater Petta Puang telah berusia 20 tahun. 

Diceritakan Bahar Merdu, kelompok teater ini dulunya bernama Teater Mekar Buana. Kelompok ini diawaki para pelajar SMA Muhammadiyah I Makassar. Saat itu tahun 1985.
 
Awalnya diawaki antara lain Bahar Merdu, Mustawa Nur, Muhammad Ali, Alwiyah, Abdul Rojak, dan Nasbul. 

Namun di antara mereka, cuma Bahar Merdu dan Abdul Rojak yang masih bertahan di jalur seni teater. Mustawa Nur kemudian memilih profesi sebagai jurnalis dan akademisi.
 
Kini Mustawa sebagai pimpinan di surat kabar harian Berita Kota Makassar. 

Di sela-sela aktivitasnya mengelola koran, ia juga mengajar di Fakultas Hukum Universitas 45 Makassar. 

Sedangkan Nasbul kini duduk sebagai anggota DPRD Makassar dari Partai Amanat Nasional (PAN). 

Teater Mekar Buana kemudian berubah nama menjadi Panggung Sandiwara Petta Puang. Nama ini terinspirasi dari judul salah satu teater yang mereka tampilkan. 

Rupanya perubahan nama ini telah membuat kelompok teater ini mudah dikenal dan makin kerap diundang pentas.

“Alhamdulillah, sejak itu setiap tahun tak pernah kosong undangan untuk mentas,” cerita Bahar sembari sesekali mengisap rokok ini.

Saking banyak kali mentas, Bahar tak hafal lagi sudah berapa kali mereka pentas. Semua kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, katanya, telah mereka sambangi untuk pentas. 

Tak hanya sekali, tapi telah berulang kali. Selain di Sulawesi Selatan, mereka pun kerap diundang untuk mengisi acara di provinsi lain. 

Di antaranya di Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Kalimantan. Di ibu kota negara, Jakarta, Panggung Sandiwara Petta Puang pun telah berulang kali tampil. 

Mereka pun biasa diundang Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk tampil di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Kelompok Teater Petta Puang (sumber foto: majalahversi.com)

Yang mengundangnya pun beragam. Kadang diundang pemerintah daerah atau instansi pemerintah.

Kadang juga diundang oleh organisasi sosial lainnya. Di antaranya Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), OxfamGB, dan event organizert (EO) lainnya.
 
Selain bermain teater, kelompok ini juga kerap diundang sebagai pembawa acara (master of ceremony). 

Tampil di televisi pun kelompok teater ini sudah sering saya lihat di TVRI. Kini kerap mentas di Celebes TV.

Menyaksikan pementasan mereka, kita akan kerap dibuat tertawa.

Sesuai dengan nama kelompok teater ini, canda dan joke para pemainnya kental dengan nuansa tradisional Bugis-Makassar. 

Busana yang digunakan para aktornya pun pakaian ala bangsawan Bugis-Makassar.

Tahun ini, kata pria berkacamata cembung ini, mereka berencana menyiapkan pementasan dalam rangka 20 tahun Panggung Sandiwara Petta Puang. 

“Kami agendakan Oktober mendatang,” tuturnya. Semoga terwujud. Amin.

Makassar, Juni 2012.
               

Komentar