Cara Patabai Pabokori Jauhkan Pejabatnya dari THM

Seri Tribun Inspiratif

JIKA Anda jalan-jalan ke Bulukumba, maka dengan mudah kita menjumpai mobil dinas yang dikacanya ditempeli stiker beraksara Arab bertuliskan kalimat tauhid La Ilaha Illallah. Tulisannya mencolok. Pemasangan stiker tersebut merupakan gagasan Andi Patabai Pabokori, Bupati Bulukumba dua periode (1995-2005).


Andi Patabai Pabokori / sumber foto: Tribun Timur



Pemasangan stiker ini bukan tanpa alasan. Saat masih menjabat Bupati Bulukumba periode keduanya, Patabai kerap menerima aduan dari warganya. Ada yang diutarakan langsung. Sebagian diadukan via pesan singkat elektronik (SMS).
  
Aduannya antara lain beberapa mobil dinas milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba kerap terlihat parkir di dekat tempat hiburan malam (THM) yang ada di Makassar. Dari aduan itu, Patabai kemudian mengeluarkan surat imbauan kepada pengguna mobil dinas agar tidak menggunakan mobil dinas untuk tujuan non-dinas.
  
Ia juga meminta warga Bulukumba ikut mengawasi penyalahgunaan mobil dinas. Namun seruan Patabai ini masih ada saja y ang tak menggubrisnya. Beberapa pejabat setempat masih saja menggunakan mobil dinas ke THM. Untuk mengelabui orang, si pejabat 'nakal' itu kemudian dengan mudahnya mengganti plat mobilnya dari plat merah menjadi plat hitam.
  
Patabai menyadari, ia tak bisa mengawasi semua pejabatnya yang menggunakan mobil dinas. Karena itu, ia pun bermaksud mencari alternatif solusi.  Inspirasi itu akhirnya datang saat ia umrah. Saat berada di Madinah dan Mekah, ia kerap menjumpai banyak mobil yang ditempeli stiker bertuliskan kalimat tauhid di bagian kaca belakang. Melihat stiker itu, spontan mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulsel ini tersenyum. Solusi alternatif itu telah ditemukan.
  
Pikiran Patabai waktu itu, bagus juga kalau mobil-mobil dinas di Bulukumba juga dipasangi stiker serupa. Biar tampak mencolok, stiker itu dibuat besar dan ditempel di bagian kaca mobil.
  
“Saya percaya, pejabat atau keluarganya yang menggunakan mobil dinas berstiker kalimat tauhid itu akan malu jika tetap membawa mobil tersebut ke THM. Sekali pun orang itu nakal, ia akan malu bawa mobil yang ada stiker kalimat tauhidnya ke THM,” cerita Patabai ke penulis pada 2005 lalu di Bulukumba.
  
Sepulang dari umrah, Patabai kemudian meminta stiker serupa dicetak banyak. Namun dengan perubahan sedikit. Di Arab Saudi, stikernya ada gambar dua pedang yang menopang kalimat tauhid. Nah khusus stiker yang dipesan Patabai, tak ada gambar dua pedang. Jadi hanya kalimat tauhid.
  
Tak butuh waktu lama, stiker yang dipesan Patabai pun jadi. Patabai kemudian meminta seluruh kendaraan dinas milik Pemkab Bulukumba dipasangi stiker tersebut. Stiker ini dirancang khusus. Sekali ditempel, melekat kuat. Jika dicabut, maka stikernya tak bisa dipasang lagi. Ini disengaja.
  
Soalnya kalau masih masih bisa dipasang kembali, ia khawatir nasibnya sama seperti pelat merah kendaraan dinas. Kalau mau ke THM, stikernya dicabut dulu. Pulang dipasang lagi stiker. Nah Patabai tidak mau nasib stiker itu sama dengan pelat merah yang bisa dengan mudah diganti dengan pelat hitam.
  
“Stiker kalimat tauhid ini, sekali pasang saja. Jika dicabut, tak bisa lagi menempel di kaca. Walau dilem. Waktu itu, saya bilang bahwa mobil dinas yang telah dipasangi stiker (kalimat tauhid-red), lalu stikernya tidak ada, maka mobil itu harus dikembalikan," pesan Patabai kepada para pegawainya yang mendapat mobil dinas.
  
Rupanya, ide memasang stiker kalimat tauhid tersebut cukup jitu. Pejabat yang biasa membawa mobil dinas ke THM, tak lagi berani membawanya.
  
“Mungkin mereka malu dibilangi mobilnya kok menggunakan simbol-simbol Islam atau simbil kealiman, tapi pemiliknya ke THM. Rupanya simbol-simbol ke-Islaman itu juga perlu untuk membatasi gerak atau kelakuan orang tak Islami,” tutur Patabai.
  
Stiker kalimat tauhid yang umumnya ditempel di kaca belakang mobil dinas itu juga diakui Patabai banyak manfaatnya. Di antaranya, membuat orang yang melihat dan membaca stiker itu akan berpahala. Pemilik mobil juga akan berpahala.
  
“Kan membaca kalimat-kalimat suci itu kan berpahala. Jadi semakin banyak orang yang membaca stiker itu, maka pahala kita pun bisa berlipat-lipat,” katanya.
  
Manfaat lainnya, orang yang mungkin sedang mengemudikan kendaraannya dengan kecapatan tinggi, bisa tersadar lalu melambatkan kendaraannya saat membaca stiker bertuliskan kalimat tauhid tersebut. “Pokoknya, saya merasa tak ruginya memasang stiker tersebut. Justru pahala berlipat gandalah yang kita peroleh,” tuturnya. (jumadi mappanganro)



Tulisan di atas dimuat pada rubrik kisah inspiratif di halaman 1 Tribun Timur edisi 1 Oktober 2012

Komentar