Spirit Mattola Palallo

Prof Dr Andi Agustang

DALAM masyarakat Bugis, prinsip mattola palallo menjadi pegangan. Prinsip ini mendorong seorang anak untuk lebih sukses dari orangtuanya. 

Orangtua disebut sukses ketika mampu menjadikan anaknya sukses melebihi dirinya.

Jika tidak mampu melebihi cukuplah dengan menyamai kesuksesan orangtuanya. Dalam bahasa Bugis disebut mattola pada.

Kesuksesan dimaksud baik di bidang ekonomi maupun dalam tingkatan pendidikan.

Pesan leluhur masyarakat Bugis terebut tertanam erat dalam benak Prof Dr Andi Agustang sejak kecil.

Pesan ini ditanamkan baik oleh kedua oranguanya, Andi Bago Petta Nabba dan Andi Cinta Petta Tati.

Andi Bago adalah guru sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bone. Sedangkan ibunya, seorang ibu rumah tangga biasa.

Terlahir dari keluarga bangsawan di kampung kelahirannya di Kabupaten Bone, sejak masa anak-anak, Agustang tergolong anak pekerja keras. Semangat belajarnya tergolong tinggi.

“Terdorong spirit mattola palallo itulah yang membuat saya harus giat belajar agar bisa menempuh pendidikan tinggi, melebihi tingkat pendidikan orangtua saya,” tuturnya saat ditemui di gedung Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM), Jl Landak Baru, Makassar, pertengahan Januari 2013 lalu. 

Takdir baik pun menghinggapinya. Ia lulus sebagai mahasiswa baru pada program sarjana di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang pada jurusan ilmu-ilmu sosial.

Ia lulus di jurusan ini pada 1986.

Lulus S1, ia bermaksud saat itu juga melanjutkan pendidikan magister. Namun takdir berkehendak lain.

Keinginannya melanjutkan S2 baru terwujud beberapa tahun kemudian setelah ia lulus sebagai dosen di almamaternya.
   
Ia baru menyelesaikan program S2 pada bidang studi sosiologi dan antropologi pada Desember 1999.

Sedangkan gelar doktor sosiologi dan antropologi diraihnya dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung pada 4 Juli 2006.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Agaknya pepatah ini pun pantas disematkan kepada Agustang.

Sebab takdir pun mengantarnya di jalur pendidik, sama dengan profesi ayahnya. Tapi ia mengaku bahwa spirit mattola palallo telah diwujudkannya.

“Saya baru merasa telah mewujudkan spirit mattola palallo ketika saya telah meraih gelar doktor dan menjadi dosen,” kata guru besar Sosiologi UNM ini.

Ayah empat anak ini menambahkan, spirit mattola pallalo itu kini juga kerap ia tanamkan kepada anak-anaknya. Namun ia tak ingin memaksakan anak-anaknya memilih profesi tertentu.

“Dalam hal mendidik anak, saya memberikan kemerdekaan menentukan masa depannya. Namun tentu dalam koridor sesuai norma-norma agama,” ujarnya.


Menulislah!

Bagi Agustang, menjadi dosen tak cukup sekadar mampu mengajar di depan mahasiswa.

Baginya, dosen harus pula aktif melakukan kegiatan penelitian dan menulis buku.

Di UNM, Agustang tergolong dosen yang aktif meneliti.

Penelitiannya yang terbaru adalah Studi Kemiskinan Melalui Model Participatory untuk Kepentingan Penyusunan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2009.

Agustang juga telah menulis beberapa buku. Di antaranya berjudul Analisis Kinerja Pembangunan Indonesia (Kasus Program Pengentasan Kemiskinan), Metode Penelitian dalam Upaya Pengembangan Ilmu. 

Ada juga  Teknologi Partisipasi (Sebuah Metode Fasilitasi untuk Pembuatan Keputusan Partisipatif) serta Sekutip Potret Bangsaku (Dalam Era Revolusi sampai Reformasi).

“Menulis buku itu penting karena hanya itu cara untuk membuat dunia tahu apa yang kita pikirkan,” pesannya.

Pesan Agustang itu mengingatkan kita pada pesan penulis novel terkenal Pramoedya Ananta Toer,

“Orang boleh pintar setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Sebab menulis adalah bekerja untuk keabadian.” (jumadi mappanganro)


Aktif Berorganisasi

Saat masih berstatus mahasiswa, Agustang termasuk mahasiswa aktif berorganisasi. Baik saat masih mahasiswa S1, maupun saat menempuh pendidikan magister dan doktor.

Semasa S1, ia pernah menjadi pengurus organisasi mulai tingkat jurusan, fakultas, hingga tingkat institut.
   
Tak hanya organisasi internal kampus, organisasi ekstra kampu pun digelutinya dengan bergabung di  Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar.

Saat menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Unpad Bandung, ia pun bergabung di Ikatan Mahasiswa Program Pascasarjana Bandung periode 1998 – 2000.

Di organisasi ini, Agustang pernah dipercaya sebagai sekretaris jenderal.
   
Lalu pada 18 April 2002, secara demokratis mengantongi suara 90 persen dari seluruh peserta mubes terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Pascasarjana Bandung asal Sulawesi Selatan untuk periode 2002 – 2004.

“Menjadi mahasiswa itu tak lengkap jika tak terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik organisasi internal maupun eksternal kampus. Makanya, kepada mahasiswa, saya kerap mendorong mereka aktif berorganisasi,” paparnya. (jumadi mappanganro)

Data Diri
Nama: Prof Dr Andi Agustang
Lahir: Bone, 27 Desember 1963
Pekerjaan: Ketua Prodi S3 Sosiologi PPs UNM
Pendidikan:
S1: IKIP Ujung Pandang
S2: Unpad Bandung
S3: Unpad Bandung
Orangtua: Andi Bago Petta Nabba (ayah) dan Andi Cinta Petta Tati (ibu)
Anak: empat orang

Tulisan di atas terbit di Tribun Timur edisi cetak 1 Februari 2013




Komentar