Menjadi Travel Writer

Jatim Park 2, Batu, 26 Nov 2015

TRAVELING atau berwisata tentu menyenangkan. Tapi ada hal yang sering terlewatkan ketika kita berwisata.

Apa itu? Mendokumentasikan dan memublikasikan pengalaman berwisata tersebut dalam bentuk tulisan, foto dan video.

Dengan membiasakan menulis dan memublikasikan pengalaman berwisata, maka kita sebenarnya telah menjadi  travel writer

Mengacu kata yang membentuknya, travel writer bisa diterjemahkan sebagai penulis perjalanan. 

Bisa juga disebut penulis wisata atau jurnalis travel.


Pantai Akkarena, 10 Nov 2012

Aktivitasnya adalah traveling dan writing. Mendokumentasikan pengalaman jalan-jalan dalam bentuk tulisan. Lebih baik lagi jika dilengkapi foto atau video.

Obyek travel writing pun tidak melulu tentang destinasi wisata.

Bisa pula laporan tentang wisata adat atau budaya warga lokal, kuliner, maupun tentang wisata belanja di suatu daerah.


Bersama istri di Alun-Alun Malang, 26 Nov 2015

Bisa juga laporan tentang wisata sejarah dan wisata religi. 

Cerita tentang ole-ole atau souvenir khas suatu daerah yang dikunjungi juga menarik diberitakan. 

Bisa pula laporan tentang wisata kekinian di sekitar pemukiman Anda.

Intinya apa saja yang bisa menjadi alasan orang berkunjung.

Dengan menjadi travel writer, manfaatnya sangat banyak. Minimal destinasi atau obyek wisata yang kita ceritakan, makin dikenal luas. 

Pengalaman jalan-jalan kita pun bisa selalu dikenang. 

Orang lain yang membaca laporan wisata kita, juga bisa memeroleh banyak manfaat.  

Minimal mereka makin tahu tentang destinasi atau obyek wisata yang kita laporkan. 

Dengan tahu, mereka bisa mempertimbangkan apakah akan berkunjung atau tidak ke destinasi atau obyek wisata yang And ceritakan.



Chengdu, China, April 2016

Karena itu penting saat membuat tulisan tentang wisata, mengedepankan kejujuran. 

Menyampaikan tentang apa saja keunggulan maupun kekurangan yang kita lihat dan rasakan selama perjalanan. 

Tapi sebaiknya sisi keunggulan atau keunikan destinasi yang didatangi lebih banyak ditonjolkan dibanding sisi kekurangannya. 

Juga penting dalam tulisan ada detail info yang perlu diketahui para wisatawan untuk menjadi bahan pertimbangan. 

Detail dimaksud di antaranya: 

1. Nama tempat destinasi

2. Sejak kapan beroperasi / dibuka untuk umum

3. Jarak tempat tersebut dari bandara atau pelabuhan terdekat. Bisa dicek di google maps. 

4. Jarak destinasi yang dilaporkan dengan pusat kota (titik nol) atau kantor pusat pemerintahan daerah setempat.  

5. Cara menuju lokasi wisata tersebut? Anggaplah pembaca belum pernah ke lokasi wisata yang kita laporkan. 

6. Biaya masuk ke destinasi wisata. Jika gratis, jauh lebih menarik ditulis




7. Fasilitas apa saja yang bisa dilihat atau dirasakan pelancong di destinasi tersebut?

8. Apakah tempat wisata itu tergolong ramah anak, difabel, dan manula? 

9. Apakah tempat wisata itu menyediakan makanan halal dan musallah? Ini penting bagi wisatawan muslim. 

10. Bagaimana suhu daerah setempat? Info ini bisa menjadi pertimbangan apakah pelancong perlu membawa jaket tebal atau tak perlu.

11. Bagaimana kondisi jalan menuju destinasi yang diceritakan: mulus, banyak lubang atau bergelombang? 

12. Apakah tempat wisata itu menyediakan toilet dan air bersih? 

13. Hari atau bulan apa sebaiknya datang di tempat tersebut? Apa alasannya? 

14. Bagaimana kenyamanan parkir kendaraan pengunjung?

15. Obyek wisata lain apa saja yang ada di sekitarnya.

16. Apakah tempat tersebut bersejarah atau adakah momen bersejarah pernah terjadi di daerah tersebut? 

Misal Malino di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. 

Obyek wisata alam berhawa dingin ini pernah menjadi tempat peristirahatan para pembesar militer Belanda sejak 1927. Saat itu Sulawesi dipimpin Gubernur Jenderal Caron.

Daerah ini juga pernah menjadi lokasi pertemuan para tokoh perwakilan kelompok yang pernah bertikai di Poso dan Ambon. 

Pertemuan ini menghasilkan perjanjian perdamaian yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Malino I dan II.

Deklarasi Malino I terjadi pada 20 Desember 2001. Mendamaikan pihak berkonflik di Poso.

Sedangkan Deklarasi Malino II pada 2003 untuk mendamaikan pihak yang bertikai di Ambon.

17. Apa saja yang khas di daerah tersebut.

18. Jika menulis tentang kafe, rumah makan, atau tempat nongki, jangan lupa memaparkan: daftar menu makanan dan minuman beserta harganya. 

Juka dicantumkan: Apakah tempat tersebut menyediakan wifi gratis atau tidak? Apakah tersedia ruang no-smoking atau tidak? Ada musallah atau tidak? 

Apakah ada live musiknya? Bagaimana kapasitas ruangannya? Dll.


Wuhou Temple, Chengdu, China, April 2016

Intinya tulislah hal-hal baru, unik, menarik, hingga hal-hal penting yang dijumpai saat jalan-jalan. 

Lalu kirimlah ke media massa yang bisa menerima tulisan dari para traveller. 

Kini banyak surat kabar dan majalah yang menyediakan ruang bagi traveller berbagi cerita dan foto hingga video. 

Tribun Timur salah satu media mainstream di Kota Makassar yang sejak lama memasilitasi laporan wisata dari warga. Siapa saja.





Begitu pun televisi. Beberapa program tivi di Tanah Air juga menyediakan tayangan berisi laporan pengalaman wisata dari pemirsanya.

Kalau belum pede mengirim ke media mainstream, banyak solusi.


Salah satunya adalah memosting tulisan, foto, dan video wisata karya Anda di media sosial masing-masing.

Bisa di dipajang di Facebook atau di blog seperti tulisan ini.

Kelebihan menggunakan media sosial seperti Facebook dan Blog, panjang tulisan dan jumlah foto/video tak dibatasi. Suka-suka penulisnya.

Berbeda dengab media print, panjang tulisan dan foto yang bisa dimuat, sangat terbatas. 

Ini karena space atau ruang halamannya memang sangat terbatas. Itu pun tak bisa memajang video. Yang bisa dilakukan, memajang link atau barcode video. (JM) 

Komentar