Di Jamu Gaya Hidup

Seri Tribun Inspiratif

KAPAN dan di mana, selalu saja ia berbicara tentang jamu. Hasratnya untuk terus mencari tanaman berkhasiat yang bisa diolah menjadi jamu, rasanya susah dihentikan. Jika berkunjung ke suatu daerah, ia pun selalu mencari tahu tanaman apa yang kerap dijadikan masyarakat setempat untuk menjaga kesehatan mereka. 

JAMU - Dr Charles Saerang saat berbincang-bincang di Hotel Grand Clarion, Makassar, Kamis (23/5/2013). Presdir PT Njonja Meneer ini mengeritik pemerintah yang dinilai tak maksimal memberantas produk jamu berbahan kimia.

Itulah sosok Dr Charles Saerang, Presiden Direktur PT Njonja Meneer sekaligus Ketua Umum Pengusaha Jamu Indonesia. Saking ingin membudidayakan sekaligus melestarikan tanaman berkhasiat menjaga kesehatan, cucu Njonja Meneer itu pun telah membuat Taman Djamoe Indonesia (TDI) pada 2011 lalu.

Taman Djamu dimaksud berlokasi di Ungaran, Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Luasnya sekitar tiga hektare. Sekitar 1.000 jenis tanaman ditanam di taman ini. Taman ini juga telah berfungsi sebagai lokasi ekowisata.

Di dalam kawasan taman ini juga disediakan berbagai fasilitas penunjang. Di antaranya Spa Srikaton, Taman Djamoe Resto, Taman Djamoe Gift Shop, Meneer Corner, dan Herbaclinic. Juga fasilitas helipad.

“Juga saya lengkapi fasilitas laboratorium untuk kegiatan penelitian. Sebab dari 30-an ribu jenis tanaman yang diketahui, baru sekitar 200 jenis tanaman yang kami ketahui mengandung khasiat menjaga kesehatan dan kami olah menjadi jamu,” paparnya saat ditemui di Makassar dalam rangka Konvensi Nasional LIONS Club Indonesia, Kamis (23/5/2013).

Bagi Charles, jamu bukanlah sekedar minuman tradisional. Melainkan juga warisan leluhur yang wajib dijaga dan dikembangkan. Karena itu, Gubernur LIONS Club Indonesia periode 2004-2005 ini berharap taman-taman obat atau taman jamu juga bisa hadir di daerah-daerah lainnya. Termasuk di Sulawesi Selatan.

“Selain bisa sebagai usaha yang bisa menghasilkan uang yang besar, dengan membuat taman jamu juga berarti turut membantu menjaga kesehatan masyarakat,” tutur pria yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2-nya di Amerika Serikat ini.

Menurutnya, kampanye yang baik adalah mengajak bagaimana mencegah masyarakat sakit. Semisal menjadikan jamu sebagai bagian gaya hidup masyarakat. Bukan kampanye kesehatan gratis. Dengan kampanye gaya hidup sehat, diharapkan biaya berobat bisa diminimalisir.

“Dengan catatan, jamu yang dikonsumsi haruslah jamu asli alias tanpa sedikit pun campuran zat kimia,” pesan Charles yang sejak berusia 24 tahun (1976) dipercayakan mengelola PT Njonja Meneer.

PT Njonja Meneer adalah perusahaan produsen jamu yang mempekerjakan lebih 3.000 karyawan ini. Produknya pun kini mencapai 254 merek dan berhasil dipasarkan ke tiga benua: Asia, Eropa, dan Amerika. 

Ejekan Malaysia

Charles Saerang termasuk orang yang sangat geram dengan maraknya beredar di masyarakat jamu yang telah dicampur obat-obat kimia. Bukan menjaga kesehatan, jamu kimia itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Apalagi jika rutin dikonsumsi. Anehnya, peredaran jamu yang mengandung zat kimia itu sulit dihentikan.


“Sampai-sampai orang di Malaysia pernah saya dengar mengatakan jamu asal Indonesia itu adalah jamu racun. Sebagai pengusaha jamu, saya malu dengan ucapan itu. Hanya karena ulah pengusaha jamu ilegal, citra jamu kita di luar negeri buruk,” ujar Charles.

Charles pun mengkritik kurangnya perhatian dan lemahnya perlindungan pemerintah terhadap pengrajin produsen jamu tradisional Indonesia. Jumlah pengusaha jamu tradisional yang bergabung dalam organisasi Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia yang dipimpinnya sebanyak lebih 1.200 orang.

Kini usaha mereka yang memproduksi jamu asli alias tanpa bahan kimia, kalah bersaing dengan jamu kimia yang peredarannya dilarang alias ilegal. Apalagi, katanya, banyak orang lebih suka mengonsumsi jamu yang dirasakan khasiatnya segera terasa setelah minum jamu.

Padahal jamu yang demikian dicurigai kuat mengandung bahan kimia. Biasanya bahan kimianya adalah paracetamol. Ini jelas berbahaya bagi lambung dan hati.

“Sedangkan jamu asli itu kan butuh proses. Karena fungsinya adalah menjaga kesehatan. Bukan mengobati. Tapi sekali lagi, kita patut sesalkan karena begitu maraknya peredaran jamu berbahan kimia. Pelaku jamu ilegal itu terkesan dibiarkan membodohi masyarakat,” papar pria yang kendati telah berusia 62 tahun masih terlihat segar dan suka guyon ini. (JM)

Data Diri:
Nama: Dr Charles Saerang
Lahir: Semarang, Jawa Tengah, 20 Februari 1952
Orangtua: Ong Han How alias Hans Ramana, putra dari Nyonya Meneer
Pendidikan: Formal
1981: Doktor Philosophy Marketing, Kensington University, California, USA
1979: Master of Science, Kensington University California, USA
1976: Sarjana Ilmu Bisnis, Miami University, Ohio
Istri: dr Lindawati Suryadinata
Anak: Vanessa Kalani dan Claudia Alana

Catatan: Tulisan di atas dimuat di rubrik Tribun Inspiratif halaman 8 Tribun Timur edisi cetakJumat, 24 Mei 2013.


Komentar