Malam Mingguan di Kota Bandung

Seri Jalan-jalan
Di salah satu taman di Dago, Bandung, Sabtu (18/5/2013) malam

x
MENIKMATI suasana malam di Dago bisa menjadi pilihan saat berada di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. 

Apalagi saat malam Minggu, kawasan ini selalu ramai dikunjungi. Terutama muda-mudi Kota Bandung.

Setidaknya itulah yang saya saksikan saat berkunjung ke wilayah tersebut, Sabtu malam, 18 Mei 2013. 

Wikipedia mencatat, Dago adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Luasnya sekitar 6.000 HA. 

Dago atau dagoan berasal dari bahasa Sunda yang artinya menunggu. Wilayah ini berada di ketinggian 690-730 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Saya ke tempat ini bersama sejumlah peserta Training Instrument Cheklist bagi Surveyor untuk Survei Indeks Persepsi Penyedia terhadap Kinerja Pengadaan Barang dan Jasa Publik (PBJ). Digelar Kemitraan.

Agak larut malam kami ke Dago. Ini karena materi pelatihan yang kami berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. 

Kami memilih berkunjung ke Dago karena lokasinya relatif dekat dari Hotel The Jayakarta Suite.

Hotel yang kami tempati menginap ini terletak di Jl Ir H Juanda, Kota Bandung. Kami naik angkot ke lokasi dimaksud. 

Tak sampai 10 menit, kami sudah tiba. Biaya angkot Rp 2.000 per orang.

Malam itu, kami melihat sejumlah factory outlet, distro, kafe hingga rumah makan masih ramai dikunjungi.

Padahal malam sudah larut. Beberapa kelompok bersepeda motor juga nongkrong di pinggir Jalan Ir H Juanda yang kami lewati.

Sesekali ada saja pengendara sepeda motor melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan suara mesin yang bising.

Ajib, jurnalis yang sehari-hari bertugas di Bandung, mengajak kami mampir di sebuah tempat nongkrong. 

Namanya Makan-Makan Sawunggaling 2. Awalnya saya mengira tempat yang kami datangi adalah rumah makan, sesuai nama tempatnya Makan-Makan. 

Tapi perkiraan saya rupanya keliru. Tempat ini lebih cocok mungkin disebut kafe.

Pasalnya di tempat ini, para pengunjung hampir semua meneguk bir. Tak ada minuman semacam kopi susu maupun teh botol. 

Karena semua minuman yang disajikan mengandung alkohol, saya dan beberapa teman pun memilih hanya mencicipi kripik.


BANDUNG - Bersama sejumlah rekan di salah satu tempat nongkrong di Dago, Kota Bandung, Sabtu (18/5/2013) malam.
Para pengunjung tempat ini didominasi kalangan remaja. Laki dan perempuan hampir seimbang jumlahnya.

Mereka minum tak pakai gelas. Tapi langsung tos dari botol. Walau meneguk beberapa botol bir, saya tak melihat seorang pun di antara mereka berbuat onar. 

 Setidaknya hingga kami meninggalkan tempat ini Minggu (19/5/2013) dini sekitar pukul 02.30 WIB.

Di tempat ini, kalau makan dan minum minuman nonalkohol, kita datang sebelum jam 10 malam. 

"Karena setelah jam 10 malam, semua minuman yang disediakan hanya minuman beralkohol," jelas teman yang mengantar kami ke tempat ini.

Unik juga tempat ini. Tapi yang lebih unik menurut saya dari tempat ini adalah lokasinya.

Kafe ini dibatasi pagar tembok kampus Universitas Islam Bandung (Unisba).  Hmmmm....(jumadi mappanganro)

Bandung-Makassar, Mei 2013

Catatan: tulisan di atas juga saya posting di www.kompasiana.com 

Komentar