Menikmati Kopi di Warkop Agropolitan

- Jalan-jalan di Kota Gorontalo (4)


Warkop Agropolitan, Kota Gorontalo, Jumat (6/7/2013)

JAM telah menunjukkan pukul 07.00 wita. Hidangan untuk sarapan rupanya belum disediakan pihak Hotel Mega Zanur. 


Saya dan Muh Yahya Mustafa pun memilih keluar hotel memanfaatkan waktu dengan jalan-jalan pagi menyusuri Kota Gorontalo sembari mencari-cari tempat ngopi.

Lokasi yang kami tuju pertama adalah Pasar Sentral Kota Gorontalo. 


Kebetulan pasar ini agak dekat dari Hotel Mega Zanur. Dengan berjalan kaki sejenak, kami sudah tiba di pasar ini. 

Rupanya pasar ini bersebelahan dengan Terminal Kota Gorontalo. Pagi itu, terminal dan pasar masih sepi. Tampak bagian luar, umumnya kios-kios masih tutup.
 
Penasaran dengan suasana pasar sentral, kami menyusuri bagian dalam pasar sentral. Pasar ini tak begitu luas. 


Di bagian dalam, beberapa kios sudah buka. Namun belum banyak. Pembeli pun masih sepi. 

Tapi sejumlah pedagang sayur mayur di pasar ini sudah terlihat sibuk menata dagangannya.
 
Beberapa saat setelah keluar dari Pasar Sentral, akhirnya kami menemukan sebuah warung kopi (warkop). 


Namanya Warkop Agropolitan. Berada di Jalan Budi Utomo

Alhamdulillah pagi itu, warkop ini sudah buka. Kendati beberapa ruko di sekitarnya sebagian besar masih tutup. 

Beberapa pengunjung terlihat bercengkerama sembari menyeruput kopi di warkop ini.

Kami pun mampir dan memesan kopi susu. Tampak bagian luar warkop ini berpintu kayu bercat hijau.



Dinding berwarna krem. Sedangkan seluruh meja di warkop ini dicat biru. 

Warkop ini terbilang kecil dibanding kebanyakan warkop di Kota Makassar. Luasnya kira-kira hanya tiga kali lima meter. 

Jumlah mejanya pun tak lebih lima unit.


Kendati demikian, warkop ini agaknya cukup dikenal banyak orang di Kota Gorontalo. Katanya di sini tempat ngopinya para politisi. 

Beberapa 'orang penting' pernah mampir di warkop ini. 

Setidaknya itu yang saya lihat dari beberapa foto berbingkai yang dipajang di salah satu dinding warkop ini.

Satu di antara foto yang dipajang itu adalah foto Gubernur Sulawesi Selatan Dr Syahrul Yasin Limpo bersama Komunitas Warkop Agropolitan. 


Di foto ini tertera tanggal momen itu diabadikan yakni 16 Februari 2012.
 
Melihat raut wajah mereka pagi itu, agaknya para pengunjung warkop ini sudah tua-tua. Satu di antaranya adalah Haji Darwin. 


Usianya sudah 62 tahun. Dari Haji Darwin-lah saya dapat istilah lain Kota Gorontalo sebagai 'Kota Tidur'. 

Kenapa? Sebab kebanyakan toko-toko di kota ini umumnya masih tutup hingga pukul 08.00 wita.
 
Di sini, katanya, biasanya jam sembilan baru buka. Siang tutup lagi untuk salat lohor dan tidur siang. 


"Mereka baru buka toko lagi setelah salat ashar. Jam sembilan malam, tutup lagi," ujar lelaki bersongkok haji ini, Jumat (6/7/2013).
 
Haji Darwin tergolong orang yang asyik juga diajak bincang-bincang. Yang luar biasa, memorinya. 


Mengetahui kami asal Makassar, ia pun bercerita pernah ke Makassar. Kala itu tahun 1979-an. 

Ia masih ingat beberapa tempat yang pernah didatanginya.
 
Di antaranya Benteng Rotterdam, Jalan Somba Opu, Pantai Losari, dan Rumah Sakit Stellamaris. 


Ia juga masih ingat pernah masuk bioskop di Makassar. Kala itu katanya harga tiket masuk bioskop Rp 350 per tiket.
 
Yang membuat saya kaget, saat dia cerita bahwa kala itu sudah sering balapan liar di Jl Veteran, Makassar. 


Wah, ternyata balapan liar di jalan tersebut sudah berlangsung sejak 30-an tahun lalu. 

'Hebatnya' balapan liar yang meresahkan warga itu masih terjadi hingga 2013 ini.
 
Tak terasa lebih sejam kami nongkrong di warkop ini. Kami pun kembali ke hotel untuk sarapan. 


Tapi astaga, kendati sudah menunjukkan hampir pukul 09.00 wita, hidangan sarapan belum juga disajikan pihak hotel. 

Padahal hotel ini masuk kategori hotel bintang satu. (JM)

Gorontalo, 6 Juli 2013

Komentar

Posting Komentar