Uang dari Jam Tangan Politik

PENAMPILANNYA sederhana. Ke mana-mana mengendarai sepeda motor. Tas ransel tak pernah ketinggalan dibawanya. Hampir setiap hari, ia melakukan tur dari satu warung kopi (warkop) ke warkop lainnya yang ada di Kota Makassar.

Dalam sehari, rata-rata bisa sampai 10 warkop di Kota Anging Mammiri ini disinggahinya. Kini, mungkin hampir tak ada warung kopi di Kota Makassar yang tak pernah disinggahinya.

Tak sekadar ngopi atau diskusi biasa dengan para pengunjung. Di setiap warkop yang didatanginya, lelaki ini selalu menawarkan jualannya: jam tangan aneka merek dan jenis. Itulah keseharian Muhammad M Imran.

Tapi jangan pandang enteng pekerjaan pria kelahiran Makassar, 26 Juni 1981 ini. Pasalnya, walau kerjanya menawarkan jam tangan dari satu warkop ke warkop lainnya, ia bisa memeroleh keuntungan tidak kurang Rp 50 juta sebulan.

Bahkan pernah meraup untung bersih hingga lebih Rp 300 juta hanya dalam tempo sebulan berjualan. “Waktu itu momen Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013,” ujar Imran saat ditemui di salah satu warkop di Jl Boulevard, Kecamatan Panakkukang, Makassar, awal September 2013 lalu.
 
Bagi lulusan SMA 4 Makassar ini, pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah momen paling paling menguntungkan dari bisnis yang digelutinya. Sebab setiap jelang pilkada, rezekinya pun melimpah.

Karena setiap jelang pilkada, jam tangan buatannya banyak yang pesan. “Selama Pilwali Makassar ini, saya bisa untung tidak kurang Rp 50 juta sebulan,” ujar lelaki yang akrab disapa Son ini.

Dalam sehari, bisa laku seribu unit. Pada Pilwali Makassar yang baru-baru ini, katanya, tim DIA, Noah, Tamzil, dan Muhyina yang banyak pesan jam tangan ke dirinya.

Tak hanya di Makassar. Beberapa tim pemenangan calon bupati di daerah lainnya di Sulsel juga tak sedikit yang pesan jam tangan bergambar kandidat ke Imran. Harganya mulai Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per unit.

Jam tangan paling laku dan banyak dipesan adalah jam tangan yang ada gambar kandidat yang sedang bertarung. Ada juga yang pesan jam tangan dengan gambar nomor urut pasangan calon. Sebagian lainnya ada yang jam tangan yang warna talinya sama dengan warna khas kandidat.

Soal gambar kandidat, ada kalanya ia desain sendiri. Ada juga tim pemenangan kandidat yang telah menyediakan gambar/desain untuk diperbanyak. Sebagian pula ia ambil dari internet. (jumadi mappanganro)

Inspirasi Pilkada

MENURUT Imran, ide membuat jam tangan bergambar kandidat kepala daerah pertama kali muncul saat momen Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2008 lalu. Kala itu, ia mencoba menawarkan jam tangan bergambar Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang (Sayang) dan gambar Amin Syam-Mansyur Ramli (Asmara) ke beberapa rekannya.

Rupanya jam tangan bergambar kandidat itu disukai banyak orang. Tim pemenangan Sayang dan Asmara kala itu pun memesan banyak jam tangan buatannya. Sejak itulah, Son melihat bisnis jam tangan bergambar kandidat pada momen pilkada sangat menggiurkan.


Makanya pada Pilgub Sulsel 2013 dan Pilwali Makassar baru-baru ini, Imran tak menyianyiakan kesempatan dengan memproduk jam tangan politik sebanyak-banyaknya. Hasilnya, ia mengaku baru saja membeli rumah permanen di Kota Makassar.

“Tapi saya sadar, bisnis jam tangan politik ini biasanya hanya laris jelang pilkada,” kata Imran saat ditemui di Makassar, awal September lalu.

Sejak 2004

Imran menceritakan, jualan jam tangan telah digelutinya sejak tahun 2004 lalu. Ia sempat berjualan jam tangan dengan membuka kios di Pasar Sentral, Makassar. Namun bisnisnya kala itu biasa-biasa saja. Kala itu, untungnya tak pernah lebih Rp 4 juta sebulan.

Ia kemudian menutup kiosnya. Ia lebih memilih berjualan jam tangan dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya di Kota Makassar. Jam tangan yang dijualnya umumnya awalnya ia beli langsung di Pasar Senen, Jakarta. Pasalnya, di pasar ini, jam tangan aneka merek, ukuran, dan jenis bisa dengan mudah ditemukan.

Namun karena hubungannya sudah terjalin lama, Imran tak perlu lagi ke Pasar Senen untuk belanja jam tangan yang diinginkan. Cukup ia mengirim pesan singkat elektronik (SMS) ke relasinya di Pasar Senen, hanya dalam tempo dua hari saja, pesanannya pun datang. (jumadi mappanganro)

data diri
Nama: Muhammad Imran
Anak: dua orang
Istri: Hajjah Fitriani
Pendidikan: Alumni SMA Hangtuah Makassar
Alamat: Jl Yos Sudarso, Makassar




Komentar