Spirit Menulis dari Dr Abustan

 
Dr Abustan SH MH. Kini menjabat anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2013-2016.


DOSEN yang juga pengacara di Kota Makassar masih sedikit yang kerap muncul tulisannya di media massa. Satu dari sedikit itu adalah Dr Abustan SH MH. 

Saya mengenalnya sejak tahun 2002. Saat itu saya masih berstatus mahasiswa. Kami kadang kala tak sengaja bersua di warung kopi.  Saat itu, nama Abustan sudah dikenal banyak orang. Maklum, saat itu ia tercatat sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Bukan hanya itu, nama dan fotonya kerap muncul di surat kabar harian terbitan Makassar. Pun tak  jarang namanya muncul di rubrik opini surat kabar sebagai penulis. Dibanding legislator lain di Sulsel, Abustan boleh dibilang adalah anggota dewan yang paling produktif menulis artikel untuk media massa. 

Kebiasaannya menulis artikel untuk media massa pun tak berhenti hingga saat ini. Kendati kegiatannya semakin banyak sejak dilantik sebagai anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2013-2016 di Jakarta, Abustan masih tetap rutin mengirim tulisan untuk rubrik opini surat kabar di Makassar. 

Satu di antara surat kabar yang kerap dikirimkan artikelnya adalah Tribun Timur, tempat saya bekerja sebagai jurnalis sejak akhir tahun 2003 lalu. Sebagai penanggungjawab rubrik Tribun Opini, saya kerap menerima pesan singkat elektronik (SMS) dari dia. Isi SMS-nya menginfokan bahwa tulisannya telah dikirim ke email opini tribun cc ke email saya.

Nah pada Senin (9/12/2013) lalu, saya berkesempatan 'bersua' lagi dengannya. Tapi tak sampai pertemuan fisik. Sebab saat itu, dia sedang di Jakarta. Saya di Makassar. 

Persuaan kami akhirnya dalam bentuk komunikasi via BBM. Alhamdulillah, Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Makassar ini juga bersedia melayani saya mewawancarainya via BBM. 

Hasil wawancara itu kemudian dimuat di rubrik Tribun Life, halaman 33 Tribun Timur edisi cetak Selasa (10/12/2013). Tribun Life adalah rubrik baru di Tribun Timur. Berikut ini hasilnya.
Halaman 33 Tribun Timur edisi cetak 10 Desember 2013.

data diri
Nama: Dr Abustan SH MH
Lahir: Bone, 27 Mei 1962
Jabatan:  Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2013-2016
Orangtua: Purn TNI H Menta dan Hj Maru

Riwayat pendidikan
- SD hingga SMP di Bone
- SMA Negeri 5 Makassar
- S1-S3: Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
Istri: Iriani S Busthami SE
Anak: Eka Sukma Abustan, Ais Ilham Abustan, Iin Rezki Abustan
Karier pekerjaan
- Advokat/Penasehat Hukum (legal advisor) nomor keanggotaan 9510710
- Anggota DPRD Povinsi Sulsel periode 1999-2004
- Dosen pengajar tetap di Universitas Indonesia Timur (UIT)
- Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2013-2016
Rumah: Jl Kejayaan Selatan K 455 BTP, Makassar dan di Jl Sunter Kompleks DKI Jaya 2 Blok B 10, Jakarta Utara.
Kantor: Jl Ridwan Rais N0 5 Lt 11 Jakarta Pusat

Organisasi:
- Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Makassar
- Dewan Penasehat FKPPI Sulsel
- Korps Alumni HMI (KAHMI) Pusat


Style:
Hobi: membaca dan menulis
Kuliner kesukaan: nasi goreng, pisang goreng, dan minum kopi
Tempat nongkrong favorit: Warkop Olala di Makassar dan Warkop Phoenam di Jl Wahid Hasyim, Jakarta
Penulis idola: Pramoedya Ananta Toer
Parfum kesukaan: Hugo Boss
Jam tangan kesukaan: Hublot
Pesawat kesukaan: LionAir dan kadang-kadang Garuda Indonesia
Asuransi: Bumiputra
Politisi idola: Prof Dr M Amien Rais (mantan Ketua MPR RI)

Karya buku:
1. Mozaik Pemikiran Hukum dan HAM Pasca Reformasi
2. Parpol di Tengah Kubangan Korupsi
3. Jadilan Konsumen Cerdas (sementara proses di penerbitan)


Menulis Itu Pekerjaan Mengasyikkan

SELAMA ini ia tergolong sibuk. Maklum, pekerjaannya beragam: pengacara, dosen, dan kini juga sebagai anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) periode 2013-2016. Selama ini ia harus bolak-balik Makassar-Jakarta.

Namun di sela-sela kesibukannya itu, Dr Abustan SH MH masih kerap menulis artikel untuk beberapa surat kabar di Kota Makassar. Termasuk rutin mengirim artikel untuk rubrik opini di Tribun Timur.

Rupanya, menulis bagi Abustan sudah taraf hobi. Kegemarannya menulis itu terasa sejak ia masih menyandang status sebagai mahasiswa S1. Awalnya, ia suka menulis puisi dan naskah drama.

“Lalu berlanjut menulis artikel untuk media massa. Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih rutin menulis. Sebab saya menganggap menulis itu adalah pekerjaan yang mengasyikkan,” tulis Abustan yang melayani wawancara dengan Tribun via BBM, Senin (9/12).

Namun disesalkan, banyak puisi, naskah drama, hingga artikelnya yang pernah dimuat di media massa sejak masih mahasiswa itu kini arsipnya tak dimilikinya. “Soalnya saya termasuk orang yang tidak pintar menyimpan (koleksi) tulisan,” katanya lagi. Saat berbincang dengan Tribun, Abustan sedang berada di Jakarta.

Hanya sebagian dari banyak tulisannya itu arsipnya masih bisa diselamatkan. Itu pun tulisan-tulisan yang dibuatnya pascatumbangnya Orde Baru. Sebagian di antara tulisannya itu telah dibukukan.

Di antaranya dimuat dalam bukunya berjudul Mozaik Pemikiran Hukum dan HAM Pasca Reformasi. Di buku ini, kata pengantarnya ditulis  Dr (HC)AM Fatwa dan Prof Dr OC Kaligis SH MH dan Prolognya ditulis Prof Dr Aswanto SH MSi DFM.  Sebagian lagi tulisannya dimuat dalam buku berjudul Parpol di Tengah Kubangan Korupsi.

“Tulisan-tulisan saya kebanyakan bertitik tolak dari kondisi penegakan hukum yang sedang aktual,” tambahnya.

Menurutnya, untuk mempertajam kepekaannya itu, ia harus sensitif dengan realitas atau kondisi yang dialami masyarakat di sekelilingnya.

Abustan mengakui, keterampilannya menulis banyak dipengaruhi pula dari kegemarannya membaca apa saja sejak remaja. Tak hanya literatur hukum. Tapi juga menyenangi bacaan sastra. Terutama novel-novel karya sastarawan besar yang dimiliki bangsa Indonesia yakni Pramoedya Ananta Toer.
(jumadi mappanganro)

Sejak Remaja Terpikat Advokat
Abustan menceritakan, sejak remaja ia memang berniat menjadi advokat. Makanya saat tamat SMA Negeri 5 Makassar, ia memilih masuk di Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI).

“Anggapan saya sejak kecil profesi advokat itu adalah pekerjaan yang terhormat. Menarik dan penuh tantangan. Presiden di Amerika didominasi dari profesi lawyer (advokat),” tambah Abustan.
 
Impian menjadi lawyer (advokat) pun berhasil ia wujudkan. Bagi Abustan, dunia kepengacaraan telah banyak memberinya pengalaman berharga. Sebab ia bisa mengenal berbagai karakter, budaya dan mentalitas aparat penegak hukum
(criminal justice sytstem).

Ditanya mengenai filosofi hidupnya, Abustan menjawab, Hidup ini hanya sekali untuk itu kita harus manfaatkan sebaik-baiknya. “Saya juga selalu terinspirasi penggalan salah satu puisi Chairil Anwar yakni Kerja belum selesai ....” tulisnya saat berbincang dengan Tribun via BBM, Senin (9/12). 
(jumadi mappanganro)

Komentar