Hidayat Nahwi Rasul

Koordinator Penyelesaian Sengketa Informasi KIP Sulsel


Relaksasi di Warung Kopi

MENCARI M Hidayat Nahwi Rasul tak susah. Jika tak sedang berada di rumahnya atau di kantornya, cari saja di warung kopi. Tepatnya di Warkop Phoenam di Jalan Boulevard, Kecamatan Panakkukang, Makassar. Sebab suami dari Effisia Mardia Aulia ini memang kerap menyempatkan diri untuk kongkow-kongkow ke Warkop Phoenam.

Bagi Hidayat, kesukaannya kongkow-kongkow di warkop punya banyak manfaat. Di antaranya sebagai momen mempererat silaturrahim dengan rekan, sahabat, dan para mitranya.

Saban duduk di warung kopi, Koordinator Penyelesaian Sengketa Informasi Komisi Informasi Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2011-2015 juga memanfaatkannya untuk berdiskusi. Tentang berbagai hal: agama, sosial, ekonomi, politik lokal hingga perpolitikan nasional.

Tak jarang tema-tema yang didiskusikan di warung kopi tersebut juga dipancarluaskan melalui Radio Mercurius Top FM. Kadang juga diskusi mereka berlanjut di Obrolan Meja Bundar di CelebesTV.

“Dengan diskusi dan silaturahmi di warkop, bagi saya itu merupakan bagian dari relaksasi atau cara saya mengendalikan stres,” ujar Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan (KPID Sulsel) Periode 2003-2006 ini.

Walau sering ke warung kopi, Hidayat tak sembarang meminum kopi. Sebab kopi kesukaannya adalah kopi hitam tanpa gula. Sesekali saja dicampur susu. “Maklum, usia seperti saya ini mesti jaga kesehatan,” kata Hidayat yang juga Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dalam wawancara dengan Tribun via BBM, awal Maret 2014 lalu.

Media sosial
Selain soal politik, Hidayat kini makin aktif berbicara perihal perkembangan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, termasuk pula tentang media sosial yang sedang tren. Ini karena Hidayat juga dipercaya memimpin Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Menurutnya, media sosial di Sulsel cukup baik mendorong demokratisasi informasi. Hanya saja, katanya, utilisasi media sosial perlu ditingkatkan untuk lebih fungsional menumbuhkan kecerdasan, harmoni dan kebersamaan.

Ia mengeritik sebagian masyarakat yang kerap tak memerhatikan etika dalam berbagi di media sosial. Padahal menurutnya, media sosial hendaknya digunakan untuk kebaikan dan kebenaran. Bukan untuk bullying.

Yang dia maksud tak memerhatikan etika itu di antaranya sangat banyak orang menggunakan nama samaran di media sosialnya. Facebook, Twitter, dan beragam media sosial lainnya, katanya, masih banyak orang tak menggunakan nama dan foto sebenarnya. Bukan hanya itu, mereka kerap menggunakan kalimat-kalimat tak sopan.

“Padahal, etikanya di media sosial pun setiap orang dituntut untuk tidak menggunakan kalimat yang bisa meruncingkan masalah perbeda suku, agama, dan ras. Juga mesti tetap menghormati NKRI dan lambang-lambang negara serta menyebarkan pornografi,” pesan mantan Presiden Director PT Global Telematika Utama ini. (jumadi mappanganro)


Inspirasi dari Buku karya Penulis Ternama

BAGI Hidayat Nahwi Rasul, ada empat buku yang dianggapnya sangat menginspirasinya. Keempat buku dimaksud, pertama berjudul Guncangan Besar yang ditulis Francis Fukuyama. Kedua, The World is Flat karya Thomas L Firedman. Ketiga, buku berjudul What Would Google do yang ditulis Jeff Jarvis. Keempat adalah buku berjudul The New Digital Age karya Eric Scmidt.

Dalam buku Guncangan Besar, menginspirasi Hidayat bahwa betapa pentingnya modal sosial dijaga dalam menghadapi berbagai guncangan-gundangan akibat globalisasi saat ini. Ada empatr guncangan besar yang dimaksud  Francis Fukuyama.
  
Pertama, kemiskinan melahirkan permasalahan baru seperti kriminalitas, narkoba, dan ketidak teraturan. Kedua, orang kaya baru yang melahirkan keterasingan, broken home, bentuk-bentuk kenakalan baru, perceraian, dan masalah lain karena keinginan untuk mempertahankan kekayaan, dan lain-lain.
  
Ketiga, kesalahan pemerintah membuat program dan solusi terhadap berbagai soal. Keempat, munculnya budaya-budaya baru. Maka menghadapi berbagai guncangan-guncangan tersebut, maka modal sosial seperti kekerabatan, solidaritas, saling menghargai harus dijaga.

“Bahkan dikapitalisasi dan dilembagakan agar dampak guncangan besar tersebut tidak menghilangkan sendi-sendi bermasyarakat dan berbangsa,” tulis Hidayat dalam wawancara via BBM dengan Tribun, beberapa hari lalu.

Sementara dari buku The World Is Flat memberinya inspirasi bahwa dalam dunia bisnis, dunia sudah bordferless dan akan mengikut sektor lainnya sebagaimana terlihat pada fenomena lahirnya China Factor, India Factor saat ini  Betapa perusahaan besar dunia saat ini berlomba  membuat pbrik di China untuk efisiensi produksi.

Tak sedikit perusahaan-perusahaan jasa di Amerika memanfaatkan tenaga murah di India yang fasih berbahasa Inggris ala Amerika dengan menggunakan sistem telekomunikasi murah. Misalnya penjual Pizza di AS menggunakan jasa orang di India untuk melayani pesanan. Dunia akhirnya menjadi borderless akibat kepentingan ekonomi dan kemajuan teknologi komunikasi.

“Sedangkan buku What Would Google Do kita disadarkan bahwa Google adalah sebuah fenomena baru pada abad internet yang telah membuat cara kita bekerja, belajar dan hiburan kita begitu tergantung pada internet,” papar sarjana ilmu komunikasi Unhas kelahiran Makassar 26 April 1961 ini.

Sementara dari buku The New Digital Age, katanya, memberi gambaran bahwa pada tahun 2025 kecepatan microprocessor komputer mendatang 64 kali lipat komputer sekarang. Ini menggambarkan bahwa bagaimana net generation akan berperan penting dalam peradaban manusia.

“Yang belum baca keempat buku karya penulis-penulis ternama dunia tersebut, saya sarankan membacanya. Sebab memberi inspirasi agar kita bisa lebih siap menghadapi banyak kejutan dan fenomena sosial di sekitar kita,” katanya. (jumadi mappanganro)

= = =


style:
Hobi: Berbagi di media sosial, mengaji dan kongkow-kongkow di warkop
Isi waktu libur: umrah, ke travelling ke daerah-daerah
Jam tangan kesukaan: Rolex
Pesawat yang sering ditumpangi: Merpati (sebelum dibangkrutkan), Citilink, dan Lion Air
Tim bola Eropa favorit: Barcacelona FC
Makanan kesukaan: Pallu mara, ikan bandeng bakar
Tempat kongkow favorit: Warkop Phoenam di Jl Boulevard, Makassar
Buku favorit: (1) Guncangan Besar karya Francis Fukuyama (2) The World is Flat, Thomas L Firedman, (3) What Would Google do karya Jeff Jarvis, (4) the new Digital Age,eric Scmidt                        
            
Data diri
Nama: M Hidayat Nahwi Rasul MSi
Lahir: Makassar, 26 April 1961
Istri: Effisia Mardia Aulia
Anak-anak: Lia, Rio, Ochank, Sidik, Sakti, Afa, Aisyah, Azizah
Website pribadi: www.hidayatnr.org

Riwayat pekerjaan
- Koordinator Penyelesaian Sengketa Informasi Komisi Informasi Sulawesi Selatan periode 2011-2015
- Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Selatan (KPID Sulsel) periode 2003-2006

Organisasi
- Director of Center of Information and Communication Studies (CICS)
2002-present
- President Keluarga Hijau Indonesia 2010 – present
- Marketing and Publication DPP Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
2012-2017
- Pengurus Masjid Al Markas Al Islami Jenderal M Jusuf
- Ketua DPP LDII
- Ketua Forum Telematika KTI
- Pengurus ICMI Sulsel
- Anggota Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
- KAHMI Sulsel
- HMI Cabang Makassar



Pendidikan:
- Magister Ilmu Adminstrasi Publik, STIA YAPPANN Jakarta, 2013
- Sarjana lulusan Jurusan Komunikasi FISIP Unhas, selesai 1988
- SMA Negeri 1 Makassar, selesai 1979
- SMP Negeri 6 Makassar, selesai 1976
- SD Kartika Chandra Kirana Makassar, selesai 1973
 

Bisnis:
• PT. Global Transindo Energy, Jakarta, President Director/CEO, des 2009 -
present
• PT. Global Telematika Utama - Makassar, President Director/CEO, June 2003
– 2011
• PT. Incatel Global Parama – Jakarta, President Director/CEO, January 2001 –
2010
• PT. Wirajaya - Makassar, President Director/CEO, Jan 2001 – June 2003
• PT. Intikarya Telematika - Bandung, President Director/CEO, 1998 – 2000
• PT. Intikarya Teknik Telekomunikasi - Bandung, Marketing Director, 1998 –
2000
• PT. Nurizka Raya Artha - Bandung, Head of Marketing Div, 1993 – 1998
Non-Business:

Komentar