Rina Noerdin Djohan

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Makassar




Anak Jadi Teman Curhat

BAGI ibu rumah tangga sekaligus pekerja profesional yang merasa mudah stres, mungkin bisa mengikuti tips dari Rina. Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar ini punya cara khusus mengatasi stres.
                          
Di antaranya, katanya, ia selalu menyempatkan waktu berbagi cerita dengan anaknya yang sudah beranjak remaja. Sesekali, wanita yang meraih gelar magister dari dari STIA LAN Makassar ini pun mengajak dua anaknya nonton bersama di bioskop.

“Saya memang paling senang bergaul sama anak-anak. Sebab anak-anak pada umumnya seperti tidak punya susah. Mereka bebas ketawa ketiwi,” katanya diiringi tawa ringan saat bersua dengan Tribun di Museum Kota Makassar, akhir Maret 2014 lalu.

Menurut Rina, jika sedang bercanda bersama anak-anaknya, ia pun kadang larut dalam kegembiraan mereka.

“Bahkan kadang lupa perbedaan umur kami. Padahal usia saya kan hampir setengah abad. Sedangkan anak saya yang pertama, baru duduk di bangku kuliah. Sementara yang bungsu, masih SD,” katanya.

Selain bercanda dengan anak, untuk mengurangi bebas stres, Rina juga sesekali meluangkan waktu membaca novel. Terutama novel bergenre remaja. Alasannya, novel remaja umumnya ringan dan menghibur.

“Cara lain dengan jalan-jalan ke  mal. Walau tidak belanja. Hahaha....maklum gaji PNS,” tutur wanita yang ke kantor mengendarai mobil Mazda 2 ini.

Sedangkan untuk menjaga kesehatan, Rina mengaku tergolong orang yang tak membiasakan diri mengonsumsi vitamin.

“Cukup istirahat dengan berbaring di tempat tidur jika saya merasa capek. Karena minum vitamin apapun, jika tidak istirahat ya pasti ambruk juga badan ini,” kata penggemar penyanyi Withney Housten dan Diana Ross ini. (jumadi mappanganro)
 
sidebar
Biasakan Anak Berbahasa Bugis

Rina juga punya cara khusus dalam melestarikan kekayaan budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Cara khusus dimaksud adalah membiasakan berkomunikasi dengan suami dan anak-anaknya di rumah dengan menggunakan bahasa Bugis.

“Sebab saya tidak mau, anak-anak saya tumbuh dewasa, tapi kelak mereka tak tahu bahasa leluhurnya yakni bahasa Bugis. Orang mungkin menilai cara kami berkomunikasi kampungan. Tapi itulah cara kami mencintai dan melestarikan budaya leluhur,” tutur wanita yang ditemui Tribun di Museum Kota Makassar, akhir Maret 2014 lalu.

Rina yang juga fasih berbahasa Inggris ini merasa prihatin karena banyak remaja di Sulsel yang kini tak tahu bahasa nenek moyangnya. Misalnya tak tahu bahasa Bugis, padahal orangtunya Bugis. Tak tahu bahasa Makassar, padahal ibunya Makassar.

“Banyak kok remaja yang tak tahu bahasa Toraja, padahal bapaknya Toraja. Tak tahu bahasa Mandar, padahal kedua orangtuanya sama-sama Mandar. Sementara mereka berlomba-lomba ingin menguasai bahasa Korea misalnya, kan ini memiriskan,” paparnya dengan wajah serius. (jumadi mappanganro)

Data Diri
Nama: Rina MSi
Lahir: Parepare, 19 Desember 1965
Jabatan: Kabid Disdikbud Kota Makassar   
Suami: Fauzy Ilyas
Anak: Fatyana Indah Permata Sari (Kuliah di Fakultas Psikologi UNM), Cinta Raidah Raisyah (Kelas 2 SD)

Riwayat pendidikan:
SDN Pembangunan 1 Makassar
SMP Pembangunan 1 Makassar
SMAN 3 Makassar
SMAN 5 Makassar
S1: FISIP Unhas
S2: STIALAN Makassar (2001)
Universitas Erasmus Huis Rotterdam, Belanda (2003)

Style:
Tokoh yang dikagumi: Ir Soekarno dan Nelson Mandela
Bacaan favorit: Buku biografi dan buku motivasi dari orang-orang sukses
Pesawat yang sering ditumpangi: Garuda Indonesia Airlines
Parfum: Tresor Lancome dan Benetton
Jam tangan: Bonia
Penyanyi idola: Reza Artamevia, Withney Housten, dan Diana Ross
Sepatu: Everbest
Mobil: Mazda 2
Makanan kesukaan: pecel dan kue beppatori dari Tana Toraja
 

Komentar