Dr Arlin Adam: Informasi Dapat Menjadi Benteng Penyebaran AIDS

Laporan wartawan Tribun Timur Jumadi Mappanganro

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tim Assistensi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sulawesi Selatan Dr Arlin Adam SKM MKes menilai, peningkatan epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Sulawesi Selatan disebabkan banyak faktor.

Satu di antaranya adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia tersebut. Dampak dari rendahnya pemahaman tersebut, terjadi penularan ‘diam-diam’ HIV kepada banyak orang. Banyak masyarakat tak menyadari dirinya telah tertular.

“Kecepatan penularan HIV dan AIDS jauh lebih tinggi dibanding upaya kita melakukan penanggulangan penyebarannya,” ujar Arlin saat bersama pengurus KPA Sulsel berkunjung di Kantor Tribun Timur, Makassar, Senin (23/6/2014). 

Dr Arlin Adam SKM MKes (kanan) saat diterima Wapimred Tribun Timur Ronald Ngantung di Kantor Tribun, Makassar, Senin (23/6/2014). Menurut Arlin, Kecepatan penularan HIV dan AIDS jauh lebih tinggi dibanding upaya kita melakukan penanggulangan penyebarannya.

Makanya, katanya, cara efektif untuk menanggulanginya adalah dengan membentengi masyarakat dengan informasi yang baik dan benar. Melalui media massa salah satunya. Lebih khusus surat kabar dan media online.

“Dengan informasi yang benar dengan frekuensi yang tinggi tentang HIV dan AIDS, diharapkan warga lebih banyak sadar dan menghindari perbuatan berisiko,” papar Arlin yang juga Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) ini.

Contoh informasi yang benar dan mengedukasi tersebut misalnya bahwa HIV menyerang manusia siapapun juga. Tanpa membedakan usia, profesi, suku bangsa, orientasi seksual, status sosial dan perbadaan-perbedaan lainnya. Selama perilakunya berisiko terhadap penularan HIV, ada kemungkinan seseorang tertular HIV.

HIV dapat menyebar antara lain melalui penggunaan jarum suntik/alat tindik/alat tatto/pisau cukur/silet yang tercemar HIV secara bergantian. Juga menular melalui seks bebas dengan lelaki atau wanita yang terjangkit HIV.

Bisa juga menyebar melalui transfusi darah yang tercemar HIV. Penularan HIV dapat pula terjadi pada ibu hamil yang ber-HIV kepada bayinya saat melahirkan dan menyusui.

KPA - Sekretaris KPA Provinsi Sulsel M Saleh Radjab MM dan rombongan saat berkunjung di Kantor Tribun, Makassar, Senin (23/6/2014). Pada kunjungannya, Saleh perkembangan terkini terkait penyebaran HIV dan AIDS di Sulawesi Selatan.

Namun HIV tidak menular melalui kontak-kontak sosial seperti berjabat tangan, bersentuhan, berpelukan, berciuman, atau tinggal serumah. HIV juga tak menular dengan menggunakan peralatan makan/minum bersama, berenang atau kontak-kontak sosial lain yang tidak menyebabkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang tercemar HIV.
“Dengan mengetahui lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses penyebaran itu HIV dan AIDS, orang yang belum terkena HIV dapat menghindarinya. Sedangkan mereka yang berada di populasi berisiko dapat segera periksa apakah dirinya terjangkit HIV atau belum,” tambah Arlin.

Sedangkan bagi yang telah positif terjangkit HIV (ODHA), dengan pemberitaan yang mengedukasi diharapkan semangat hidupnya tetap ‘menyala’ dan mulai harus rutin berobat.

Arlin menambahkan, dengan informasi yang mengedukasi dengan frekuensi yang tinggi tentang HIV dan AIDS juga dapat meminimalisir stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dan OHIDA. ODHA adalah sebutan yang diberikan kepada mereka yang positif terkena infeksi virus HIV. Sedangkan OHIDA adalah orang yang hidup bersama dengan ODHA. (*/tribun-timur.com)

Catatan: tulisan di atas dimuat di www.tribun-timur.com, Senin 23 Juni 2014

Komentar