Inspirasi dari Dr Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti


SENIN siang, 21 Juli 2014, saya dan Mulyadi menerima kunjungan Dr Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti di kantor Tribun Timur, Makassar. Mulyadi adalah calon reporter Tribun Timur

Sedangkan Abul Hasan adalah pengajar Ulumul Quran di Hauzah Ilmiah Qum dan beberapa sekolah di Iran. Hafidz Quran. Juga dikenal sebagai ulama Syiah sekaligus Direktur Departemen Perencanaan dan Pengawasan Deputi Internasional Hauzah Ilmiah sekaligus Direktur Penerbit Dar Al Hasanain. 
 
Dr Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti (kanan) didampingi Akmal Kamil (kiri) saat berkunjung di Kantor Tribun Timur, Makassar, Senin (21/7/2014). Abul Hasan adalah ulama Syiah dan hafidz Al Quran.

Abul Hasan datang bersama beberapa pengurus Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) Sulawesi Selatan. Mengenakan busana khas Iran, Abul Hasan banyak bercerita tentang perkembangan pendidikan Al Quran di Republik Islam Iran. Juga tentang pengalamannya berkunjung ke beberapa kota besar di Indonesia. Ini kali kedua ia ke Indonesia. 

Dalam bahasa Persia yang diterjemahkan Ustad Akmal Kamil, ia mengawali paparannya dengan memberi penilaian positif tentang umat Muslim Indonesia yang memiliki kecintaan yang tinggi terhadap Al Quran dan Rasulullah SAW. 

Ia mengaku takjub karena tak sedikit umat Muslim Indonesia yang memiliki animo yang tinggi belajar Al Quran sejak dulu hingga kini. Hal itu terlihat dari begitu banyak umat Muslim di Indonesia yang tergolong pembaca-pembaca Al Quran yang fasih. Juga banyak para penghafal Al Quran, baik orang dewasa maupun mereka yang masih berusia anak-anak. 

Hal serupa terjadi bagi umat Muslim di Iran. Katanya, sejak kemenangan Revolusi Iran, telah terjadi peningkatan drastis jumlah pembaca fasih dan penghafal Al Quran. 

Sekadar referensi bahwa Revolusi Iran mengakhiri rezim Monarki dibawah Shah Mohammad Reza Pahlevi menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini. Revolusi ini sering disebut pula 'revolusi besar ketiga dalam sejarah' setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik. 

Revolusi ini berlangsung dalam rentang-waktu Januari 1978 yang ditandai demonstrasi besar pertama dan ditutup dengan disetujuinya konstitusi teokrasi baru - ditandai Khomeini menjadi Pemimpin Tertinggi negara - pada Desember 1979.  Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional.

Revolusi Quran
Menurut Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti, Rrevolusi Iran dikenal pula sebagai revolusi budaya dan Revolusi Quran. Sebab inisiator dan pemimpin revolusi Iran Imam Khomeini adalah seorang alim ulama dan penafsir besar Al Aquran. Kehadirannya mewujudkan atmosfer yang baik bagi rakyat Iran untuk belajar Al Quran. 

Saat memegang tampuk kekuasaan tertinggi, Imam Khomeini melakukan tindakan monumental. Di antaranya: Pertama, menyelaraskan seluruh konstitusi Iran dengan prinsip dan ajaran-ajaran Al Quran. 

Kedua, untuk mengawasi legislatif agar sejalan dengan ajaran Al Quran, pemerintah Republik Islam Iran membentuk Garda Revolusi. Ini dilakukan agar jangan sampai ada undang-undang yang dilahirkan lembaga legislatif tak sesuai ajaran Al Quran. 

“Karena itu, kami bisa mengklaim bahwa Undang-Undang yang lahir di Iran sejak Revolusi Iran hingga saat ini tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Al Quran,” tegas pria yang meraih gelar doktornya dari Fikih dan Hukum Islam (Hauzah Ilmiah) di Qom ini. 

Sejak Revolusi Iran, majelis-majelis atau kelompok-kelompok study Al Quran tumbuh subur di Iran. Di setiap jenjang pendidikan dipastikan ada pelajaran Al Quran. Fakultas Al Quran banyak dibentuk. 

Cetakan-cetakan bertema  Al Quran pun menjamur. Diiringi hadirnya media-media cetak, radio dan televisi yang kehadirannya khusus membahas seluk beluk Al Quran selama 24 jam sehari. Sebagian media ini merupakan milik pemerintah Revolusi Iran. Sebagian lagi milik NGO yang mendapat bantuan dana dari pemerintah.

Sejauh ini Iran juga telah menjadi negara penyelenggara MTQ internasional yang diikuti negara-negara Muslim se-dunia. Setiap tahun pada 27 Rajab (mabiat/hari diturunkan Al Quran kepada Rasulullah SAW untuk menjadi risalah), para pembaca dan penghafal Al Quran berlomba di Iran. 

Puncak lomba ini, para pembaca dan penghafal Al Quran diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya di depan pemimpin tertinggi Iran Imam Khomeini.

Sementara pada setiap bulan Ramadan, digelar pameran Al Quran dan temuan-temuan baru/metode-metode bacaan, cara menghafal, dan tafsir Al Quran. Tersedia mulai-mulai untuk kategori anak-anak hingga lansia. 

Pameran ini diklaim sebagai pameran terbesar dan terbaik di dunia untuk kategori pameran Al Quran. Pameran ini selalu padat dihadiri para pecinta Al Quran domestik dan mancanegara.
Perpustakaan
Di Qum ada sebuah lembaga yang terbitkan Al Quran dalam 40 bahasa. Selama 30 tahun ada 30 kitab tafsir yang bernas dari para ulama terkemuka di Iran. Terlepas dari kitab-kitab tematik yang jumlahnya sangat banyak. 

“Dalam dua kali kunjungan saya ke Indonesia, saya selalu menyempatkan berkunjung ke beberapa perpustakaan. Yang saya dapati, saya tak menemukan kitab-kitab tafsir tentang Al Quran karya para ulama terkemuka Syiah. Yang saya temukan hanya tafsir-tafsir Al Quran karya para ulama Sunny,” paparnya.

Beda halnya perpustakaan-perpustakaan di Iran. Di sana, katanya, kitab-kitab tafsir Al Quran karya ulama-ulama Sunny terkemuka banyak ditemukan. Makanya, tak heran jika buku-buku karya ulama Syiah terkemuka juga mencantumkan/mengutip pendapat para ulama Sunny. 


Karena itu ia memuji sikap dan pandangan Prof Qr Quraish Shihab yang termasuk ulama besar Indonesia yang 'tak alergi' dengan pikiran-pikiran para ulama Syiah. Penilaian Abul Hasan Ahmadi Shahrokhti ini diakuinya setelah menyempatkan beberapa kali mengikuti pelajaran tafsir dari mantan Menteri Agama RI tersebut.

"Saya pernah mendengar Beliau menukil Tafsir Al Mizan karya Imam Thabatabai, seorang ulama Syiah terkemuka," paparnya.

Sebenarnya, tambahny Abul Hasan, jika perpustakaan itu berisi buku-buku dari beragam mashab: Sunny dan Syiah, maka masyarakat mendapat bacaan yang saling melengkapi. Ujungnya masyarakat bisa saling mengenal pemikiran sehingga tidak terjadi bias atau saling menyalahkan.

Disangka beda

Walau banyak warga Iran selalu tampil juara MTQ internasional dan banyak melahirkan karya-karya tafsir Al Quran dari para ulama terkemuka, tetap saja ada joke yang masih menganggap Al Quran umat Muslim beda dengan Al Quran masyarakat Muslim Iran. 

Karena tidak diketahui, sehingga sebagian umat Muslim ada saja yang menuduh Quran syiah beda dengan Quran yang dibaca umat Muslim lainnya. Padahal tuduhan itu tak benar. Quran yang dipakai Muslim syiah sama saja dengan Sunny.

Ia pun menceritakan pengalamannya saat hadir di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Saat itu ia membacakan Al Quran. Setelah selesai, seorang peserta menanyakan dan meminta mengecek Al Quran yang ia baca. Ia kemudian memberikan Al Quran yang saya bawa. 

Si peserta itu kemudian memeriksa dan membandingkan Al Quran yang juga dimiliki. Si peserta ini kemudian tersenyum karena setelah memverifikasi, ia menemukan tak ada perbedaan.

"Ia kemudian berujar bahwa selama ini ia menyangka Al Quran yang digunakan Muslim Syiah beda dengan mereka yang Sunny. Lalu Al Quran yang saya bawa itu kemudian saya hadiahi ke orang tersebut," papar Sarjana S1 dari Fikih dan Hukum Islam pada Universitas Syahid Murtadha Mutahhari, Teheran, ini.


Ia pun menuding bahwa musuh-musuh umat Islam yakni dan Zionis dan sekutunya justru sangat senang jika melihat umat Islam pecah dan selalu memperuncing perbedaan antara Syiah dan Sunny.

Karena itu, katanya, ia berharap media massa di Indonesia bisa bekerja sama untuk menyebarkan pentingnya kerukunan Sunny dan Syiah. 

Gelar Penghafal
Di Iran, banyak sentral-sentral yang mengajarkan cara hafal Quran untuk anak-anak kecil dengan metode isyarat. Ia yakin metode ini bisa dikembangkan di Indonesia. Ada juga tingkat dewasa. Metode-metode hapal Quran itu mudah didapat dalam bentuk CD yang banyak dan mudah ditemui di pasar-pasar di Iran.  

Dengan segala kemajuan teknologi, di Iran kini juga banyak software yang berisi kita-kitab tafsir ulama Syiah. 

Tak cukup itu saja, untuk merangsang orang Iran untuk lebih banyak menjadi penghafal Al Quran, pemerintah Iran memberi penghormatan khusus. Penghormatan dimaksud adalah penyematan gelar sarjana S1 dalam bidang Al Quran dan Hadist bagi para penghafal Al Quran. Walau usia penghafal itu baru empat tahun. Hal ini diatur dan disahkan setelah pemerintah Iran meratifikasi undang-undang yang mengatur hal tersebut.
Tentu saja untuk mendapatkan kehormatan tersebut, para penghafal Al Quran itu akan melalui serangkain tes di depan sejumlah dewan penguji. Jika lolos, yang bersangkutan berhak menyandang gelar sarjana S1 dan sah melanjutkan pendidikan S2 di Iran. Ini sudah berlangsung sejak 20 tahun terakhir. 

Di sekolah-sekolah di Iran, jika ada muridnya berminat menghafal Al Quran, dapat diberi cuti belajar di sekolah mereka selama setahun. Walau tingkat SD dan berhasil hafal Al Quran pada saat mereka cuti, jika dinyatakan lulus tes menghafal Al Quran di depan dewan juri, ia pun dinyatakan resmi menyandang gelar S1 dan boleh langsung lanjut S2.

Makanya tak heran jika di Iran, tak sedikit warganya yang berusia 15 hingga 20 tahun telah menyandang gelar doktor dalam bidang Al Quran. 

Di Iran, juga terdapat sekolah-sekolah khusus penghafal Al Quran. Dengan jam belajar pagi pelajaran umum dan sore khusus belajar Al Quran. Makanya sejak Revolusi Iran, ada puluhan ribu penghafal Al Quran di sana.

"Saat ini target pemerintah negara revolusi Iran adalah sepertujuh dari penduduk Iran adalah hafidz Al Quran. Jika saat ini penduduk Iran mencapai sekitar 70 juta jiwa, maka target kita ada 10 juta penghafal Al Quran," katanya dengan nada lembut.

Rahasia kenapa pesat pertumbuhan pengetahuan dan kajian-kajian tentang Al Quran di Iran, salah satunya karena para pemimpin di Revolusi Iran dekat Al Quran. Sekadar diketahui, pemimpin besar Revolusi Iran Imam Khomeini adalah seorang mufassir dan qori. Dalam masa hidupnya selalu dekat dengan Al Quran. 

Bisa dibayangkan, sebelum memegang tampuk kekuasaan, dalam tiga ia bisa mengkhatamkan Al Quran. Sementara saat memegang tampuk kekuasaan, walau terbilang sibuk mengurusi negara dan rakyat Iran, ia masih bisa meng-khatam-kan Al Quran dalam 10 hari. Triknya membiasakan baca Al Quran dari yang mudah. 

Problematika umat sekarang, katanya, karena umat Muslim jauh dari Al Quran. Padahal, Al Quran diturunkan sebagai pegangan hidup dalam berbagai kehidupan. Barangsiapa yang mendapatkan kebahagiaan syaratnya, katanya, orang itu harus dekat dengan Al Quran. 

Respon
Menyimak penuturan Abul Hasan tersebut, saya sangat setuju bahwa Sunny dan Syiah tak perlu selalu dibesar-besarkan perbedaannya. Yang perlu selalu dilihat adalah dari sisi persamaan Sunny dan Syiah yang memang sangat banyak dan mendasar. 

Bukankah umat Muslim Syiah dan Sunny sama-sama beragama Islam karena berkeyakinan Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Al Quran sebagai kitab suci utama. Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul penutup yang menyampaikan risalah-Nya. Kakbah sebagai arah kiblat. 

Bukankah terhadap mereka yang beda keyakinan dan agama sekalipun, umat Muslim dianjurkan untuk tetap menghormatinya. Apatah lagi terhadap sesama Muslim: Sunny dan Syiah. Wallahu a'lam bish-shawabi. (JM)

Makassar, 25 Juli 2014

Komentar