Menunggang Kuda di Hutan Pinus Malino


SETELAH lebih dua jam mengendarai mobil, akhirnya kami tiba di Malino, Sabtu (28/3/2015) siang. Malino adalah nama kelurahan sekaligus destinasi wisata yang berada di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Imam dan Ramadan saat wisata di Hutan Pinus Malino, Kabupaten Gowa, Sabtu (28/3/2015). Kawasan ini selalu ramai dikunjungi saat hari libur.





Walau telah menunjukkan pukul 11. 30 wita saat kami tiba, lokasi yang kami datangi ini terasa dingin. Maklum, kawasan wisata ini berada di ketinggian sekira 1.500 mdpl. Apalagi kawasan ini di kelilingi perbukitan dan lembah.

Itulah mengapa bagi yang ingin wisata ke Malino disarankan membawa jaket. Terutama bagi mereka yang tak tahan dengan suhu dingin atau hendak menginap. Selain jaket, pelancong yang ingin ke Malino sangat disarankan membawa kamera. Karena di daerah ini, sangat banyak obyek yang menarik difoto maupun di-video-kan.

Di Malino, banyak tempat yang bisa didatangi untuk melepas kepenatan. Namun siang itu kami memilih beristirahat di Kawasan Hutan Pinus. Seperti namanya, area ini banyak terdapat pohon pinus yang tumbuh berjejer dan tinggi.

Di area inilah banyak pengunjung duduk beralas tikar atau koran di atas hamparan rumput sembari menikmati makanan yang dibawa. Sementara anak-anak menjadikan area ini sebagai tempat bermain kejar-kejaran. Sebagian lainnya memilih menunggang kuda milik warga setempat. Sekali putaran dikenakan tarif Rp 10 ribu per kuda.



Penasaran bagaimana rasanya menunggang kuda, istri dan tiga anak kami pun mencobanya. Rupanya mereka sangat menikmati. Sekali putaran rupanya tak memuaskannya. Anak-anak merengek minta ditambah lagi putarannya. Konsekuensinya, biaya ditambah. Apa boleh buat, demi menyenangkan anak-anak, permintaan mereka pun kami turuti.

Beruntung, kuda-kuda rental ini tergolong jinak sehingga tak membahayakan bagi anak-anak. Setelah lebih sejam berada di area hutan wisata pinus, perut kami pun minta diisi.Syukurnya karena di depan gerbang masuk kawasan hutan pinus ini terdapat puluhan kedai berdampingan di tepi jalan. Kedai ini menjual aneka makanan dan minuman. Ada sarabba, teh, kopi, kopi susu, jus, mi siram atau mi rebus, ayam goreng, hingga coto.

Usai makan mi rebus dan minum kopi susu, perjalanan kami lanjutkan dengan menyusuri beberapa sudut Malino. Dalam perjalanan, kami melihat beberapa kebun strawberry yang tumbuh subur.

Sebenarnya masih banyak lokasi wisata menarik yang ada di Malino. Di antaranya air terjun seribu tangga, air terjun Takapala, Lembah Biru, Bungker Peninggalan Jepang dan Malino Highlands yang berada di kawasan kebun teh. Namun hari itu kami tak sempat mendatangi. Kami juga tak sempat menginap. Kami kembali ke rumah saat hari sudah sore. Kendati demikian, kami merasa sudah senang.




Kondisi jalan 

Malino berjarak sekitar 85 km dari Kota Makassar. Untuk tiba di lokasi ini, pengendara mesti hati-hati. Ini karena jalan menuju Malino berkelok, menanjak dan di sisi jalan terdapat jurang. Tak hati-hati, bisa menabrak dinding bukit atau masuk jurang. 

Bukan hanya itu, hampir di sepanjang jalan ke destinasi ini ramai lalu lalang kendaraan truk beroda 6-10 pengangkut pasir batu (sirtu). Tak waspada, rawan kecelakaan. (JM)

Makassar, 30 Maret 2015

Komentar