Siapa Zohra Andi Baso?

Zohra Andi Baso telah meninggal di Rumah Sakit Pendidikan Unhas, Makassar, Minggu (15/3/2015) pukul 22.22 wita. Sejak kabar itu tersiar, sontak ucapan duka dari berbagai tokoh pun berdatangan untuk almarhumah.





Di antaranya datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Wali Kota Makassar Danny Pomanto, dan mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin serta Rektor Unhas Prof Dr Dwia Ariestina P.

Ucapan duka juga diucapkan dan ditulis di akun media sosial para tokoh dari berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya ditulis Teten Masduki (pendiri Transparancy International Indonesia dan ICW), Ulil Abshar Abdalla (aktivis Jaringan Islam Liberal), dan Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan.

Melihat latarbelakang mereka yang turut berduka tersebut menunjukkan Zohra memang dikenal memiliki jejaring yang luas dan lintas profesi.

Perempuan Labakkang
Zohra adalah satu di antara aktivis pejuang dan pembela hak-hak perempuan yang dimiliki Indonesia. Lahir di Labakkang, Kabupaten Pangkep, 17 April 1952. Zohra menyelesaikan pendidikan S1-nya di FISIP Universitas Hasanuddin. Lalu melanjutkan pendidikannya di program magister di Unhas. Saat bersamaan ia juga sempat diberi kesempatan menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Saat masih kuliah di Unhas, ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan bergelut di identitas, lembaga pers dan penerbitan Unhas. Setamat kuliah, ia sempat bergelut sebagai jurnalis. Namanya juga tercatat sebagai salah satu dosen yang dimiliki Kopertis Wilayah IX Sulawesi.

Jiwanya yang senang dengan gerakan perubahan sosial mendorong sulung dari tiga bersaudara ini bergabung dan mendirikan sejumlah organisasi nonpemerintah (ornop). Di antaranya Yayasan Lembaga Konsumsen (YLK) Sulsel dan Forum Pemerhati Sulsel.

Nama Zohra juga tercatat sebagai salah satu pendiri Walhi Sulsel dan Anti Corruption Committee (ACC), organisasi yang pernah dipimpin Abraham Samad, Ketua KPK RI nonaktif.

Walau bermukim dan banyak beraktivitas di Kota Makassar, kiprah Zohra tak sebatas di Sulawesi Selatan. Kiprah pendiri Forum Pemerhati Masalah Perempuan Sulsel ini juga telah menjadi bagian dari gerakan perempuan Indonesia. Bahkan bagian dari gerakan perempuan di Asia.

Karena kiprahnya sebagai aktivis perempuan dan penggerak perubahan sosial itu, namanya pernah diusulkan menerima Nobel Perdamaian 2005 lalu. Nama Zohra masuk di antara 977 perempuan lain dari 153 negara yang diusulkan kala itu.

Pembicara internasional

Sebagai aktivis, Zohra beberapa kali diundang sebagai pembicara berskala internasional. Di antaranya sebagai pembicara pada Konferensi Sexual Rights and Moral Panic di San Francisco State University. Melalui FPMP Sulsel juga aktif memberikan pendidikan politik terhadap ribuan perempuan di berbagai daerah di Sulsel.

Berbagai apresiasi pun telah diterima almarhumah semasa hidupnya. Di antaranya menerima Kalla Award pada tahun 2012. Penghargaan tersebut diserahkan langsung Jusuf Kalla pada puncak perayaan 60 Tahun Kalla Group yang berlangsung di Trans Studi Theme Park, Makassar, 20 Oktober 2012 lalu.

“Sosok Zohra yang teguh memberdayakan perempuan telah memberi banyak pengaruh dan inspirasi bagi banyak orang. Sungguh layak untuk diapresiasi dan ditiru banyak orang,” tutur Taslim Arifin, mantan Komisaris PT Semen Tonasa, sekaligus ketua tim juri Kalla Award, saat membacakan nama-nama penerima Kalla Award.

Jadi kalau ada Kak Zohra, begitu biasa ia disapa banyak orang, jangan coba-coba meremehkan wanita di depannya. Apalagi sampai melakukan kekerasan terhadap perempuan. Jika itu diketahuinya, Kak Zohra akan tampil paling depan membela perempuan tersebut.

“Pihak yang meremehkan apalagi sampai melakukan kekerasan terhadap perempuan, pasti dilabraknya. Tak peduli siapa dan apa jabatan orang tersebut,” ujar Direktur YKPM Sulsel Muljadi Prajitno tentang Zohra kepada penulis beberapa waktu lalu.

Walau telah mendapat pengakuan dari banyak lembaga nasional maupun internasional, Zohra masih rela turun langsung membela perempuan yang menjadi korban kekerasan. Kendati usianya tak muda lagi dan fisiknya tak setangguh dulu, ia pun masih meluangkan waktu terlibat aktif di berbagai kegiatan sosial.

Pun tak semata aktivitas yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, tapi juga terlibat aktif di kegiatan-kegiatan sosial semisal penanggulangan HIV dan AIDS, penangulangan kemiskinan, trafficking, lingkungan, hingga kegiatan-kegiatan yang membahas gerakan pemberantasan korupsi, dan good governance.

Zohra tak susah diajak menghadiri acara-acara yang digelar organisasi jurnalis di Makassar. Ia juga rela berada di barisan pembela jurnalis yang dikriminalisasi seperti dilakukan terhadap Upi Asmaradhana, aktivis Aliansi Jurnalis Indepeden (AJI) Kota Makassar. Kala itu Upi dijadikan tersangka dengan tuduhan pencemaran nama baik Irjen Polisi Sisno Adiwinoto. Saat itu Sisno menjabat Kapolda Sulsel.

Saat masuk ke rumah sakit, saya beberapa kali diteleponnya. Kadang ia menelepon untuk menyampaikan protes atau sekadar memberi tanggapan terhadap berita yang dibacanya. Kadang pula sekadar menanyakan kabar. Kadang pula menerima kiriman SMS-nya yang menginfokan dirinya masuk rumah sakit dan mohon doa.

Begitulah sosok Zohra, sang pejuang perubahan sosial dari Labakkang. Selamat jalan Kak Zohra! Jejak pemikiran dan gerakan perubahan sosial yang telah Kak Zohra perjuangkan selama puluhan tahun akan selalu dikenang banyak orang. (jumadi mappanganro)

Komentar