Pelajaran dari Alexander Wibisono

Para jurnalis dan redaktur Tribun Timur mengikuti workshop singkat tentang dasar-dasar video jurnalism, Minggu (5/4/2015) sore. Bertempat di Kantor Tribun Timur, Jl Cenderawasih No 430, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Alexander Wibisono di kantor Tribun Timur, Makassar, Minggu (5/4/2015) sore.

Kali ini kami dilatih Alexander Wibisono Adi Putro SIP. Dia termasuk jurnalis televisi berpengalaman dengan karier cemerlang. Lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 13 November 1980. Dalam usia 32 tahun,  ia sudah dipercaya menjabat News Gathering Manager KompasTV. Tepatnya sejak Januari 2013 lalu.

Sebelum di KompasTV, lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini pernah bekerja sebagai reporter di majalah mingguan GATRA (Juli 2004 hingga Maret 2007). Juga pernah bergelut sebagai Senior Reporter Liputan 6 SCTV for SIGI program (April 2007-Mei 2009) hingga menjabat News Coverage Coordinator Liputan 6 SCTV (Mei 2009-Juni 2011).

Pria yang kami sapa Mas Alex ini kebetulan berada di Kota Makassar dalam rangka roadshow KompasKampus yang digelar KompasTV di Kampus Universitas Hasanuddin, 6-7 April 2015. 

Nah memanfaatkan kehadirannya itulah ia diminta berbagi ilmu dengan kami. Berikut ini beberapa poin pelajaran singkat yang disampaikan Mas Alex:

1. Setiap video yang dihasilkan pada prinsipnya harus lengkap dari sisi pengambilan gambar. Minimal harus ada close up (CU), medium shot (MS), dan long shot (LS). Yang dimaksud close up yakni gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian kecil dari objek yang terlihat seperti hanya mukanya saja. Sedangkan medium shot maksudnya pengambilan gambar dari jarak sedang. Sementara long shot artinya pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.

2. Karena video adalah urusan audio visual, maka harus diperhatikan kualitas gambar sekaligus kejelasan suara. Makanya kalau merekam wawancara dengan narasumber, jangan berjarak lebih dua meter. Karena suara narasumber dikhawatirkan tak jelas lagi.  Jika orang yang diwawancarai itu berada di tengah keramaian atau di pinggir jalan yang ramai, hendaknya diajak menjauh dari keramaian. Ini agar menghasilkan suara yang jernih saat merekam. Apalagi menggunakan kamera video smartphone. 



3. Saat mengambil video wawancara, sebaiknya wajah hingga bagian ulu hati narasumber terlihat. Dengan komposisi orang yang di-shoot 3/4 di kanan atau 3/4 di kiri.

4. Video adalah bahasa gambar. Karena itu, walau tanpa teks, gambar yang disajikan hendaknya dapat dimengerti. Teks pada video hanya sebagai pelengkap. 

5. Sudut pengambilan gambar macam-macam. Ada low angle yakni pengambilan gambar dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar atau tinggi. Cocok untuk menggambarkan orang tinggi atau gedung tinggi. Ada high angle yakni pengambilan dari atas objek. Teknik ini mengesankan kedalaman objek. Ada juga eye level yakni sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek.


6. Berkaitan dengan gerakan kamera video dikenal beberapa istilah. antaranya ada istilah panning yakni gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan right yakni gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan. 

Pan left yakni gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri. Ada juga istilah tilting yakni gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tilt up yakni gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas. Tilt down yakni gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah. Track in ialah gerak kamera mendekati obyek. Sedangkan track out adalah gerak kamera menjauhi obyek. 




7.  Durasi pengambilan per video maksimal 2 menit. Itu setara 100 MB. Hal ini agar mudah dikirim via email. Dalam 2 menit, sudah ada variasi shot. Minimal ada long shot, medium shot, dan close up. Bisa juga ditambahkan medium close-up hingga ekstrem close-up.

8. Agar tak terlihat jumping atau melompat, sangat disarankan saat pengambilan gambar perpindahannya bukan dari long shot ke long shot atau dari medium shot ke medium shot atau dari close-up ke close-up

Tapi perpindahannya bisa dilakukan dari long shot ke medium shot. Lalu dari medium shot ke close up atau sebaliknya. Bisa juga dari long shot ke medium long shot. Lalu dari medium long shot ke medium shot dan seterusnya. 

9. Durasi per shot disarankan antara 5-10 detik saja. Jaga setiap shot dalam kondisi steady tanpa pergerakan kamera setidaknya minimal 5 detik. 

10. Karena menggunakan smartphone, bukan dilarang, tapi disarankan tak menggunakan zooming yaitu gerakan yang dilakukan lensa kamera mendekat (in) maupun menjauh (ut) objek. 

Zooming bisa dilakukan dengan catatan kita tahu risikonya yakni gambar takkan tajam. Yang disarankan adalah videograferlah yang melakukan gerakan maju mundur dari obyek. Mendekatkan kamera atau menjauhkan kamera dari obyek ini disebut dolly.

11. Setiap gambar yang direkam, harus punya alasan kenapa gambar itu kita rekam. Dengan demikian, gambar yang dibuat tak asal. Tapi memiliki tujuan atau motivasi atau ada pesan yang diingin disampaikan di balik gambar tersebut. 

12. Karya jurnalistik terkait video tetap memedomani beberapa norma umum dan peraturan terkait. Di antaranya tidak menampilkan mayat terbuka, darah, korban asusila, anak pelaku kejahatan dan beberapa aturan lainnya. 

Selengkapnya bisa dilihat pada UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Pada workshop singkat ini, Mas Alex memperlihatkan contoh-contoh video yang bisa jadi pelajaran. Sekaligus mengevaluasi video karya beberapa reporter Tribun Timur yang telah di-upload di situs tribun-timur.com.

Nah berdasarkan arahan Mas Alex tersebut, video yang saya buat dan upload di blog ini sebenarnya tak memenuhi kriteria video yang baik. Karena itu anggap saja contoh video buruk. Hehehe....





Serius
Manajemen Tribun Timur cukup serius membentuk para wartawan Tribun Timur agar juga memiliki keterampilan membuat video. 

"Karena hanya punya skill menulis dan memotret untuk media cetak dan online kini dianggap tak cukup lagi. Jurnalis Tribun sekarang harus paripurna: tahu menulis, memotret, sekaligus membuat video," tegas Pemred Tribun Timur Dahlan Dahi pada setiap kesempatan memberi arahan kepada kami.

Sebagai wujud keseriusan tersebut, manajemen Tribun telah beberapa kali mengadakan pelatihan dasar-dasar pengambilan gambar menggunakan kamera video. Diikuti para reporter hingga redaktur Tribun.

Bukan hanya itu, para reporter juga dibekali smartphone Samsung Galaxy Grand2 SM-G7102. Smartphone jenis ini sengaja dipilih karena memiliki banyak keunggulan. Satu di antaranya adalah termasuk ideal untuk produksi video. (jumadi mappanganro)

Cenderawasih 430, Makassar, April 2015

Komentar