Menikmati Sore di Alun Alun Malang



KAMIS sore, 26 November 2015. Bersama istri dan Imam Fadhlurrahman Mappanganro, kami ke Alun Alun Malang. 

Kebetulan jarak hotel yang kami tempati menginap dengan Alun Malang tak sampai 1 km. Jadi kami memilih berjalan kaki ke tempat ini. 

Imam yang masih berusia tujuh tahun tak keberatan. Ia justru terlihat riang berjalan kaki. Mungkin karena inilah kali pertama pula kami ke kota ini. 



Sesuai namanya, alun-alun, tempat yang kami datangi ini adalah ruang publik yang digunakan untuk semua orang untuk berinteraksi.

Sore itu, taman yang berada di jantung Kota Malang ini terlihat ramai dikunjungi. Tak hanya orangtua, remaja hingga anak-anak juga banyak. 

Nah taman yang juga berfungsi sebagai ruang terbuka hijau ini terlihat bersih. Banyak pohon tumbuh rindang di sekelilingnya. 

Juga dilengkapi sejumlah fasilitas pendukung yang membuat siapa saja yang datang ke taman ini terasa betah berlama-lama. 



Di antaranya ada tempat duduk yang jumlahnya puluhan. Ada air mancur yang berada di tengah-tengah taman. 

Pada pukul tertentu air mancur ini memperlihatkan kecanggihan dan keindahannya yang bisa menari tiga dimensi (3D) mengikuti irama musik. 

Juga ada beberapa rumah burung merpati, fasilitas bermain anak-anak maupun fasilitas olahraga ringan.  



Untuk menikmati taman ini, tak dikenakan biaya sepeser pun. Pokoknya ke tempat ini bakal menyenangkan.

Beberapa jam bercengkrama di taman ini, tak seorang pun pengamen atau pengemis yang datang menghampiri kami.

Entahlah jika ada larangan mengamen atau mengemis di alun-alun ini. 


Daya tarik lain dari Alun-Alun Malang adalah terdapat sejumlah pusat perbelanjaan terkenal di sekeliling. Di antaranya ada Ramayana, Sarinah, Mitra, Gajah Mada Plaza serta Malang Plaza.

Dari alun-alun ke pusat perbelanjaan tersebut kita bisa berjalan kaki.

Saat tiba waktu salat, tak perlu repot. Sebab tepat di depan taman terbuka hijau ini terdapat Masjid Agung Jami'.


Inilah masjid kebanggaan warga Kota Malang sekaligus salah satu landmark kota ini.

Antara alun-alun dan masjid yang dibangun dengan memadukan gaya Arsitektur Jawa dan Arsitektur Arab ini hanya dibatasi ruas jalan. 

Saat waktu salat magrib tiba, kami pun salat berjamaah di masjid yang selesai dibangun pada 13 September 1903 ini. (jumadi mappanganro)



Komentar