Sun Yat-Sen


ACARA makan siang telah usai. Bus kemudian mengantar kami ke pusat belanja modern yang berada di pusat kota Chengdu, Minggu (17/4/2016).

“Silakan belanja di sini. Boleh berpencar. Tapi kita kumpul lagi pukul 17.00 di tempat ini,” pesan Lui (32) saat kami tiba kawasan Chunxi Road. Saat itu waktu telah menunjukkan sekira pukul 14.00 waktu setempat. 

Lui adalah pemandu lokal yang dikontrak rombongan SilkAir Indonesia Fam Trip to China selama berada di Provinsi Sichuan, China, 13-17 April 2016. 



Chunxi Road adalah tempat belanja produk fashion premium atau kelas menengah atas. Kawasan ini berisikan mal dan departement store yang menawarkan banyak produk brand ternama. 

Juga banyak toko, restoran bertarif mahal hingga kios makanan ringan dengan harga kaki lima.  Kawasan ini terbilang padat kendaraan. Juga terdapat banyak taman bunga yang berwarna warni.

Rombongan SilkAir Indonesia Fam Trip to China pun sepakat memilih berpencar. Dengan semangat ‘45, kami menyusuri sudut-sudut pusat belanja ini. Maklum, sebagian besar anggota rombongan baru kali pertama menginjakkan kaki di tempat ini. 


Saat asyik jalan-jalan, saya tertarik pada sebuah patung berwarna hitam. Tingginya tak seberapa. Terletak di area Zhongshan Square. 

Beberapa orang yang melintas mendekat. Lalu berfoto bersama patung ini. Saya pun melakukan hal serupa. 

“Ini patung Sun Yat-Sen. Tolong juga foto saya,” kata Marko sembari mengeluarkan juga kamera dan meminta saya memotretnya. 

Marko adalah agen perjalanan wisata asal Yogyakarta yang turut bersama rombongan SilkAir Fam Trip to China. 



Sun Yat-Sen bukan orang sembarang. Dia seorang pemimpin kunci revolusi Tiongkok yang berhasil menumbangkan sekaligus mengakhiri kekuasaan kekaisaran Dinasti Qing. 

Tiongkok selanjutnya menjadi Republik Tiongkok pada tahun 1911 yang didirikan oleh Sun Yat-sen. Ia juga pendiri partai tertua dalam sejarah modern Tiongkok, Kuomintang (KMT), menjadi pejabat presiden pada tahun 1912 dan presiden pada tahun 1923-1925.  

Karena peran besarnya mengubah Tiongkok itulah pria kelahiran 12 November 1866 dijuluki sebagai Bapak Negara Tiongkok Modern. Ia kemudian meninggal pada 12 Maret 1925 pada umur 58 tahun. 

Makanya saat mengetahui tentang Sun Yat-Sen, saya merasa senang bisa berfoto di dekat patungnya. (jumadi mappanganro)

Chengdu-Changi-Makassar, April 2016

= = = 
Foto-foto di bawah saya abadikan saat berada di pusat perbelanjaan modern di Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan, China, Minggu (17/4/2016).









Komentar