Magnet Rossi di MotoGP



VALENTINO Rossi gagal naik podium pada MotoGP seri ke-17 yang digelar di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Minggu (29/10/2017) sore.

Pembalap tim Movistar Yamaha ini mengakhiri balapan di posisi ketujuh.

Sedangkan pebalap Ducati asal Italia, Andrea Dovizioso, sukses mengakhiri balapan di posisi pertama. Posisi kedua dan ketiga diraih Jorge Lorenzo dan Johann Zarco. Rider Repsol Honda Marc Marquez finish di posisi ke empat.


Sementara duo pebalap tim Suzuki Ecstar, Andrea Iannone dan Alex Rins masih harus bekerja keras. Iannone  finish di poisi ke-14. Sedangkan Rins tak sampai finish karena mengalami kecelakaan.

Walau kembali tak naik podium, 'hebatnya' Rossi tetap saja menjadi pebalap yang paling banyak ditunggu dan dikerumuni para penonton usai balapan.

Bila masuk ke paddock, kita akan mudah mengenali tempat Rossi berada. Tak perlu melihat papan nama Yamaha atau atribut lainnya. Cukup melihat tempat yang ramai, maka di situlah The Doctor berada.


Pebalap berusia 38 tahun ini memang selalu jadi magnet besar bagi pengunjung pada setiap hajatan MotoGP beberapa musim terakhir.

Walau sudah sangat jarang naik podium MotoGP beberapa musim terakhir, penggemar Rossi selalu saja menjadi penonton dominan di sirkuit yang dipercaya Donna Sport sebagai lokasi balapan MotoGP.

Fenomena itu juga saya lihat dan rasakan saat mendatangi Sirkuit Internasional Sepang, 27-29 November 2017 lalu.


Saat itu saya datang bersama rombongan Suzuki Ready to Sepang 2017. Rombongan ini terdiri 10 jurnalis, 70 konsumen Suzuki dan sejumlah dealer roda dua Suzuki asal Indonesia.

Perjalanan kami ini difasilitasi PT Suzuki Mobilindo Sales (SIS) yang berkantor pusat di Jakarta.

Saat berada di Sirkuit Sepang, hampir di setiap deretan kursi, warna kuning dan biru yang menjadi warna kebesaran Rossi sangat menonjol dikenakan penonton.

Saking menonjol, mereka yang mengenakan tshirt, payung atau topi bertuliskan the doctor atau angka 46 yang menjadi simbol Rossi sangat mudah ditemukan di sekitar sirkuit.



Setiap kali Rossi muncul di layar yang dipajang di sejumlah titik dalam sirkuit, applaus penonton bergemuruh. Penonton pun bersorak senang.

Para fans Rossi itu pun tergolong lintas zaman. Tak hanya kalangan orangtua, tapi juga banyak dari kalangan remaja hingga anak-anak sekalipun. Laki dan perempuan hampir seimbang.

Para fans Rossi itu pun berasal dari lintas negara. Termasuk dari Indonesia, lebih khusus dari Kota Makassar.



Magnet Rossi juga terlihat di both-both (stand) yang berjualan merchandise di sekitar sirkuit. Lagi-lagi merchandise Rossi terlihat dominan sekaligus paling laris di sini.

Mulai gantungan kunci, jam, payung, topi, tshirt, jaket, kacamata dan berbagai aksesoris bersimbol Rossi laris.

Saat saya berjalan-jalan di beberapa pusat perbelanjaan di kawasan Bukit Bintang, Kuala Lumpur, juga terlihat banyak tshirt dan topi Rossi dipajang.

Saat mencoba naik monorail atau mampir sejenak di kafe atau resto di Kuala Lumpur, tak sedikit di antara pengunjung terlihat mengenakan atribut Rossi.



Pemandangan serupa juga terlihat saat kami sarapan di Hotel Royale Chulan, tempat kami menginap selama di Kuala Lumpur.

Pokoknya selama empat hari berada di Kuala Lumpur, 27-30 Oktober 2017, orang yang mengenakan atribut Rossi selalu saja terlihat.

Sementara atribut pebalap MotoGP lain yang menjadi kompetitor Rossi beberapa musim terakhir, jarang terlihat di tempat-tempat umum.



Bahkan atribut pebalap sekaliber Marc Marquez pun sepi. Padahal Marques adalah jawara dunia MotoGP 2016. Prestasi ini kemungkinan kembali diukirnya pada MotoGP 2017 ini.

"Selama 8 tahun berturut-turut menyaksikan MotoGP di Sepang, selalu saja fans Rossi paling banyak. Merchandise berbau Rossi pun paling diburu," tutur Agus (41), salah seorang jurnalis asal Surabaya yang saya temui di Sirkuit Sepang.

Andai tak ada Rossi, kata ayah dua anak ini, dikhawatirkan ‘keseruan’ menonton MotoGP bakal sangat berkurang.


Padahal pebalab berkebangsaan Italia ini terakhir kali meraih juara dunia MotoGP musim 2009 lalu.

Sebelumnya pebalap eksentrik ini telah membukukan total 9 gelar juara dunia. Sekali di kelas 125 cc pada tahun 1997. Sekali di kelas 250cc (1999).

Lalu tujuh kali juara dunia di kelas puncak 500cc/MotoGP (2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2008 dan 2009).



Kini Rossi sudah berusia 38 tahun. Itu artinya makin dekat dengan batas akhir kariernya.

Satu hal yang pasti, entah pada 2019 atau tahun-tahun setelahnya, nama Rossi pasti akan menghilang dari lintasan MotoGP.

Saat itu tiba, menarik untuk melihat kerja keras para pebalap generasi berikutnya untuk jadi 'sosok' yang selevel dengan Rossi.



Nah kelak jika Rossi benar-benar pensiun dari dunia balapan, akankah MotoGP masih menarik seperti 10 musim terakhir?

Dalam sejarah MotoGP, pertanyaan serupa pernah diajukan pula ketika Mick Doohan pensiun.

Namun pertanyaan itu kemudian terjawab oleh kemunculan Valentino Rossi.


Para pecinta MotoGP tentu saja berharap bakal muncul pebalap-pebalap yang memiliki magnet selevel Rossi atau Mick Dohan.

Bisakah Marques (Honda), Andrea Dovizioso (Ducati), Jorge Lorenzo (Ducati), Dani Pedrosa (Honda) dan  Maverick Vinales (Yamaha) sebagai the next Rossi sang legenda hidup MotoGP?

Menarik juga menanti kiprah Franco Morbidelli (22), juara dunia Moto2 2017 yang segera berkiprah di MotoGP mulai musim 2018 mendatang.

Morbidelli adalah Rider EG 0,0 Marc VDS asal Italia, sama dengan Rossi. Morbidelli juga tak lain adalah murid akademi VR46, sekolah balap yang didirikan Rossi.

Wow. Menarik menantinya. (jumadi mappanganro)

November 2017

Komentar