Lapangan Karebosi


INILAH alun-alun sekaligus titik nol Kota Makassar. Juga salah satu ikon kota ini. Di sini selalu ramai orang berolahraga atau sekadar nonton: pagi dan sore. Mereka yang berolahraga di sini, mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga orangtua usia pensiunan.

Di sini terdapat 3 lapangan bola yang biasa dipakai latihan pemain PSM dan siswa sekolah bola.
Juga ada lapangan basket dan tenis di sisi barat lapangan. Ada juga fasilitas jogging dan jalan berkerikil untuk refleksi.

Makanya, lapangan ini masih menjadi salah satu tempat favorit warga kota berolahraga atau sekadar melepas kepenatan.

Area parkirnya sekaligus lahan parkir untuk pengunjung mal Karebosi Link. lumayan luas. Teduh dan bersih. Tarifnya dihitung perjam. Karebosi Link adalah mal bawah tanah yang mengambil setengah dari total Lapangan Karebosi. Lapangan Karebosi kini juga dilengkapi musallah dan toilet bersih yang dijaga cleaning service. Untuk menggunakan toilet di sini, dikenakan biaya.

Sebentar lagi juga akan hadir kios-kios untuk pedagang kaki lima (PKL) yang difasilitasi Pemkot Makassar. Lokasinya di sisi selatan Lapangan Karebosi. Lapangan ini strategis. Karena dikelilingi pusat perkantoran, pusat belanja, sekolah, pengadilan, hotel dan rumah ibadah.


Dulu
Konon lapangan ini dulunya berupa sawah milik Kerajaan Gowa. Lalu berubah menjadi alun-alun zaman penjajahan Belanda.

Tahun 80-an hingga 2000, lapangan ini kerap dijadikan tempat latihan bola, upacara, salat Id, pertunjukan sulap, pasar malam, arena sirkus hingga berbagai acara rakyat lainnya.


Namun sejak pengelolaannya dialihkan ke swasta dan kehadiran Karebosi Link, lapangan ini kini jauh berubah.

Kini area yang bisa leluasa diakses publik kian menyempit. Kesannya lapangan ini bukan lagi milik warga kota.


Saya lalu teringat dengan Alun-Alun Malang, Jawa Timur. Sungguh alun-alun peninggalan Belanda yang tak diswastakan ini jauh lebih dirasakan manfaatnya warga Malang dan para pelancong.

Sedangkan Lapangan Karebosi yang disewakan ke swasta selama 25 tahun itu kini beda. (jumadi mappanganro)

Makassar, 7 Desember 2017.








Komentar