IA lahir di Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara,
13 Januari 1982. Dalam usia 36 tahun, Yanuardi Syukur telah menulis lebih 30
judul buku.
Jika ditotalkan dengan buku antologi yang dibuatnya bersama
beberapa rekannya telah mencapai 60-an judul.
Padahal ia baru mulai menyukai dunia tulis menulis
saat kuliah S1 Jurusan Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas) pada tahun
2000.
Saat berstatus mahasiswa, ia pernah berjualan buku
dan pena di kampus Unhas. Juga pernah menjadi tentor pada beberapa lembaga
pendidikan. Salah satunya GAMA College.
Bahkan pernah pula menjadi loper koran Fajar di sekitar Kecamatan Tamalanrea, Kota
Makassar.
Ketika wisuda di Baruga Andi
Pangerang Pettarani Unhas, ia satu-satunya wisudawan yang membawa
buku karangannya berjudul Menemani Bidadari: Suara Hati Seorang Mahasiswa yang diberikan kepada Rektor Unhas. Saat itu dijabat Idrus Paturusi.
Buku tersebut ditulisnya hanya dalam tempo 6 hari. Ia menulisnya
beberapa hari setelah istrinya meninggal dan dikubur di Sudiang, Kota Makassar.
Setamat dari Unhas, ia memilih mengabdi sebagai dosen
di Universitas Khairun, Ternate.
Kini mantan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Unhas (2003) ini sedang melanjutkan
pendidikan calon doktor (S3) di Universitas Indonesia.
Ayah tiga anak ini melejit menjadi penulis produktif
setelah bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Makassar. FLP adalah organisasi
(calon) penulis yang didirikan pada tahun 1997 oleh Helvy Tiana Rosa, sastrawan
yang juga alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Berkat ketekunannya
menulis buku, Yanuardi pun menerima berbagai penghargaan. Di antaranya terpilih sebagai Penulis Buku Non-Fiksi Terpuji dan
menerima Pena Award dari FLP
di Bali pada 2013 lalu.
Nah bagaimana ‘rahasia’ Ketua FLP Sulawesi Selatan (2004-2006) ini bisa menjadi penulis produktif? Yanuardi ‘membocorkannya’ saat menjawab pertanyaan saya via whatsApp, awal Januari 2018.
Nah bagaimana ‘rahasia’ Ketua FLP Sulawesi Selatan (2004-2006) ini bisa menjadi penulis produktif? Yanuardi ‘membocorkannya’ saat menjawab pertanyaan saya via whatsApp, awal Januari 2018.
Berikut ini jawabannya:
Bagaimana prosesnya Anda menjadi penulis
seperti saat ini?
Saya mulai menulis saat mahasiswa di Jurusan
Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas).
Waktu itu saya lihat banyak
senior yang menulis di identitas,
media internal Unhas yang terbit sebulan sekali.
Hebat-hebat betul
kelihatannya. Saya merasa, sebagai orang muda, saya juga bisa. Maka saya pun
mulai menulis.
Awalnya saya menulis di mading Antropologi. Tulisan
tangan. Setelah itu saya coba menulis ke identitas.
Itu tahun 2002.
Dimuat resensi saya tentang Israel. Itu buku karya Dr
Bassam Nahar Jarrar yang memprediksi Israel akan jatuh pada 2022.
Setelah itu saya menulis lagi ke Pedoman Rakyat, Fajar, dan Tribun Timur. Tidak begitu sering akan
tetapi secara berkala saya kirimkan.
Selanjutnya ke Makassar
Terkini, Sabili, Saksi, Tarbiyah, dan media-media online. Belakangan ini
memang lebih banyak media online saya tulis karena lebih cepat terbitnya.
Waktu di Ternate saya rajin menulis untuk Malut Post dan Radar Halmahera. Tulisan saya banyak tentang Islam, walaupun juga
saya senang bahas masalah sosial politik.
Apa yang melandasi atau motivasi Anda
menulis pada awalnya?
Motivasi saya waktu itu ingin bisa juga seperti
senior-senior saja. Kalau mereka bisa, saya juga harusnya bisa.
Selain itu, saya juga ingin berdakwah lewat menulis.
Saya merasa banyak kekurangan dalam diri saya. Untuk itu saya tetap perlu
berdakwah lewat tulisan.
Selain menulis, saya juga waktu itu aktif di mushallah. Jadi, saya berharap bisa
berkontribusi mencerahkan umat lewat tulisan.
Untuk motivasi uang tidak begitu tinggi. Kadang juga
tulisan tidak jelas apakah dimuat atau tidak.
Buku atau tulisan yang dianggap
menginspirasi Anda menulis?
Saya awalnya suka dengan buku Buya Hamka. Saya
senang dan coba koleksi. Hamka adalah ulama dan juga penulis produktif yang
sampai sekarang karyanya diterbitkan.
Saya belajar cara Hamka menulis dan bagaimana dia
memanfaatkan segala potensi yang ada untuk menulis.
Bukunya yang pertama saya sukai adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Belakangan saya juga suka Tafsir Al Azhar
dan juga Sejarah Umat Islam yang
ditulis Hamka selama 20 tahun.
Dari situ saya merasa bahwa luar biasa semangat
beliau dalam berdakwah dan mempertahankan tulisannya agar bisa jadi buku.
Apa yang biasa Anda lakukan sebelum
menulis?
Sebelum menulis, saya kadang membaca buku. Biasanya
kalau sudah baca buku, perasaan lebih enak dan pikiran lebih terisi. Dengan
begitu lebih mudah ketika menulis.
Kadang saya membiasakan juga untuk baca berita yang berbahasa
Inggris biar melatih skill.
Judul-judul berbahasa Inggris juga menarik dan kadang enak juga untuk
diadaptasi ke judul tulisan dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana cara Anda mengatur waktu menulis,
mengajar, urusan keluarga dan organisasi?
Saya biasanya melatih diri untuk bisa menulis dalam
semua kondisi. Utamanya sih saat lagi
lapang atau nggak ada kegiatan.
Kadang juga saya kerjakan bersamaan antara tugas dengan menulis.
Gak
ada cara spesifik, cuma melihat kondisi tubuh saja. Jika tubuh sedang fit, saya
bisa menulis kapan saja.
Saat ini lebih suka menulis di computer,
laptop atau hape?
Saya lebih nyaman menulis di laptop ketimbang di hape. Orang lain bisa buat artikel di hape, saya agak susah.
Pagi, siang, sore, malam atau subuh yang
menurut Anda sangat baik menulis?
Pagi waktu yang bagus banget untuk menulis karena pikiran kita masih segar. Kadang juga
saya siang atau malam. Biasanya disesuaikan dengan tubuh saja. Jika tubuh fit,
mudah untuk semuanya.
Di mana tempat favorit Anda menulis?
Saya menulis di tempat yang laptop bisa stabil.
Kadang di kafe, rumah, kadang juga di kelas. Pernah juga dulu di sekretariat
masjid.
Dari mana biasanya Anda menemukan ide
tulisan?
Biasanya saat jalan-jalan melihat sebuah fenomena atau
pas baca buku atau tulisan orang.
Biasanya saat menulis artikel, sembari
minum teh, kopi, jus atau air mineral?
Pernah minum teh, kopi, jus, atau air mineral.
Belakangan ini lebih sering minum kopi. Mungkin karena beberapa tahun terakhir
lagi trend menulis sambil ngopi.
Tapi memang dengan minum kopi itu menambah semangat
kita untuk menulis. Tapi, biasanya saya juga ada air mineral untuk mengimbangi
kopi.
Saat menulis, Anda suka sambil dengar
musik atau lebih suka suasana hening?
Kadang juga sambil dengar musik. Waktu nulis
Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka, saya dengar berulang-ulang
lagunya Sami Yusuf tentang asma Allah.
Saya ingin menghadirkan muatan keilahian dalam
tulisan. Sebisa mungkin seperti itu.
Kadang juga saya dengerin
lagu-lagu lain seperti Iwan Fals, Ebiet G Ade, NOAH, sampai pada MLTR, Guns n
Roses, Bon Jovi, dan juga Yusuf Islam.
Biasanya saat menulis satu artikel, bisa
berapa jam?
Satu artikel biasanya 2 jam. Waktu rutin menulis
artikel biasanya 2 jam saya selesaikan. Tapi belakangan saya lebih sering
menulis buku yang biasanya 2 minggu atau sebulan.
Tapi sekarang kalau menulis buku saya tak bisa secepat
itu karena terkadang banyak urusan yang harus diselesaikan juga seperti urusan
tugas di kampus yang tidak mudah.
Hingga saat ini, total sudah berapa judul
buku karya Anda?
Buku yang nama sendiri sekitar 30-an judul. Selebihnya
yang ditulis berdua dan bersama-sama (antologi). Totalnya sekitar 60 judul buku.
Bagaimana awal ceritanya lahir buku karya
pertama Anda
Buku pertama kali saya tulis berjudul Revolusi Intelektualitas Bangsa Indonesia.
Dicetak hanya 4 eksemplar buku.
Buku ini berisi kumpulan tulisan saya yang
pernah dimuat di beberapa media di Kota Makassar.
Waktu itu cetak sendiri. Penerbitnya Pustaka Pergerakan. Biaya sendiri juga.
Cetaknya waktu itu sekitar Rp 150 ribu untuk 4 eksemplar.
Di antara sekian banyak buku karya Anda,
mana buku yang Anda anggap monumental?
Buku berjudul Menemani
Bidadari Suara Hati Seorang Mahasiswa.
Buku ini saya tulis 6 hari di Rental
Al Ulum samping Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) di Jalan Perintis
Kemerdekaan Km 10, Tamalanrea, Kota Makassar.
Saya tulis tak lama setelah istri saya meninggal dan
dikubur di Sudiang, Kota Makassar.
Apa keuntungan yang Anda rasakan sebagai penulis?
Finansialnya gak terlalu banyak, tapi keuntungan
maknawi lebih dalam. Artinya, dengan menulis saya merasa jadi manusia yang
bermakna dan itu lebih dalam dari sekedar uang.
Bagaimana cara Anda memelihara gairah
menulis?
Saya melatih diri dengan menstabilkan emosi. Kalau
emosi stabil, mudah saya menulis.
Artinya, jangan mudah marah, kesal, atau
perasaan negatif kepada orang. Stabilkan saja. Sesuatu kalau stabil biasanya lebih
bagus.
Apa saran Anda untuk penulis pemula?
Banyak-banyak baca buku dan banyak-banyak berlatih
menulis apa saja.
Apa saran Anda agar gairah menulis
masyarakat Sulsel meningkat?
Pemerintah perlu membudayakan baca tulis. Penerbitan
buku juga perlu digalakkan.
Jangan mau kalah dengan wilayah lain. Kita
sama-sama manusia. Orang lain bisa pasti kita bisa.
Smart Quotes
Di mana pun kamu ditanam, berkembanglah!(*)
= = =
Data Diri
Nama lengkap: Yanuardi Syukur
Panggilan: Yankur
Lahir: Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, 13
Januari 1982
Pekerjaan: Dosen Antropologi di Universitas Khairun
(Ternate)
Istri: Mutawadhiah Ashri (lahir 1987)
Anak: Anisah
Syahidah (lahir di Maros, 2006), Afifah Azizah (lahir di Maros, 2008), dan
Fikri Ihsani (lahir di Tobelo, 2010).
Orangtua: Rasyidin Syukur (ayah) dan Haryanti (ibu)
Pendidikan
- SDN 1 Tobelo (tamat 1993)
- Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
- S1 Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin
- S2 Kajian Timur Tengah Kekhususan Politik dan
Hubungan Internasional di PSTTI Universitas Indonesia
- S3 Antropologi Universitas Indonesia (belum
selesai)
Karier
-
Mengajar di Pesantren Darul Istiqamah
Pusat Maccopa Maros
-
Koresponden Majalah Annida (2006)
-
Guru di Pondok Pendidikan Muhammadiyah
Tobelo
-
Dosen Ilmu Pemerintahan dan Ilmu
Administrasi FISHUM Universitas Halmahera (2010).
-
Sekretaris Eksekutif Jimly School of Law
and Government (JSLG
Organisasi
-
Ketua Ikatan Santri Konsulat Indonesia
Timur (ISKIT) (1996)
-
Ketua Forum of Anthropology Development
Studies Unhas (2000)
-
Ketua Forum Kajian Insani (FKI) Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Unhas (2001-2002)
-
Ketua Mushalla Ibnu Khaldun FISIP Unhas
(2001-2002)
-
Ketua Keluarga Penerima Beastudi Etos
Makassar (2002)
-
Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMMI) Komisariat Unhas (2003)
-
Koordinator Departemen Kastrat KAMMI
Sulsel (2003-2004)
-
Anggota Divisi PSDM FLP Makassar (2001)
-
Relawan Dompet Dhuafa Republika (2002)
-
Ketua FLP Sulawesi Selatan (2004-2006)
-
Ketua FLP Malut (2007-2013)
-
Koordinator Fundraising FLP Pusat (2008)
dan Divisi Advokasi dan Divisi Karya FLP Pusat (2013-2017)
-
Pendiri dan Sekretaris Perhimpunan
Profesional Indonesia (PPI) Jakarta (2008)
* Publikasi Buku
-
Revolusi Intelektualitas Bangsa
Indonesia (Self Publishing, 2004)
-
Menemani Bidadari Suara Hati Seorang
Mahasiswa (Pustaka Mahabbah, 2004)
-
Mari Hidupkan Tradisi Ilmiah (Lembah
Ilmu, 2005)
-
Run for your Life! (Self Publishing,
2005)
-
Menemani Bidadari: Suara Hati Seorang
Mahasiswa (DIP, 2006)
-
Percikan Hikmah Orang-Orang Sukses:
Syarah 27 Mahfuzhat (DIP, 2007)
-
Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka (Diva
Press, 2009)
-
The Miracle of Sabar (Kataelha-Jakarta,
2010)
-
Mahasiswa Juga Bisa Kaya [bersama Rulli
Nasrullah] (Kataelha, 2010)
-
Israel Menjarah Organ Tubuh Muslim
Palestina (antologi Kajian Zionisme Internasional, Penerbit Cakrawala, 2008)
-
Ensiklopedia Allah (Basmalah-Jakarta,
2011)
-
Mendobrak Pintu Rezeki dengan 7 Jurus
Sakti Warisan Nabi (Hayyun Media, 2011)
-
Jadikan Musibah Sebagai Ladang Ibadah
(al-Maghfiroh, 2012)
-
Terapi Kejujuran (al-Maghfiroh, 2012)
-
Keluargaku Surgaku (al-Maghfiroh, 2012)
-
Menelusuri Jejak al-Qaeda di Indonesia
(Lepkhair, 2012)
-
Rahasia Keajaiban Berbakti kepada Ayah
(al-Maghfiroh, 2013)
-
Islam dan Zionisme: Logika, Isu dan
Gerakan (Indie Publishing, 2013)
-
Presiden Mursi: Kisah Ketakutan dunia
pada Kekuatan Ikhwanul Muslimin (Hayyun Media, 2013)
-
Berdiri di Pundak Newton (Lepkhair,
2013)
-
Dengan Pena Kita Berjuang (Lepkhair,
2013)
-
Suka Duka Penulis Pemula (FLP Sulsel,
2006)
-
Antologi Puisi 101 Penulis Makassar
(Antologi FLP Sulsel, 2006)
Komentar
Posting Komentar