Fahrul Alam: Menulislah, Niscaya Suaramu Abadi!

Muhammad Fahrul Alam



SAYA mengenalnya saat berkunjung di Kantor Tribun Timur, awal November  2017 lalu. Ia datang menyampaikan rencananya menggelar Bedah Buku dan Workshop Kepenulisan.

Acaranya digelar di Aula Prof Mattulada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin.

Muhammad Fahrul Alam datang bersama Adi Wijaya. Keduanya mewakili Lembaga Writerpreneur Indonesia (LWI) yang menggelar acara tersebut.

Dari perbincangan dan penelusuran karyanya, ternyata alumni MAN 2 Sinjai ini seorang penulis andal.

Yang menarik, lelaki kelahiran Sidrap 6 Mei 1995 ini memilih menjadi penulis yang fokus menyasar pembaca remaja dengan konten-konten bernuansa Islam.

Sejak 2016, ia aktif menulis sekaligus mengelola Majalah Young & Faith.

Hingga Januari 2018, ia telah menerbitkan tiga judul buku: Remaja Ideal is me (2014), Generasi Emar Pijar Permata Kebangkitan (2015), dan Sujud Terakhir (2017). 

Penasaran ingin mengetahui rahasia menulis dari dia?

Berikut ini dialog saya dengan alumni Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri (KPI-UIN) Alauddin Makassar:

Apa kesibukan saat ini?
Mengurus organisasi dan memberi pelatihan-pelatihan penulisan melalui Lembaga Writerpreneur Indonesia (LWI). 

Sejak kapan mulai menyenangi dunia tulis menulis?
Saya menyukai dunia kepenulisan sejak 2010. Ketika itu saya masih duduk di kelas satu SMA.

Saat itu saya sering menuliskan cerita keseharian di sekolah maupun inspirasi-inspirasi kehidupan.

Sejak SMA saya memang sangat gemar membaca dan mengoleksi berbagai jenis buku keislaman dan sejak saat itu tertarik untuk terjun ke gelanggan arena kepenulisan hingga saat ini.

Saya memilih konsen menulis untuk remaja dan pemuda.

Apa yang memotivasi Anda menulis saat itu?
Yang menjadi motivasi menulis yakni dorongan ingin berkontribusi pada Islam. Berdakwah lewat tulisan agar menjadi wasilah kebaikan yang lebih banyak buat ummat.

Sekaligus sebagai amal jariah sebagaima ulama terdahulu lakukan seperti Imam Syafi'i.

Meski jasadnya telah lapuk dimakan tanah, namun hingga saat ini karya-karya beliau tetap dipelajari sepanjang masa dan menjadi warisan berharga buat umat Islam saat ini hingga ke depan.


Adakah buku atau tulisan yang menginspirasi Anda tertarik menulis? 
Yang pertama kali menginspirasi untuk menulis yakni Majalah Muslim D'Rise. Saat 2009 saya berlangganan majalah remaja tersebut.

Majalah ini sangat menginspirasi bagi saya karena memberikan banyak warna dan pengetahuan serta kecintaan terhadap menulis bahwa menulis itu asyik dan menyenangkan.

Saya teringat dengan seorang ulama besar Syaik Abdullah Azzam yang pernah berujar bahwa "Peradaban Islam dilukiskan dengan dua warna, merah dan hitam. Merah, darah syuhada. Hitam, tinta ulama".

Pernyataan itu turut membuat saya merenung dan akhirnya terpanggil untuk menjadi penulis.

Sejak saat itulah saya memutuskan diri fokus di bidang menulis hingga saat ini sebagai wasilah berdakwah dan berkontribusi untuk Islam.

Siapa orang yang dianggap berjasa membantu Anda menjadi penulis?
Yang pertama kali membantu selama ini dalam menulis di antaranya Ustad Iwan Januar, O Solihin, serta Musrif Ustadz Didi Haryono.

Mereka selama ini selalu membimbing dan memotivasi saya untuk menulis.

Alhamdulillah semua impian tersebut dapat terwujud dengan segala perjuangan hingga tetes keringat. Kalau tetesan darah belum. Hehe…

Adakah penulis idola Anda? 
Di antaranya ada Ustad Salim A Fillah, Felix Siauw dan Ibnu Jauzi.

Mengapa mereka?
Bagi saya, Ustad Salim sangat luar biasa menguraikan siroh dengan kalimat sastra yang sangat puitis sehingga membuat yang membacanya semakin penasaran tiap kali membaca buku karyanya.

Ustadz Felix Siauw membuat saya termotivasi dalam menulis dengan kecerdasan beliau sebagai mualaf menulis beberapa buku.

Yang sangat menginspirasi terhadap Islam di antaranya: Beyond The Inspiration & Muhammad Al-Fatih 1453.

Sedangkan Ibnu Jauzi yang saya maksud adalah ulama besar yang pada masanya mampu menuliskan 200.000 ribu kitab sebagai warisan khazanah Islam buat umat. Masya Allah....

Saya pernah membaca tulisan Anda di surat kabar. Bagaimana ceritanya tulisan pertama Anda dimuat di media massa?
Saya sempat beberapa kali menulis untuk media massa. Awalnya sempat beberapa kali tak diterbitkan.

Tapi saya tidak putus asa mengirim ke media tersebut. Terhitung barulah tulisan ke-10 kali yang saya kirim akhirnya dimuat di media massa.

Bagaimana sih agar tulisan kita tembus media?
Beberapa tips yang saya gunakan menulis untuk media massa, antara lain. Pertama, kita harus mencermati panjang karakter yang diinginkan redaksi media tersebut.

Biasanya terdapat standar panjang karakter artikel untuk rubrik di koran atau majalah.

Usahakan jangan terlalu panjang atau terlalu pendek dari standar yang sudah ditentukan.

Kedua, menyesuaikan tulisan dengan format rubrik yang disediakan. Rubrik di koran, majalah, atau media cetak serupa memiliki perbedaan konsep.

Jika suatu rubrik berisi liputan, berita yang dikirim haruslah mengandung fakta. Sebaliknya bila berupa opini, artikel yang dikirim haruslah opini dari penulis itu sendiri.

Ketiga, publikasikan yang ‘kamu banget’. Redaktur kan biasanya akan memilih artikel dengan cerminan karakter penulis yang kuat, misalnya rubrik opini.

Kebanyakan artikel opini di koran, majalah, atau media cetak lainnya ditulis oleh mereka yang mempunyai kepakaran.

Contohnya akademisi, praktisi dan pegiat LSM. Jadi, pilihlah rubrik yang sesuai dengan karakter kepenulisanmu.

Keempat, pilihlah isu yang akan menyita perhatian pembaca. Sebab saya percaya redaktur akan lebih mempertimbangkan tulisan yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat.

Jadi, seorang penulis juga harus bisa melihat timing yang tepat untuk memunculkan tulisan yang hangat pada saat itu.

Kelima, buatlah artikelmu sebagus mungkin. Artikel yang bagus adalah berisi informasi yang ingin diketahui pembaca dan dikemas dengan bahasa yang sederhana dan jelas.

Dengan demikian, pembaca akan mengerti dan memahami apa yang dibacanya.

Keenam, jauhi kata-kata ‘alay’ dan bahasa gaul. Kata-kata ‘alay’ dan bahasa gaul tidak bersifat komunikatif dan bisa membingungkan pembaca.

Jadi, sebisa mungkin hindari hal tersebut. Walaupun dalam beberapa rubrik seperti rubrik remaja, bahasa gaul (bukan kata-kata 'alay') selalu muncul dalam artikel.

Namun penggunaan yang terlalu banyak akan menjadikan artikel tersebut tidak bagus.

Boleh tahu bocoran honor tulisan Anda jika dimuat di media?
Honorium ketika tembus media massa yah bermacam-macam. Ada yang sekali nulis biasa Rp 50 ribu.

Bahkan sering juga dibayar 2M (Makasih mas) hehe.  Namun yah begitulah yang terpenting kita dapat menulis dan menyampaikan pikiran kita ke publik sudah cukup.

Adapun honor itu hanya bonus saja. Bukan priotitas utama.

Butuh berapa hari bisa jadi 1 tulisan/artikel populer untuk media?
Tergantung isi tulisannya. Yang biasanya saya lakukan itu jika membahas satu tulisan yah minimal terlebih dulu mengumpulkan referensi 10 buku yang membahas hal sama dan beberapa referensi dari internet.

Jika fokus menyelesaikan tulisan apalagi ada deadline, biasa 2 sampai 3 hari selesai satu tulisan.

Hingga hari ini, sudah berapa buku karya Anda yang telah terbit?
Masih sedikit. Baru tiga buku yakni Remaja Ideal is me (2014), Generasi Emar Pijar Permata Kebangkitan (2015), dan Sujud Terakhir (2017).

Tips menulis menurut Anda?
Ttips menulis yah satu saja: Nulis, nulis, dan nulis. Jangan pernah bosan untuk menulis.

Hanya orang-orang yang serius dan mau bekerja untuk keabadian yang mampu mewujudkannya.

Intinya tetap semangat dan jangan berhenti untuk belajar dalam meningkatkan skill dalam menulis.

Apakah Anda pernah ikut pelatihan jurnalistik atau pelatihan menulis kreatif?
Iya, pernah sekitar tahun 2011. Waktu itu pertama kali saya ikut pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sinjai.

Lalu pada 2016, saya ikut pelatihan Menulis Kreatif yang dilaksanakan Indonesian Creative Writer (ICW).

Pada 2017, saya ikut pelatihan menulis yang dilaksanakan oleh Islamic Writting Clas.

Masih pada 2017, saya juga ikut pelatihan Writer 2Be Treveller yang dilaksanakan oleh Pesantren Traveller Jogjakarta.

Apa yang Anda dapat dari pelatihan tersebut?
Sangat banyak. Di antaranya seputar serba serbi dunia jurnalistik. Tentang bagaimana menjadi penulis produktif.

Tentang cara bombastis sukses menulis. Plusnya tips jadi penulis traveler yang bisa travelling ke seluruh dunia.


Di koran atau media mana saja pernah tulisan Anda dipublikasikan?
Pertama kali diterbitkan di Harian Fajar Makassar. Lalu menyusul di beberapa media.

Di antaranya di Harian Amanah, Tribun Timur, apakabarkampus.com,  dakwahsekolah. com dan beberapa lainnya.

Jenis tulisan apa saja yang biasa Anda kirim ke koran?
Ada esai, opini, resensi buku hingga citizen report atau jurnalisme warga. Totalnya tak banyak.

Karena saya lebih konsen mengurus Majalah Remaja yang dulu sempat dirintis bersama beberapa penulis lokal. Saat ini juga masih lebih fokus untuk menerbitkan buku-buku remaja dan genre sejenisnya.

Bagaimana perasaan saat pertama kali tulisan Anda muncul di media?
Tentu ada rasa bangga dan bahagia karena akhirnya bisa nembus media dengan perjuangan yang tidak muda.

Alhamdulillah meski ditolak lebih banyak ketimbang dimuat hehe…

Bagaimana cara Anda menemukan ide dan mengumpulkan bahan tulisan?
Mencari ide terkadang muncul tanpa diprediksi. Bisa saja lagi melihat suatu objek tiba-tiba spontan kepikiran menulisnya.

Ide tulisan lebih sering ditemukan ketika jalan-jalan ketimbang di atas meja bersama bolpoint & booknote. 

Mengumpulkan bahan tulisan terkadang mencari informasi, data dan referensi kebanyakan dari buku-buku di perpustakaan, koran hingga browsing di internet.

Setelah dapat beberapa hal penting, kemudian ditulis di kamus kecil. Semacam buku agenda mini yang biasa digunakan menyimpan informasi.

Data atau istilah yang nanti akan membantu mengolah bahan menjadi sebuah tulisan.

Apa tips Anda sebelum menulis?
Setidaknya ada beberapa tips simple yang harus dimiliki sebelum menulis. Di antaranya, mood yang bagus, ide yang menarik, waktu  dan cemilan, hehehe….

Bagaimana cara Anda mengatur waktu menulis, bekerja serta urusan organisasi?
Dalam penelitian para ahli untuk menjadi expert pada satu bidang keahlian minimal mengulang-ulang hal itu selama 10.000 jam.

Bisa dikalkulasikan minimal 3 jam sehari selama 10 tahun melakulan altivitas tersebut.

Maka cara yang saya gunakan minimal menulis dan membaca tiga jam sehari dan waktunya tergantung keadaan.

Bisa saat santai ataupun di kendaraan dan lain-lain. Intinya minimal 3 jam sehari untuk membaca dan menulis.

Lainnya untuk kerja, organisasi, ibadah dan urusan muamalah lainnya.

Adakah waktu yang menurut Anda sangat baik untuk menulis?
Saya suka menulis usai salat subuh hingga pukul tujuh pagi

Di mana tempat favorit Anda jika ingin menulis: di kafe, di rumah atau di mana?
Bisa di kafe, kamar dan tempat-tempat menarik yang penting bisa membuat kita fokus untuk menulis.

Apa keuntungan finansial dan nonfinansial yang kita rasakan dari menulis?
Pasti ada keuntungan finansialnya. Namun yang jauh lebih penting dari semua yakni keuntungan idealisme.

Maksudnya bagaimana seorang penulis ketika dia menulis diniatkan semua untuk perjuangan. Jadi menulis sebagai kontribusi kita pada agama dan peradaban

Alhamdulillah terkadang juga diberikan kesempatan diundang untuk share kepada pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat tentang ide-ide dalam buku.

Bisa dalam bentuk talkshow, vedah buku, training dan lain-lain.

Apa yang dilakukan untuk menambah memperkaya data serta memperkuat rasa dalam tulisan Anda?
Untuk memperkuat tulisan, biasanya saya mereview kembali isi tulisan. Saya juga biasa mengirimkan kepada mentor menulis untuk dikoreksi dulu.

Kalau ada yang perlu direvisi yah direvisi. Jika sudah komplit, yah barulah saya kirim ke media massa

Bagaimana cara Anda memelihara gairah menulis?
Kuncinya cintai aktivitas yang kita lakukan. Ketika kita cinta, maka kita akan banyak waktu untuk melakukan aktivitas tersebut hingga menjadi hobi untuk menulis.

Intinya menulis, menulis, menulis aja tipsnya dan dipaksakan.

Apa saran Anda untuk penulis pemula?
Jangan takut menulis. Sebab menulis bukan perang fisik yang membuat kita akan mati.

Tapi menulis sebuah wujud cinta pada generasi cinta pada negeri ini dan cinta pada peradaban Islam.  Tetap semangat belajar serta jangan putus asa menulis.

Ibarat mendaki gunung, hanya berat dan sulit pada langkah pertama.

Tapi jika kita belajar menulis dengan baik dan konsentrasi serta yakin, insya Allah semua akan mengalir indah pada waktunya. Yuk menulislah niscaya suaramu akan abadi.

Apa saran Anda agar gairah menulis masyarakat Sulsel meningkat?
Cintailah budaya membaca dan menulis sebagai warisan buat anak negeri kedepannya.

Pemerintah dan para pihak mestinya member kemudahan akses belajar warga dalam menulis.

Pemerintah dan sektor swasta diharapkan dapat member apresiasi karya anak bangsa yang telah memberi karya terbaik untuk pembangunan SDM. Semisal menulis buku, dll.

Smart quotes
Menulislah niscaya suaramu akan abadi. (*)

= = = =
Data Diri :
Muhammad Fahrul Alam
Lahir: Sidrap, 6 Mei 1995

Pendidikan:
- SD Muhammadiyah 2 Palu
- SMPN 4 Palu
- MAN 2 Sinjai
- S1 Komunikasi Penyiaran Islam UIN alauddin Makassar

Pekerjaan:
Penulis dan Coach Smart Writter

Organisasi:
- STMI (Sekolah Trainer dan Motivator Indonesia)
- Lembaga Dakwah Sekolah (LDS HTI Sulsel)
- Crew Generasi Emas
- Anggota Writerpreneur Indonesia (LWI)

Keluarga:
- Ayah:  Anwar Abdullah bitti
- Ibu: Misnawati A. Yusuf
- kakak: Sidrawati
- Adik: Firmansyah Putra


Komentar