Sejak SD Senang Buat Cerita Bergambar

Tulus Wulan Juni


Lahir di Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, 2 Juni 1979. Sejak kecil suka membaca dan membuat cerita bergambar.

Kecintaannya dengan buku inilah salah satu alasan ia akhirnya memilih profesi sebagai pustakawan.

Berkat berbagai ide dan program yang dilaksanakannya, Perpustakaan Kota Makassar selalu saja ramai dikunjungi. 

Padahal sumber informasi kini dalam genggaman berkat makin canggihnya ponsel pintar dan makin murahnya biaya akses internet.

Tak salah kemudian, Tulus Wulan Juni mendapat sejumlah penghargaan, mulai tingkat Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, nasional hingga di mancanegara.

Pada Agustus 2013, ia terpilih sebagai juara kedua pada Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional yang digelar Perpustakaan Nasional RI di Jakarta.

Pada 2015, ayah dua anak ini terpilih mewakili Indonesia di ajang Consal Outstanding Librarian Award 2015 di Thailand.

Karena kedekatan dengan bukulah juga Tulus merasa terdorong selalu untuk menulis. 

Tulisannya pun kerap terbit di berbagai surat kabar di Makassar. Di antaranya di Tribun Timur, Fajar, Cakrawala dan sejumlah koran harian lainnya.

Sejumlah tulisannya juga telah diterbitkan dalam wujud buku. Di antaranya Bangkit dengan Membaca (2016).  

Bagaimana rahasia Tulus menjadi penulis di sela-sela tugasnya sebagai ASN di Dinas Perpustakaan Kota Makassar? 

Berikut rahasia dari Pustakawan Berprestasi ASEAN Inisiator Program Sentuh Pustaka ini:

Sejak kapan Anda mulai menyenangi dunia tulis menulis ?
Sejak duduk di bangku SD. Waktu itu saya menyenangi tugas mengarang yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. 

Selain itu, saya gemar membuat cerita bergambar hasil imajinasi dan hasilnya saya berikan kepada teman-teman yang sedang sakit.

Hitung-hitung sebagai buah tangan. Cerita gambar (cergam) yang saya buat dan masih saya ingat sampai sekarang adalah Ketty Makhluk Luar Angkasa

Cergam ini menceritakan kehadiran makhluk luar angkasa membantu Indonesia berperang merebut kemerdekaan, seru dan lucu kalau diingat.

Namun sayang karya tersebut tidak tersimpan dengan baik dan hanya ditulis dengan tangan pada waktu itu.

Kegemaran menulis saya terus berlanjut hingga menjadi saya diterima menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dan bertugas di perpustakaan. Awalnya saya bertugas mengelola perpustakaan di SMP Negeri 19 Makassar.

Di sekolah ini saya bersama pengusus OSIS membuat Bulletin Sekolah Suara Pendidikan. Buletin ini terbit setiap hari Senin sejak 2001 hingga 2006. 

Pada 2006, bulletin ini sempat diterbitkan bersama di tiga sekolah yakni SMPN 19 Makassar, SMPN 17 Makassar dan SMPN 23 Makassar.


Saat bertugas di Perpustakaan Kota Makassar, rasanya makin rutin menulis ya?
Alhamdulillah masih rutin. Tulisan saya juga mulai beragam. Saya juga biasa menulis berita dan opini untuk dikirim ke berbagai media. 

Juga menyusun skenario iklan layanan masyarakat (ILM) Perpustakaan Kota Makassar sejak tahun 2011 hingga sekarang.

Pada 2016 lalu, saya bersama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Sulawesi Selatan menerbitkan buku Bangkit dengan Membaca. Lalu tahun 2018 ini sementara menyusun buku Teknik Dasar dan Seni Mengelola Perpustakaan yang akan diterbitkan Penerbit Erlangga.

Apa yang memotivasi Anda menulis?
Yang memotivasi saya menulis waktu masih SD, selain hobi juga karena saya ingin menyenangkan atau menghibur teman-teman yang lagi sakit dengan hasil karya sendiri. 

Namun herannya teman-teman tidak yakin kalau saya yang buat atau mereka tidak yakin itu karangan saya..he..he…

Tetapi apapun anggapannya, saya tidak mau berdebat. Yang penting mereka terhibur. 

Beda halnya motivasi saya menulis saat ini, walau waktu menulis kurang karena sibuk dengan rutinitas pekerjaan, namun jika ada kesempatan pasti saya menulis atau mempersiapkan sebuah tulisan.

Karena pekerjaan saya di dunia perpustakaan, maka motivasi saya menulis adalah bagaimana memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya peran perpustakaan dan budaya baca.

Selain itu, tulisan saya sedikit ‘menyentil’ peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan agar memperhatikan perpustakaan sebagai penggerak peradaban. 

Itupun kalau mereka membacanya. He..he…

Dengan demikian, setidaknya telah ‘gugur’ tugas saya bahwa sayapun pernah mengingatkan bahwa perintah pertama Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW itu adalah membaca… he..he…

Buku atau tulisan yang Anda anggap telah menginspirasi Anda menulis?
Saat SD memang saya suka membaca cerita bergambar, super hero, kepahlawanan, sejarah perjuangan kemerdekaan dan novel. 

Bahan bacaan ini saya peroleh dari perpustakaan sekolah. Sering juga dari buku-buku milik paman. Kebetulan rumahnya pas di samping rumah orangtua kami. 

Paman saya ini seorang guru SD. Tapi berbeda sekolah dan SD saya. saya membawa buku-buku cerita anak dari sekolahnya dan sesekali menceritakan/ mendongengkan kehebatan buku yang dibawakannya.

Novel yang saya suka saat itu adalah Sengsara Membawa Nikmat dan Siti Nurbaya bahkan bukunya sempat saya bawa ketempat tidur, karena isinya sedih. Saya sempat menangis juga..he..he…, 

Untunglah di tempat tidur, tidak ada yang melihat… he..he… 

Cerita-cerita kepahlawanan dan hikmah kehidupan itulah yang menginspirasi saya menulis tentang tokoh heroik yang menebar keteladanan dan kebaikan dan cerita-cerita itu memberi makna hidup untuk saya jalani. 

Saya sadar bahwa buku ternyata dapat mempengaruhi hidup dan perilaku kita…



Siapa penulis idola Anda?
Dulu waktu SD, terus terang saat membaca saya tidak pernah berpikir siapa ini penulisnya karena yang penting bukunya bagus dan seru…he..he… 

Tetapi buku dengan gaya bahasa yang mengesankan bagi saya hingga saya larut dalam ceritanya adalah Sutan Sati pengarang buku Sengsara Membawa Nikmat dan Marah Rusli, pengarang buku Siti Nurbaya.

Kedua pengarang tersebut yang membuat hati saya menjadi lunak akan sebuah makna kehidupan bahwa menanam kebaikan kelak akan memetik hasilnya begitu pula dengan kejahatan. 

Sekarang saya bekerja di perpustakaan, saya mengidolakan dan mengagumi Sulistyo Basuki. 

Tulisan beliau menginspirasi saya dan materinya ringan sehingga mudah dipraktikkan untuk mengelola perpustakaan.

Siapa orang yang Anda anggap berjasa membantu Anda menjadi penulis?
Pertama kepada guru Bahasa Indonesia saya waktu SD (lupa namanya) yang telah memberi tugas mengarang yg sebenarnya 'memaksa' saya untuk memulai menulis. 

Kedua kepada teman-teman kecil saya yang senang dengan cergam saya. Sehingga saya mulai menyenangi kegiatan tulis menulis.

Kapan pertama kali tulisan Anda dimuat di media massa?  
Minggu, 29 Juni 2003. Terbit di koran harian Fajar halaman 15. Alhamdulillah, korannya saya kliping dan masih tersimpan rapi sampai sekarang...he..he...

Apa judulnya dan tentang apa?                
Judulnya, Menanamkan Budaya Membaca bagi Siswa Baru. 

Tulisan ini membahas tentang pentingnya siswa baru mengenal perpustakaan sekolahnya untuk menumbuhkan kegemaran membaca dan sebagai salah satu sarana sumber belajar 

Bagaimana ceritanya hingga menulis tentang Menanamkan Budaya Membaca bagi Siswa Baru?
Ketika itu saya prihatin melihat saat MOS (Masa Orientasi Siswa) tidak pernah saya lihat pihak sekolah memperkenalkan peran perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar ke para siswanya. 

Kalau menunjukkan itu gedung perpustakaan, pasti iya. Tapi bagaimana prosedur memanfaatkan perpustakaan, itu yang tidak pernah dilakukan.

Olehnya itu saya mencoba menulis dan mengirimkan tulisan saya ini ke Fajar secara langsung. Maklum saya belum mengenal email saat itu...he..he...

Awalnya, butuh berapa hari bisa jadi 1 tulisan/artikel opini untuk media? 
Saya lupa persisnya. Kalau tak salah, butuh dua hari saya menulis untuk tulisan pertama. Itupun memanfaatkan waktu luang. 

Kalau sekarang biasa sehari untuk satu topik itupun jika cukup waktu dengan berbagai aktivitas... 

Apa yang biasa Anda lakukan sebelum menulis
Sebenarnya tidak ada persiapan khusus. Cuma biasanya, saya niat dulu. Misalnya saya mau menulis topik ini dan harus rampung. 

Itu dilakukan di depan komputer...he...he.... Jadi niat bagi saya penting dan menjadi kesiapan psikologis.

Kalau sudah mantap niatnya, pasti rintangan apapun bakal dilewati. Selanjutnya pusatkan perhatian pada topik yang akan ditulis. 

Kemudian materi pendukung seperti peraturan, dll. Jika sudah siap, silakan menulis.

Bagaimana cara Anda mengatur waktu menulis, urusan kerja kantor dan keluarga?
Saya cari celah pada jam istirahat. Tapi tidak lupa mencatat ide-ide saat kita bekerja. Karena ide ide itu muncul biasanya tiba-tiba. 

Makanya saya biasa selalu membawa bukus saku dan pulpen. Antisipasi jika muncul ide, maka segera saya catat saat itu juga. Soalnya kalau tak dicatat, idenya bisa hilang.

Adakah waktu yang menurut Anda sangat baik untuk menulis?
Pagi hari sangat bagus untuk memulai memulai menulis. Rata rata saya menulis di pagi hari, kemudian disambung siang, saat jam istirahat di kantor.

Di mana tempat favorit Anda jika ingin menulis: di kafe, di rumah atau di mana?
Saya lebih nyaman menulsi di rumah. Tetapi kalau terpaksa di kantor, saya menulis jika lagi sepi.  

Dari mana biasanya Anda menemukan ide tulisan?
Dari kasus atau fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Seperti mengapa orang malas membaca. 

Ternyata hasil survei dan fakta dilapangan menunjukkan kesamaan. Olehnya itu perlu di sampaikan ke masyarakat dan bagaimana menawarkan solusinya.

Biasa menulis di hape, dilaptop atau di komputer?
Selama ini saya lebih nyaman mengetik di computer dan laptop. Karena lebih leluasa atau bebas.  Kalau di hape, kurang nyaman.

Saat menulis: suka dengar musik atau hening tak ada suara?
Saya sebenarnya suka mendengar music. Tetapi saat menulis, saya benci musik...he..he... 

Sebab jika saya menulis, saya butuh konsentrasi (hening). Kalau ada yang ribut bisa buyar konsentrasi...he...he... Itulah tipikal saya saat menulis.

Kecuali untuk mengetik dengan konsep, mendesain atau menginput data, itu baru saya menggunakan musik. 

Karena pekerjaan menginput data dan mendesain bagi saya tanpa musik bisa membosankan.
Saat menulis, biasanya sembari minum teh, kopi, jus atau apa?

He..he... Saya biasa ‘puasa’ untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Jika harus disambung tulisan itu, saya butuh lagi pada lain waktu.

Sebelum menulis saya harus yakinkan dulu bahwa saya sudah makan, kemudian niat dan selanjutnya menulis.

Nah, setelah rampung baru ‘berbuka’. Seperti ada kenikmatan tersendiri yang dirasakan dan disitu lapar muncul...he..he…

Apa keuntungan yang anda rasakan dari menulis?
Keuntungannya sangat banyak. Di antaranya bisa menambah angka kredit bagi pegawai yangf menduduki jabatan fungsional seperti saya sebagai pustakawan. 

Nah, ujung-ujungnya mengarah ke hasil finansial juga walau tak langsung seperti kenaikan pangkat, dll.

Bagaimana cara Anda memelihara gairah menulis?
Di antaranya menjaga gairah membaca. Bagi saya membaca itu modal utama untuk menambah ‘amunisi’ untuk menulis. 

Semakin banyak saya baca, maka semakin banyak yang ingin saya tulis.

Hanya saja waktu menulis yang terbatas, namun kita harus tetap membaca untuk menjaga ketersediaan informasi (amunisi) kita.

Apa saran Anda untuk penulis pemula
Saran saya mulailah dengan banyak membaca sesuai bidang/ topik ketertarikan kita. Kemudian mulailah menulis. 

Jangan takut salah atau kapok menulis. Karena dari kesalahan itulah, kita terus banyak belajar. Ingat pengalaman adalah guru yang berharga.

Apa saran Anda agar gairah menulis masyarakat meningkat
Saran saya hanya dua. Pertama masyarakat harus gemar membaca. Maka perpustakaan umum harus berperan. 

Kedua, harus ada lembaga penerbitan khusus (selain penerbit, entah itu IKAPI, asosiasi, dll), tetapi lembaga ini harus didukung pemerintah untuk membantu masyarakat menerbitkan karya tulisnya.

Jika keduanya berhasil dibentuk, maka iklim budaya baca dan menulis di Sulawesi Selatan, insya Allah terwujud. Karena sebenarnya kedua elemen ini saling berkaitan/mendukung.

Kalau masyarakatnya gemar membaca pasti, daya beli buku tinggi. 

Nah dengan daya beli buku tinggi, maka masyarakat pun secara tidak langsung bergairah dan ramai-ramai menulis karena profesi menulis menjanjikan secara finansial.

Bagi saya, menulis adalah puncak keterampilan berbahasa setelah keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. 

Sehingga jika orang sudah bisa menulis, maka sempurnalah keterampilan berbahasanya.

Smart quotes
Tidak ada manusia yang sempurna tetapi jadikan hidupmu lebih bermakna dengan menulis. (*)


Data Diri
Nama lengkap: Tulus Wulan Juni SSos
Lahir: Sidomukti, 2 Juni 1979
Agama : Islam
Profesi: Pustakawan Madya di Dinas Perpustakaan Kota Makassar

Orangtua:
-         Ayah: Abdul Lasiman
-         Ibu: Arinengsih
-         Istri: Patu Susanti Tangdilintin, S.Sos
-        
         * Anak:
1. Muh. Artha Tiranda Putra Tulus
2. Muh. Zaim Nugraha Tulus

* Buku Pedoman dan Buku yang diterbitkan
1. Penyusun Buku Pedoman Peningkatan Kegemaran membaca Bagi Ibu Relawan Baca di Kota Makassar Tahun 2015
2. Penyusun Buku Panduan Pelatihan Ibu Relawan Baca se-Kota Makassar Tahun 2015.
3. Penyusun Buku Panduan Lomba Kreatifitas Anak se-Kota Makassar Tahun 2015.
4. Penyusun Buku Pedoman Lomba Mendongeng untuk Guru TK dan Umum se-Kota Makassar Tahun 2015
5. Penyusun Buku Pedoman Lomba Bercerita “Story Telling” tingkat SD/MI se-Kota Makassar Tahun 2015
6. Penyusun Buku Pedoman Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Kota Makassar Tahun 2015
7. Penyusun Buku Pedoman Lomba Resensi Buku tingkat SMP/ MTs se-Kota Makassar Tahun 2015
8. Penyusun Buku Kerja dan Pedoman Pelatihan Ibu Relawan Baca Kota Makassar Tahun 2016
9. Kumpulan Tulisan Pentingnya Membaca dan Peran Perpustakaan: Bangkit dengan Membaca, diterbitkan tanggal 17 Agustus 2016 oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Provinsi Sulawesi Selatan.

* Penghargaan
- 2005: Pegawai Teladan Terbaik Tingkat Kota Makassar
- 2006: Juara II Pustakawan Teladan Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

- 2013: Juara I Pustakawan Berprestasi Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulsel

Komentar