Terinspirasi dari Novel Heart

Ainun Jariah



SEHARI-hari ia sibuk mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Anassappu, setingkat SD yang berlokasi di Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. 

Di sela-sela rutinitasnya itu, Ainun Jariah tetap aktif menulis esai, cerpen dan puisi.

Berbagai karyanya dalam bentuk puisi, cerpen dan opini pernah dipublikasikan di beberapa media lokal di Kota Makassar seperti Tribun TimurFajar dan GoCakrawala.

Kumpulan tulisannya juga telah berwujud beberapa buku yakni buku Senandung Rindu (2015), Rindu di Tepi Senja (2016), Aku Perempuan (2017) dan Kisah Kita Terbatas (2017).

Ada juga beberapa buku antologi yang dibuat Ainun bersama rekannya yakni buku puisi Kata-Kata yang Tak Menua (2017), Sajak-sajak Anak Negeri (2015), Selaksa di Tepi Nestapa (2015), Pancasila (2016) dan Kebangkitan (2015).  

Walau sibuk dengan urusan mengajar dan menulis, Ainun tak pelit berbagi ilmu dengan siswa sekolah lain. 

Penggiat Literasi di Kabupaten Gowa ini juga menyisihkan waktu membina Rakit atau Rumah Belajar Kita di Gowa.

Bersama rekannya di Komunitas Penulis Kreatif dan Inspiratif (Komperatif), Ainun juga rutin roadshow ke beberapa sekolah di daerah yang kini dipimpin Bupati Adnan Purichta Yasin Limpo

Misinya membentuk generasi literasi untuk Sulawesi Selatan berkarakter.

Penasaran ingin mengetahui rahasianya menjadi penulis, saya mewawancarai pada pekan pertama Januari 2018. Berikut ini rahasianya:

Mohon diceritakan awal mula Ainun menyenangi dunia tulis menulis?
Sejak SMA. Saat itu saya pergi liburan ke rumah ibu dan kebetulan melihat laptop menganggur. 

Dari situlah saya berinisiatif untuk membuat cerita teenlit.

Alhasil dalam kurun waktu tiga hari, saya berhasil mengetik  hingga 40 lembar lebih hingga menjadi sebuah novel. 

Tapi sayang, saya kehilangan filenya saat kembali ke rumah nenek sebab leptop ibu rusak. Saya hanya punya beberapa bab yang sempat saya print waktu itu.

Apa yang melandasi atau motivasi Anda menulis saat itu?
Berawal dari kegemaran saya membaca novel dan cerita pendek. Sejak masih SD saya sudah baca banyak cerita anak (dongeng). 

Buku-buku yang  membekas dalam ingatan saya sampai saat ini adalah buku 25 Nabi dan Rasul, buku Walisongo, novel Heart dan novel Pendekar Naga Putih serta sebuah buku dongeng hadiah dari susu Dancow.

Tapi yang paling membekas adalah novel Heart. Novel ini berhasil membuat saya menangis dan membacanya dalam sehari. 

Jadi kalau ditanya mengenai apa motivasi saat saya menulis adalah motivasi dari dalam diri sendiri yang ingin membuat cerita yang enak dibaca.


Bisa dijelaskan sedikit tentang novel Heart yang membuat Ainun sampai menangis membacanya?
Novel ini ditulis Ninit Yunita. Diterbitkan Gagas Media, April 2006. Tebalnya, 168 halaman. 

Novel ini menceritakan seseorang perempuan bernama Rachel yang sangat mencintai seorang laki-laki bernama Farel. Keduanya bersahabat sejak kecil. 

Namun Farel mencintai perempuan lain. Namanya Luna.

Farel dan Luna kemudian menikah. Suatu ketika, Luna sakit dan hanya bisa disembuhkan jika ada orang yang mendonorkan hatinya.

Rachel yang mengetahui hal itu, merelakan hatinya didonorkan ke Luna. Namun hal itu dirahasiakannya.

Hal ini terungkap setelah delapan tahun Rachel meninggal. Lewat surat, Farel baru mengetahui bahwa hati yang didonorkan ke Luna adalah hati Rachel yang ternyata mencintainya pula. B

ukan cinta seorang sahabat. Tapi cinta seorang perempuan terhadap laki-laki.

Dengan hati yang ia donorkan pada Luna, itu berarti dia akan selalu ada didekatnya. Dengan cara itu pula Rachel ingin mengatakan satu hal kalau dia sangat mencintai Farel.

Siapa penulis idola Anda
Habiburrahman El Shirazy Lc. Akrab disapa Kang Abik. Dia novelis, sutradara, dai, penyair, sastrawan dan pimpinan pesantren. Karya-karyanya sangat diminati dan selalu best seller

Novel karyanya antara lain Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 dan banyak lagi lainnya.

Yang saya suka dari karya-karya Kang Abik karena sangat menginspirasi. Dia mampu menyajikan ayat-ayat dalam Al-qur'an lalu membuatnya menjadi sebuah cerita yang menarik.


Siapa orang yang Ainun anggap berjasa membantu Anda menjadi penulis?
Guru SMA saya yang selalu mengapresiasi karya puisi dan drama saya. Ada juga sahabat pena saya yaitu M Galang Pratama. 

Merekalah yang kerap memotivasi saya rutin menulis.

Bagaimana ceritanya Anda akhirnya bisa menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi dan novel?
Saat saya kuliah saya dipertemukan dengan orang yang mempunyai hobi menulis yang sama dengan saya.  

Dari kesamaan hobi itu kami sepakat untuk membuat buku dan mengumpulkan tulisan-tulisan kami yang selama ini hanya ‘menginap’ di leptop.

Kami pun mulai aktif mengikuti berbagai even kepenulisan yang diadakan oleh penerbit.  Alhamdulillah selalu lolos.

Ini memberikan motivasi tersendiri bagi kami. Selain support dan dorongan dari orang-orang terdekat.

Dari sini kami sepakat untuk membuat buku bersama. 

Beberapa bulan kemudian lahirlah buku pertama kami yang berjudul Senandung Rindu (2015). Yang kemudian diikuti oleh buku-buku selanjutnya.


Apa yang biasa kita lakukan sebelum menulis?
Sebelum nulis saya biasa baca buku dulu, nonton film atau baca berita terkini untuk mencari data sehingga memudahkan saya menggarap ide yang ingin saya kembangkan.

Bagaimana cara Anda mengatur waktu menulis dan bekerja serta urusan organisasi?
Kalau soal waktu menulis saya selalu meluangkan waktu untuk menulis. Kapan pun dan di mana pun. 

Bagi saya menulis adalah tempat saya untuk refreshing. Dengan menulis saya bisa meluahkan segala beban di kepala saya

Terlebih sejak kuliah saya sudah dituntut untuk pintar-pintar membagi waktu antara organisasi dan akademik. Sebab berada di jurusan Pedidikan Biologi yang super duper sibuk dengan laporan.

Jadi kalau saya sedang lelah atau capek menulis laporan, saya akan beralih ke laptop dan menulis cerpen atau puisi. 

Intinya mengembarakan pikiran saya ke dunia imajinasi agar stresnya jadi hilang.

Adakah waktu yang menurut Ainun sangat baik untuk menulis?
Kalau soal waktu menulis kapan saja.  Sore, malam atau subuh. Siang jarang sih, kecuali lagi hujan. Heee. 

Kalau ingin menulis yang berat-berat kayak esai atau opini untuk media massa, saya sering menulis saat bangun subuh sekitar pukul tiga dini hari.
Di mana tempat favorit Ainun jika ingin menulis?
Di tempat tidur atau taman. Saya kalau nulis selalu santai.  Pikiran saya akan terbuka kalau berada di tempat dan keadaan seperti itu. 

Kebetulan tempat asrama saya waktu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, kamar saya berhadapan langsung dengan sawah.

Jadi kalau mau nulis tinggal buka jendela. Saya jarang nulis di kafe. Soalnya kalau di kafe selalu salfok.

Saat menulis di kamar atau di taman, Anda biasanya suka minum teh atau kopi atau jus sebagai ‘teman’ saat menulis?
Saat saya menulis saya paling suka minum teh. Kalau kopi sih saya suka aromannya. Tapi saya tidak minum kopi.

Dari mana biasanya Ainun menemukan ide tulisan?
Dari kejadian yang ada di masyarakat. Kadang juga dari bacaan. Biasa juga dari film.

Kapan tulisan Anda pertama kali diterbitkan di surat kabar?
Pertama kali terbit tahun 2015 lalu. Diterbitkan di Harian Fajar edisi Minggu, 22 November 2015 pada rubrik budaya. 

Waktu itu, tulisan saya yang dimuat berbentuk puisi. Judulnya, Perih Atma, Retak dan Rindu yang Tak Dirindukan.

Bagaimana perasaan Anda saat kali pertama puisi Anda dimuat di koran?
Wah perasaanya senang banget. Saya sampai lompat-lompat di kamar. Tidak nyangka bisa lolos dan tidak perlu menunggu waktu yang lama.

Apa reaksi teman, keluarga atau kenalan saat tahu tulisan Anda muncul kali pertama di koran?
Mereka ikut bahagia dan mengapresiasi karya saya. 

Banyak yang ngucapin selamat dan membagikannya di sosmed. Terutama keluarga saya.


Total tulisan Anda yang pernah dimuat di koran?
Ada 31 tulisan. Terdiri 12 cerpen, 12 puisi dan lima berbentuk opini.
Kapan pertama kali terbitkan buku?
Pertama kali tahun 2015. Saat itu masih menerbitkan secara indie. Belum dikirim ke mayor.

Habis biaya berapa?
Sekitar Rp 500 ribu untuk yang pertama kali terbit. Waktu itu diterbitkan penerbit Kaifa Publishing.

Bagaimana suka dukanya menerbitkan buku?
Suka dukannya mulai dari proses editing, layout dan buat cover itu kami sendiri yang buat. Ini untuk meminimalisir biaya penerbitan. 

Sukanya yaitu banyak teman yang mengapresiasi tulisan saya dan ada pula yang mengkritik untuk memberi masukan saat bedah buku.

Bagaimana cara Anda memelihara gairah menulis?
Berteman dengan penulis-penulis hebat dan membaca biografi mereka.

Apa saja keuntungan dari seorang penulis
Keuntungan finansial biasa dari honor nulis. Kalau nonfinansial teman saya tambah banyak sehingga ilmu bisa bertambah saat diskusi dengan mereka. 

Bagi saya, menulis juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. 

Tak bisa dipungkiri bahwa untuk bertemu pemerintah dan menyampaikan aspirasi sangatlah rumit.

Dikarenakan jadwal dan kesibukan mereka yang begitu padat. Salah satu cara yang juga sering dilakukan oleh mahasiswa saat menyampaikan aspirasi mereka ialah melalui demonstrasi di jalan.

Mungkin saat ini ada baiknya jika kita mengubah kebiasaan tersebut. 

Akan lebih elegan dan lebih menyentuh jika aspirasi itu dilakukan dengan cara menuliskan apa yang ingin kita sampaikan kepada pemerintah melalui opini yang dikirim ke media. 

Sebab media telah memberikan rubrik opini yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.


Apa saran Anda untuk penulis pemula?
Sarannya sih untuk siapa saja yang ingin menulis silakan nulis. Jangan malu dan takut dikritik. Sering kali yang jadi masalah bagi pemula adalah mereka tidak pede dengan tulisan mereka.

Mereka takut dikatakan tulisannya jelek. Kalau aku sih biarin aja mereka mengkritik tulisan kita

Toh itu adalah pembangun untuk tulisan-tulisan kita selanjutnya. Menulis saja terus.

Sekali lagi jangan takut tulisannya jelek. Sebab lambat laun tulisan kita akan jadi lebih baik dari sebelumnya jika kita terus latihan dan latihan. 

Jangan lupa, kuncinya dengan banyak-banyak baca.

Apa saran Anda agar gairah menulis anak muda zaman now meningkat?
Saran untuk waktu dekat ini mungkin perlu dilakukan sosialisasi tentang manfaat menulis ke pelajar atau anak-anak muda di desa-desa maupun di sekolah-sekolah. 

Dimulai dari diri kita masing-masing sebagai pegiat sastra.

Contoh kecil seperti yang telah dilakukan kami lakukan di Komunitas Penulis Kreatif dan Inspiratif (Komperatif). 

Komunitas ini rutin melakukan roadshow di beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Roadshow ini mengusung tema Mencetak Generasi Literasi untuk Sulawesi Selatan Berkarakter. 

Harapan terbesar saya kegiatan ini bisa diikuti oleh teman-teman pegiat literasi yang juga ada di Sulawesi.

Selain itu perlu juga diadakan rumah belajar atau kampung literasi seperti Rumah Hijau Denassa yang ada di Bontonompo, Kabupaten Gowa. 

Bisa juga dicontoh Rumah Koran yang ada di Kanreapia. Kehadiran tempat-tempat yang diinisiasi warga secara swadaya ini sangat bermanfaat dalam mendorong masyarakat melek literasi.

Para penggiat literasi yang berdomisili di daerah ini harus aktif melakukan gebrakan program yang terstruktur di dalam masyarakat. 

Selain itu, hadirnya komunitas-komunitas literasi atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM) bisa ikut membantu menyukseskan penyebaran virus literasi ini ke semua lini masyarakat. Dari tingkat strata paling rendah hingga ke strata sosial tertinggi.

Smart quotes
Ilmu adalah laksana hewan buruan, maka ikatlah ia dengan menulis (Ali bin Abi Thalib). (*)

= = =
Data Diri

- Nama lengkap: Ainun Jariah
- Nama pena  : Jariah's
- Lahir: Makassar, 13 Maret 1995
- Pekerjaan : Guru

Riwayat pendidikan:
- SD Inpres 227 Romanga, Kabupaten Jeneponto
- Madrasah Tsanawiyah Binamu, Kabupaten Jeneponto
- MAN Binamu, Kabupaten Jeneponto

Orangtua:
- Ibu: St Nursiah
- Ayah: Muh. Sudirman
- Organisasi
- Anggota Forum Lingkar Pena Ranting UIN Alauddin Makassar
- Sekretaris IGSHA (Istiqamah to Give Shadaqah)
- Penggagas di RAKIT (Rumah Belajar Kita) di Gowa
- Pembina Komperatif di SMA 14 Gowa
- Pengurus Dewan Mahasiswa Fakultas Tarbiah dan Keguruan UIN(2015-2016)
- Pengurus MPH (Mahasiswa Pecinta Herbal) UIN

Daftar karya yang pernah dipublikasikan
Antologi bersama:
1. Antologi puisi Kata-Kata yang Tak Menua (2017)
2. Sajak-sajak Anak Negeri (2015)
3. Selaksa di Tepi Nestapa (2015)
4. Pancasila (2016)
5. Kebangkitan (2015)

Karya sendiri
1. Senandung Rindu (2015)
2. Rindu di Tepi Senja (2016)
3. Aku Perempuan (2017)
4. Kisah Kita Terbatas (2017)

Komentar