HUT Ke-14 Tribun Timur


JUMAT 9 Februari 2018, Tribun Timur tepat berusia 14 tahun. 

Merayakan hari spesial itu, Tribun Timur edisi print terbit 80 halaman. Hal ini untuk mengakomodasi banyaknya iklan dari para relasi. 

Normalnya, kami biasa terbit 32 halaman untuk edisi Senin dan Jumat. Selain kedua hari itu, Tribun Timur terbit 24 halaman.

Sebelumnya kami pernah terbit 40 halaman setiap hari, Senin hingga Jumat.  Sedangkan edisi Sabtu dan Minggu, Tribun Timur terbit 32 halaman. 

Sejak pagi hingga larut malam, para tamu silih berganti datang menyampaikan ucapan selamat. 

Mulai dari perwakilan komunitas, kampus, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, DPRD hingga perwakilan Kodam XIV Hasanuddin.


Hadir pula perwakilan beberapa BUMN, bank, Polda Sulsel,  rumah sakit, hotel, ketua-ketua parpol, anggota dewan, akademisi, hingga para calon kepala daerah dan beberapa perwakilan lainnya.

Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Ketua DPRD Sulsel Moh Roem beserta rombongan juga menyempatkan hadir saat malam sudah sangat larut. 

Sebagian lainnya memilih mengirimkan karangan bunga ucapan yang dipajang berjejer di halaman gedung Tribun Timur. 

Kedatangan para tamu dan kiriman karangan bunga tersebut adalah kebahagiaan bagi kami. 

Sebab bad  kami,  itu menunjukkan bahwa Tribun Timur masih diakui keberadaannya sekaligus mampu menjadi media yang bermanfaat bagi semua golongan.



Syukur
Saya merasa sangat bersyukur karena pada usianya yang ke-14, media ini telah mencapai sejumlah prestasi dan hal-hal baik. 

Pertama, media ini masih mampu bertahan hingga hari ini sejak terbit perdana sejak 9 Februari 2004 lalu. 

Padahal beberapa koran harian sempat terbit di Kota Makassar, namun kini tak lagi muncul. 

Kedua, koran ini mampu meraup untung yang menggembirakan. Masih sehat secara bisnis. Gaji terendah di media ini pun tak kurang dari upah minimum provinsi (UMP).  

Selama ini seluruh karyawan di Tribun Timur tak pernah telat menerima gaji. Sekali pun telat sehari. Sejak terbit perdana hingga hari ini. 

Bahkan jika tanggal 25 bertepatan 'tanggal merah' atau hari libur, maka gaji kami sudah masuk di rekening sehari atau dua hari sebelumnya.


Ketiga, media ini sejak beberapa tahun terakhir selalu berada di posisi pertama sebagai surat kabar terbanyak pembacanya di Kota Makassar versi Nielsen Research Media. 

Padahal, di Kota Makassar ada beberapa koran harian yang lebih dulu terbit daripada Tribun Timur

Hasil survei Nielsen akhir 2017, jumlah pembaca Tribun Timur edisi print masih lebih 200 ribu orang per hari. 

Sedangkan koran yang berada di urutan kedua jumlah pembacanya di Kota Makassar, kini dibaca tak lebih 100 ribu per hari. 

Bahkan Tribun Timur masuk daftar koran dengan jumlah pembaca terbanyak keempat di Indonesia versi Nielsen kuartal terakhir 2017. 

Koran Jawa Pos,  Kompas,  Kedaulatan Rakyat secara berurut berada di urutan pertama, kedua dan ketiga. 

Keempat, Tribun Timur tak hanya bisa dibaca dalam wujud print, tapi juga hadir dalam rupa epaper yang bisa diakses secara online.

Kelima, Tribun Timur juga telah hadir dalam wujudnya yang realtime yakni www.tribun-timur.com sejak 2006 lalu. 

Keenam, pengunjung portal tribun-timur.com kini mencapai angka sejuta visitor per hari sejak Januari 2018 hingga kemarin.


Ini artinya produk jurnalistik gaya Tribun mendapat tempat di hati pembaca. Ini hal sangat kami syukuri. 

Dibanding dengan portal Tribun lain yang berinduk tribunnews.com, jumlah visitor tribun-timur.com per hari adalah yang tertinggi.  

Ketujuh, media ini memiliki gedung/kantor sekaligus percetakan sendiri. Statusnya tak lagi menumpang atau kontrak. 

Kami hanya sempat beberapa bulan numpang berkantor di gedung milik perusahaan lain saat tahun pertama koran ini terbit.

Saat awal terbit,  Tribun Timur juga menumpang cetak di percetakan lain. 

Kedelapan, para karyawan di media ini pun mendapat hak-haknya secara profesional sesuai regulasi pemerintah. 

Semisal tunjangan hari tua, terdaftar anggota BPJS kesehatan, cuti melahirkan, cuti nikah, cuti ibadah, hak libur sehari sepekan, cuti 12 hari setahun, serta beberapa hak lainnya.


Kesembilan, jurnalis dan para karyawan di media ini secara bergilir mendapat pembekalan berupa pendidikan dan pelatihan berjenjang.

Kesepuluh, suasana kerja di media ini sangat manusiawi. Hubungan atasan dan bawahan sangat cair. 

Setiap karyawan merasa merdeka dalam urusan pilihan politik. Tak ada pemaksaan maupun 'pengarahan khusus' dalam menentukan siapa kandidat kepala daerah di pilkada atau calon presiden pada pilpres.

Kemerdekaan pilihan politik tersebut bukan berarti karyawan bebas bergabung di satu partai politik (parpol)

Justru sebaliknya dilarang keras bergabung dalam salah satu parpol. Jika ingin aktif di parpol, karyawan dengan status 'tetap' wajib mundur dari Tribun Timur. 



Aturan ini bertujuan agar karyawan Tribun Timur, lebih khusus awak redaksinya, bisa merawat sikap independen atau menjaga jarak dengan semua parpol.

Tentu capaian dan suasana kerja tersebut layak kami syukuri. Kami sadar, apa yang dicapai Tribun Timur saat ini karena banyak faktor.

Di antaranya karena kerja sama yang baik para karyawan semua bagian di Tribun Timur, mulai bagian bisnis, redaksi, percetakan, umum, sirkulasi dan promosi. Termasuk mereka yang pernah 'mengabdi' di media ini.

Juga karena kontribusi para pembaca dan relasi Tribun Timur sejak terbit perdana hingga saat ini.



2003
Jika hari ini Tribun Timur genap 14 tahun, itu artinya saya dan beberapa rekan lainnya sudah 14 tahun lima bulan bergabung di media ini.

Sebab sebelum Tribun terbit perdana 9 Februari 2004, kami yang bergabung angkatan pertama dilatih jurnalistik ala Tribun selama lima bulan

Awalnya kami dilatih di Hotel Berlian milik Bosowa di Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar.

Kini hotel tersebut telah tiada. Bangunannya dibongkar. Di atas lahan bekas hotel itu kini berdiri Rumah Sakit Internasional Awal Bros.

Dari Hotel Berlian, kami berpindah tempat pelatihan di lantai dua Kantor PT Timor di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.

Kantor ini sekaligus showroom dan bengkel mobil mewah Mercedes Benz milik PT Bosowa.

Semasa pelatihan di showroom Mercedez 2003 - Foto Abbas Sandji

Di tempat inilah kami juga sempat berkantor hingga beberapa bulan setelah Tribun Timur terbit perdana.

Angkatan I
Reporter dan redaktur yang direkrut angkatan pertama berjumlah lebih 30 orang. Saya masuk rekrutmen kategori reporter.

Sebagian besar sudah tak lagi di Tribun Timur. Ada yang dimutasi di grup Tribun di daerah lain.

Ada yang sudah pensiun. Ada pula yang keluar dan memilih jalur nonjurnalis.

Para redaktur angkatan pertama di antaranya:
- Syarif Amir (kini Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar)
- Andi Asmadi (kini Pemimpin Redaksi Tribun Lampung)

- Abdul Haerah (kini Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim)
- Muannas (kini Direktur Operasional Celebes TV)

- Zaenal Dalle (kini anggota DPRD Kabupaten Maros)
- Tasman Banto (pensiun - kini mengelola surat kabar di Palu, Sulawesi Tengah)

- Misbahuddin Hadjdjini (kini pengusaha properti)
- Aslan Abidin (kini dosen di Universitas Negeri Makassar)

- Bunyamin H Arsyad (kini pengusaha)
- Insan Jalil (masih di Tribun Timur)

- Yusuf Ahmad (kini menjadi fotografer lepas - Reuters)

Sedangkan para reporter angkatan pertama, sebagian besar sudah 'hijrah' di tempat lain. Sebagian kecil masih bertahan di Tribun Timur. 

Para reporter angkatan pertama yang sudah 'hijrah' di antaranya:
- Yusran Darmawan (kini dosen/peneliti di Institute Pertanian Bogor)
- Ishak Zaenal (kini wiraswasta)

- Muh Ibrahim Halim (kini ASN - Kasi Humas Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan)
- Mursalim (kini ASN di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan)

- Anny Rahimah (kini bermukim di Prancis)
- Widyabuana (kini bermukim di Amerika Serikat)

- Ismail Solle (kini mengelola media dotcom)
- Khairil (kini ASN di Pemkot Parepare)

- Andi Syahrir (kini ASN di Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara)
- Muhtar Muis (kini komisioner KPU Kabupaten Gowa

- Rusna Herawaty (kini bekerja di perusahaan properti)
- Hasanuddin Aco (kini di Tribunnes.com, Jakarta)

- Komang AS (kini Manager di Tribun Bali)
- Marini (kini di Bosowa Foundation)

- Ruslan (kini pengurus Partai Golkar Provinsi Sulawesi Barat)
- Andi Taufiq Nadsir (kini Kepala Humas DPRD Kota Makassar)

- Muh Taufik (kini dosen di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)
- Andi Tenri Sulung (kini wiraswasta)

- Ina Rahlina (kini bekerja di lembaga donor yang berkantor di Makassar)
- Suriana (kini guru - wiraswasta)

- Abbas Sandji (fotografer - kini fotografer lepas)
- Irwandi Djumadin (kini jurnalis di media lain di Kota Palopo)

Sedangkan reporter angkatan pertama yang masih bertahan di Tribun Timur yakni
- Nur Thamzil Thahir (kini wapimred II)

- AS Kambie (kini manager produksi)
- Muhammad Irham (kini redaktur)

- Imam Wahyudi (kini redaktur
- Ridwan Putra (kini redaktur)

- Ina Maharani (kini redaktur)
- Ocha Alim (kini redaktur foto)
- Saya (kini manager liputan)

Pengajar
Pada diklat angkatan pertama, melibatkan beberapa pengajar dari internal dan eksternal Tribun.

Mereka yang pernah memberi materi jurnalistik saat kami masih diklat yakni:

1. Uki M Kurdi
Pemimpin Redaksi Tribun Timur pertama ini juga sekaligus Pemred Tribun Kaltim pertama. Kini sudah pensiun.

Dia memperkenalkan kami tentang berita multiangle khas Tribun Timur.

Dia juga banyak memberi kami pemahaman tentang berita yang marketable, cara menulis berita olahraga dan lifestyle. 

2. Dahlan Dahi 
Saat kami dilatih hingga Tribun Timur terbit perdana, dia menjabat sebagai Redaktur Pelaksana.

Kini Pemimpin Redaksi Tribun Timur sekaligus Chief Editor Tribunnews.com dan grid.id yang berkantor pusat di Jakarta.

Dia banyak menekankan pentingnya menaati 'rakaat-rakaat' dalam penulisan berita. 

Dia sangat teliti dan cepat menemukan kesalahan kami dalam membuat berita.

Dia juga mengajari kami cara membuat judul yang memikat dan rutin memeriksa catatan harian yang wajib kami buat dan setor setiap hari. 

3. Valens Doy 
Kini almarhum. Dia adalah mantan jurnalis senior Kompas sekaligus mantan Pemimpin Redaksi Harian Surya di Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Pria asal NTT ini banyak memberi kami pemahaman tentang klasifikasi pembaca berdasarkan kelompok usia dan pendapatan ekonomi.

Berdasarkan klasifikasi itu, Tribun Timur diarahkan menyasar pembaca kelas menengah.

Katanya, dengan mengetahui kelas sasaran pembaca, kita bisa menentukan pilihan berita yang sesuai target. 

4. Sjamsul Kahar
Dia jurnalis senior Kompas. Saat ini masih menjabat Pemimpin Umum koran Serambi Indonesia di Aceh.

Lelaki berbadan tambun ini mengajari kami tentang Mars Tribun dan filosofinya. Mars ini wajib kami nyanyikan sebelum memulai pelatihan dan sesudah pelatihan.

5. Achmad Subechi
Dia mantan Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim dan mantan Pemimpin Redaksi Kompas.com.

Dia mengajari kami tentang bagaimana melakukan reportase dan trik meliput dan menulis berita kriminal dan investigasi.

6. Herman Darmo 
Dia pemimpin tertinggi PT Persda, grup koran daerah milik Kompas Gramedia. Dia juga jurnalis senior koran Kompas.

Ia menanamkan kepada visi dan misi Tribun Network. Juga tentang hal-hal yang menjadi police redaksi.

Dia juga memotivasi kami untuk membuat berita yang tampil beda. Beda dengan konsep koran-koran harian yang ada di Makassar maupun daerah lainnya di Indonesia.

7. Ahmad Tola
Dia pakar bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Makassar. 

Sesuai kepakarannya, ia banyak mengajari kami bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD.

8. Pepih Nugraha 
Saat kami dilatihnya, dia masih menjabat Kabiro Kompas Wilayah Makassar dan Indonesia Timur. Kini pendiri Selasar.com

Pendiri kompasiana.com ini banyak menekankan agar jurnalis juga berperan sebagai dokumentator yang baik. Menggunakan data dalam berita.

9. Andi Suruji 
Saat kami dilatih, dia dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana koran Kompas.

Kini Pemimpin Umum Tribun Timur sekaligus pemimpin Bosowa Media Utama yang membawahi beberapa media milik Bosowa. 

Dia mengajari kam tips menulis berita ekonomi.

Kepada mereka yang pernah melatih, sungguh kami berasa berutang ilmu.

Edisi perdana
Saya masih ingat ketika detik-detik Tribun Timur edisi perdana akan terbit. Malam itu, 8 Februari 2004.

Bertempat di lantai 2 showroom Mercedes. Koran Tribun Timur yang masih dalam wujud kalkir sudah selesai dibuat.

Pak Aksa Mahmud (pendiri Bosowa) dan Pak Syarifuddin Husain yang lebih akrab disapa Pak Ochin (Pemimpin Umum Tribun Timur pertama) bergabung dengan kami.


Keduanya ikut memanjatkan doa meminta ridha dan berkah-Nya atas penerbitan perdana Tribun.

Malam itu, kami tak cepat pulang. Sengaja kami begadang menanti wujud koran Tribun edisi perdana. 

Saat itu, koran Tribun Timur masih numpang cetak di percetakan PT Pedoman yang juga mencetak surat kabar Pedoman Rakyat dan koran Kompas untuk wilayah Sulawesi. 

Tribun numpang cetak di Pedoman berlangsung hingga beberapa bulan. Tapi tak sampai setahun. 

Jelang akhir 2004, akhirnya Tribun Timur memiliki percetakan dan kantor sendiri di Jalan Cenderawasih No 430 Kota Makassar.

Cenderawasih 430, 10 Februari 2018







Komentar