Tanete dan Warung Kopi


WARUNG kopi (warkop) atau kafe rupanya kini banyak berdiri di Tanete. Jumlahnya lebih 20-an. Dari warkop tradisional sederhana hingga kafe modern dengan desain yang keren. 

Terbanyak di sekitar Pasar Rakyat Tanete yang berada di Jalan Poros Bulukumba-Sinjai.

Tak sedikit kafe di sini layak menjadi tempat hunting foto untuk mengisi dan mempercantik feed akun media sosial kita (foto instagramable)

Fasilitas dan menunya pun mengikuti selera anak muda jaman now: tersedia beragam jenis minuman panas/dingin, aneka penganan ringan, wifi gratis, tivi layar datar untuk nonton hingga live music.

Umumnya buka sejak pagi hingga larut malam. Bahkan ada yang buka 24 jam.

Itulah saya lihat saat berkunjung ke Tanete, Jumat (29/6/2018) lalu.

Saya datang bersama istri dan orangtua kamiKedatangan kami kali ini untuk menghadiri prosesi akad nikah adik sepupu di Tanete. 


Tanete yang kami datangi ini adalah nama kelurahan sekaligus ibu kota Kecamatan Bulukumpa. 

Berjarak sekira 30 km dari Tanah Kongkong, ibu kota Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. 

Beberapa kafe itu di antaranya Warkop Pojok,Warkop Merdeka, Warkop Pannyingkulu, Warkop Alfath dan Warkop Q & R.

Juga ada S'Pas Cafe Coffee, Cendekia Cafe,  Cafe Terbit,  Cafe Corner dan beberapa lainnya.



Dari beberapa warkop/kafe itu, kami hanya sempat mampir di Panyingkul dan S'Pas Cafe. Kedua kafe ini berada di jalan poros Bulukumba-Sinjai. 

Sebelum memilih dua tempat ini untuk nongki, saya sempat searching kata kunci kafe di sekitar Tanete di google maps.

Ketua Jurnalis Peduli Sinjai Syamsul Bahri (Sambah) kemudian mengajak saya menyusuri kafe-kafe yang ada di sekitar Tanete

"Di sini banyak kafe kekinian dan selalu ramai," jelas Sambah yang juga jurnalis Tribun Timur ini.

Syamsul Bahri (baju merah) dan saya

Warkop Pannyingkulu

Kami mampir di warkop ini usai menunaikan salat Jumat di Masjid Besar Jabal Taqwa, Kelurahan Tanete.

Lokasinya strategis karena dekat Pasar Rakyat Tanete. Dinamakan Warkop Pannyingkulu karena letak kafe ini tepat di salah satu sudut belokan. 

Posisi tersebut dalam bahasa masyarakat Bugis-Makassar disebut pannyingkulu. 

Bangunan kafenya terdiri satu lantai. Tempatnya sederhana. Tapi nyaman. Kopi susunya enak. Pisang gorengnya mantap. 


Makanan dan minuman di sini beragam.  Harga murah. Kopi susunya misalnya hanya Rp 10 ribu segelas. Sedangkan pisang goreng biasa, hanya Rp 8.000 per porsi.

Pelayannya pun ramah dan cepat merespon pesanan kami. Jika ke Tanete, saya usahakan mampir lagi di sini. 

Setiap malam minggu, katanya, ada live music. Malam-malam lain bisa karaoke katanya di sini. 


Fasilitas lain yang dapat dinikmati setiap pengunjung adalah adanya wifi gratis. Jadi nongki di sini bisa sembari mengerjakan tugas kantor atau tugas sekolah/kuliah.

Selama Piala Dunia buka 24 jam. Sebelum Piala Dunia,  biasanya buka mulai pagi hingga pukul 01.00 dini hari. 

Nah jika sedang ke Tanete, cobalah mampir di sini. 




S'Pas Cafe Coffee

Kami nongki di sini saat jelang salat ashar. Sore itu, kafe berlantai dua ini baru saja dibuka. 

Tak ber-AC. Tapi tak terasa panas. Sebab ruangannya didesain terbuka sehingga angin leluasa masuk keluar. 

Lagi pula posisi geografis Tanete yang berada di perbukitan, membuat suhu di daerah ini memang terasa sejuk. 

Mungkin karena suhu sejuk itulah, menjadi pertimbangan kompeni Belanda membangun pesanggrahan di Tanete sebagai lokasi peristirahatan pada 1913 masehi. 


Makanan dan minuman di kafe ini beragam rupa. Harganya standar kebanyakan kafe/warkop di Tanete. 

Hanya saja, saat kami mampir di kafe ini, lumayan lama menunggu pesanan datang. 

Duduk di lantai dua S'Pas Cafe ini, pengunjung bisa leluasa melihat aktivitas jual beli di Pasar Tanete. 

Di lantai dua kafe ini, pengunjung juga bisa baring-baring untuk melepas ngantuk atau mengurangi keletihan. (jumadi mappanganro)

Komentar