Masih SMP, Sudah Jago Resensi Buku


MASIH duduk di bangku kelas delapan SMP. Sebagian lainnya masih kelas tujuh. Tapi umumnya mereka sudah bisa meresensi buku dengan baik.

Mereka sudah bisa menemukan pokok-pokok pikiran penulis yang dituangkan dalam buku.

Juga mampu menemukan kelebihan maupun kekurangan buku yang dibacanya.

Bahkan tak sedikit di antaranya mampu menghasilkan tulisan resensi hingga lebih 600 kata dengan nyaris tak ada kesalahan ejaan.

Padahal waktu yang diberikan untuk membaca satu buku lalu membuat resensinya hanya dua jam.

Bagi saya, itu hebat. Setidaknya jika membandingkan kemampuan saya saat masih duduk di bangku SMP kurun waktu 1992-1995.

Itulah kesan saya pada peserta Lomba Lomba Resensi Buku tingkat SMP/MTs yang digelar Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Kamis (13/9/2018) lalu.

Bertempat di Hotel Continent Centrepoint, Jalan Adhyaksa No 15, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Lomba ini diikuti 70 siswa dari 35 sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) se-Kota Makassar. Negeri dan swasta. Masing-masing sekolah mengutus dua pesertanya.

Pada lomba yang digelar sekali setahun ini, saya diberi amanah menjadi juri.

Ini kali ketiga saya diberi amanah menjadi juri Lomba Resensi yang digelar Dinas Perpustakaan Kota Makassar.

Makanya saya tahu hasil kerja para peserta lomba. Hehe....

Selain saya, lomba kali ini juga melibatkan dua juri lainnya: Adi Wijaya (penulis dan editor buku) dan Yuliana (tentor bahasa Indonesia di Lembaga Bimbingan Belajar Primagama Makassar).


Menumbuhkan Budaya Literasi dengan Cinta Membaca menjadi tema lomba ini. 

Setiap peserta diberi kesempatan meresensi satu dari dua judul buku yang disediakan panitia.

Buku pertama berjudul Narkoba Perpendek Umur Manusia - Catatan Keprihatinan dan Mawas Diri. Ditulis Andi Baso Tancung dkk.

Buku kedua berjudul,  Makassarku, Makassarmu,  Makassarta Semua. Karya Bahrul Ulum Ilham.

Masing-masing peserta diberi waktu total dua jam. Terdiri satu jam membaca dan satu jam meresensi satu judul buku.

Kali ini, peserta tak lagi menulis hasil resensinya di atas kertas. Melainkan ditulis menggunakan laptop yang dibawa masing-masing peserta.

Setelah membaca masing-masing hasil resensinya, kami memutuskan enam siswa terpilih sebagai peresensi terbaik. 

Hasilnya, pemenang lomba didominasi pelajar dari sekolah swasta. Keenam nama ini terpilih berdasarkan jumlah bobot penilaian yang diperolehnya.

Yang kami nilai: kelengkapan data, judul, kesesuaian resensi dengan isi buku dan ejaan bahasa Indonesia setiap resensi.

Agar tim juri bisa memberi penilaian secara profesional, setiap resensi yang dinilai tak tercantum nama peresensi dan asal sekolahnya.

Kami hanya diberi nomor kode setiap resensi yang dinilai.

Hasilnya kami memutuskan keenam siswa peresensi terbaik itu yakni:

- Juara I : Adzkiyah Mustamin dari SMP IT Al Insyirah

- Juara II: Mahadewi Arsy Asyahrah Putrizal dari SMP Islam Athirah II

- Juara III: Dini Alya Syakhirah dari SMP IT Wahdah Islamiyah

- Harapan I: Khanum Mayyada T dari SMP Unismuh Makassar

- Harapan II  : (011) Muh. Nabil Dhiyaulhaq - SMP Islam Athirah II

- Harapan III: Fatirah Handayani dari SMP Negeri 7 Makassar

Masing-masing peresensi terbaik mendapatkan hadiah berupa trophy, sertifikat, bingkisan dan voucher dari Bimbel Primagama.

Bagi yang juara I, II dan III mendapat tambahan bonus berupa uang tunai. Juara I senilai Rp 2 juta. Juara II Rp 1,5 juta dan juara III mendapat Rp 1 juta.

Usai pengumuman dan penyerahan hadiah kepada para pemenang, saya mendapat info bahwa ternyata juara kedua lomba resensi itu adalah putri Wakil Wali Kota Makassar Dr Syamsu Rizal MI.

“Ternyata menurutnya gurunya, Dewi tergolong suka baca. Dia bisa menuntaskan membaca 4 judul buku dalam sepekan,” tutur Humas Dinas Perpustakaan Kota Makassar Tulus Wulan Juni (39).

Menurut Tulus, lomba ini digelar dalam rangka meningkatkan kegemaran membaca di kalangan pelajar.

“Sekaligus dalam dalam rangka memeringati Bulan Gemar Membaca Tahun 2018,” jelasnya di sela-sela lomba.

Lomba ini juga bertujuan mengasah kemampuan pelajar membaca sekaligus memberi penilaian/apresiasi atas karya buku.

"Kegiatan ini juga bagian dari program pemerintah mewujudkan Makassar Gemar Membaca," jelas peraih Silver Price Consal Oustanding Librarian Award ke-16 pada 2015 di Bangkok, Thailand, ini.

Lomba dibuka Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar Andi Siswanta.

Sebagai juri lomba dan peminat buku, saya sangat mendukung lomba serupa juga rutin digelar, mulai tingkat sekolah, kabupaten/kota hingga provinsi. Aamin. (*)

13 September 2018

Komentar