JIKA Anda sedang di Bantaeng dan ingin minum sarabba rekomended, maka mampirlah di Kedai Ratulangi. Biasa juga disebut Kedai Sarabba Daeng Sido.
Letaknya di Jalan Ratulangi, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng, ibu kota Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Mudah ditemukan. Karena berada tepat di pinggir jalan.
Hanya berjarak sekira 350 meter dari Hotel Kirei. Hanya 4 menit jalan kaki. Kalau dari pusat kuliner Pantai Seruni, hanya 800 meter atau sekira 10 menit jalan kaki.
Tempatnya sangat sederhana. Bangunan satu lantai. Kira-kira luasnya bisa tampung 20-an pengunjung.
Dinding bagian dalam kedai ini juga minim hiasan kekinian. Hanya beberapa figura foto hitam putih para mantan presiden RI.
Kedai ini buka setiap hari. Mulai pukul 4 sore hingga pukul 00.30 dini hari.
Kedai ini rupanya telah hadir sejak 1972. Sejak awal jualan sarabba. Makanya dikenal sebagai kedai sarabba legenda di Butta Toa, julukan lain Bantaeng.
"Sejak berdiri sampai sekarang, tempatnya di sini terus. Tidak pernah pindah," tutur Daeng Sido saat ditemui di kedai sarabba miliknya, Rabu (4/3/2020) malam.
Harganya murah. Hanya Rp 7.000 per gelas untuk sarabba biasa. Sedangkan sarabba campur telur ayam kampung Rp 10 ribu segelas.
Sarabba campur susu juga Rp 10 ribu. Ukuran gelasnya lumayan besar. Segelas saja sudah memuaskan.
- Baca juga: Hobi Ketua PKK Bantaeng Sri Dewi Yanti yang Tak Biasa
- baca juga: Pantai Seruni, Tempat Joging dan Nongki Asyik Malam Hari di Bantaeng
Di kedai ini juga dijual kue tradisional khas Sulawesi Selatan seperti roti pawa, katrisala, kue bolu, dab kue mangkuk. Harganya murah. Hanya Rp 1.000 per biji.
Sayangnya, saat kami minum sarabba di kedai ini tak ada pisang goreng maupun ubi goreng. Padahal cemilan ini sangat enak menemani minum sarabba.
Perintis
Daeng Sido kini berusia 74 tahun. Kepalanya sudah hampir plontos. Rambut yang sisa sedikit menempel di kepalanya pun telah memutih.
Tapi malam itu, ia masih melayani para pengunjung yang datang di kedainya.
Tubuhnya kurus. Tinggi. Mengenakan kaos oblong dan sarung. Begitulah penampilannya saat melayani kami.
Malam itu, Daeng Sido sendiri melayani para pengunjung. Tak ada yang membantunya. Namun ia tetap terlihat enjoi.
Ayah tiga anak ini murah senyum. Juga masih bersemangat bercerita jika ditanya tentang sejarah kedainya.
Daeng Sido (74) |
Juga tak sungkan menceritakan resepnya membuat sarabba. Termasuk dari mana ia membeli bahan baku sarabba buatannya.
Kedai Sarabba Daeng Sido di Jalan Ratulangi, Kelurahan Letta, Kecamatan Bantaeng, kota Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Tak beda dengan sarabba lain, minuman khas Bugis Makassar buatan Daeng Sido ini juga dibuat dari campuran jahe, gula merah, santan kelapa, dan air.
Daeng Sido mengaku tak sulit memeroleh bahan baku sarabba buatannya. Semuanya mudah didapatkan di Bantaeng.
"Gula dan jahe, saya beli di Banyorang. Warga di sana sendiri yang buat," tutur ayah tiga anak ini.
Saya dan Manager Percetakan Tribun Timur Muzakkir |
Bayorang dimaksud adalah daerah ketinggian di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng. Kini tumbuh menjadi daerah sentra kopi.
Daeng Sido mengaku sehari bisa menghabiskan satu kilogram jahe untuk bikin sarabba.
"Sejak tahun 1972 sampai sekarang, sarabba saya tidak pernah pakai pemanis lain selain gula merah," tegasnya.
Katanya, kalau pakai pemanis selain gula merah, rasanya bakal beda. Ia khawatir pelanggannya akan pergi.
Karena komitmennya itulah, katanya, pembeli sarabbanya tak pernah sepi. Bahkan sering ada yang memesan sarabbanya untuk acara-acara resmi.
Daeng Sido juga mengaku belum berpikir mengembangkan kedainya dengan membuka cabang di tempat lain.
Juga belum ingin ikut-ikut jualan minuman kopi yang kini tumbuh subur di Bantaeng.
"Biarlah saya jualan sarabba. Itu tommi," katanya diiringi tawa kecil. Wah salut. (jumadi mappanganro)
Hotel Kirei, Bantaeng, 5 Maret 2020
Artikel ini lebih dulu diposting di tribun-timur.com dengan judul Minum Sarabba Rekomended di Bantaeng, di Kedai Ratulangi Tempatnya
Komentar
Posting Komentar