Kota Tua Semarang




KATA banyak orang, berkunjung ke Semarang, belum lengkap jika tak ke kota tua-nya.

Maka saat berkunjung ke ibu kota Provinsi Jawa Tengah, saya pun menyempatkan mampir di kota tua Semarang. Waktu itu, akhir September 2019 lalu.

Saya datang malam hari. Sebab pagi hingga pukul 8 malam, kami mesti mengikuti rapat kerja Tribun Network di Hotel Grand Candi, Jalan Sisingamangaraja, Kota Semarang.

Saya naik ojol dari lokasi raker ke kota tua Semarang. Malam itu, kawasan ini masih ramai. Padahal saya datang sudah lewat pukul 21.00

Sejenak saya mampir di sebuah taman. Namanya Taman Srigunting. Tepat di antara Gereja Blenduk dan Gedung Spiegel.


Saat itu, sejumlah remaja sedang latihan main drumband. Sejenak saya menonton aksi mereka.

Di dekat taman ini, berderet rapi belasan sepeda dan otoped. Bisa disewa pengunjung untuk menyusuri kota tua.

Sewa sepeda Rp 25 ribu per jam. Sedangkan otoped Rp 10 ribu per orang dengan lama pemakaian 15 menit.

Untuk menyewanya, bisa dua cara. Pertama menyewa melalui aplikasi gowes yang bisa diunduh di Play Store.

Lalu isi saldo minimal Rp 25.000. Scan barcode yang terdapat di sepeda atau otoped. Kunci sepeda dan otoped akan otomatis terbuka dan sepeda siap dijalankan.


Kedua, bisa dengan cara membayar tunai langsung kepada petugas jaga sepeda dan otoped.

Tapi malam itu saya memilih berjalan kaki menyusuri sudut-sudut kawasan kota lama.

Terlihat deretan bangunan-bangunan tua berarsitektur Eropa abad 17 yang masih berdiri kokoh.

Tahu kan ciri khasnya? Tinggi. Ukuran jendela dan pintunya besar-besar. Terbuat dari kayu tebal.

Gaya arsitekur inilah yang membuat Kota Tua Semarang kerap disebut miniatur Belanda masa lampau. Makanya selalu menarik dikunjungi.

Terlebih setelah kawasan kota lama ini direvitalisasi. Salah satu hasilnya, kehadiran lampu-lampu di berbagai sudut dan sepanjang jalan kawasan ini.

Jalan-jalan dan halaman kawasan ini juga telah dipasangi paving block. Sehingga walau malam, berkunjung ke kota tua tetap nyaman.

Berada di kawasan ini, mengingatkan kita tentang pusat perekonomian Semarang abad 17 saat masih dikuasai kolonial Belanda.



Beberapa bangunan berusia ratusan tahun itu kini berubah fungsi. Ada yang berubah menjadi kafe, bank, restoran, museum, kantor pos, dan lainnya.

Di antaranya Gedung Spiegel. Dibangun sejak 1895. Masih terawat. Dulunya gedung ini sebuah toko serba ada.

Lalu beralih fungsi menjadi gudang. Kini difungsikan sebagai restoran dan bar. Namanya Spiegel Bar & Bistro.

Satu-satunya bangunan yang masuk cagar budaya di Kota Tua Semarang yang sejak berdiri hingga saat ini tidak berubah fungsi adalah Gereja Blenduk.


Inilah salah satu gereja tertua di Indonesia. Berdiri sejak 1753.  Nama aslinya, Nederlandsch Indische Kerk.

Namun lebih dikenal dengan Gereja Blenduk. Disebut blenduk karena katanya bentuk kubahnya yang 'mlenduk seperti kubah masjid.

Sampai saat ini masih difungsikan sebagai rumah ibadah.

Berdasarkan beberapa literatur, bangunan tua berusia lebih 1 abad di kawasan kota lama Semarang berjumlah lebih 240 bangunan.

Hanya sekitar 50 bangunan vintage yang masih berdiri kokoh dengan ciri khas arsitektur Eropa abad 17. Kebanyakan bangunan tua itu pun milik swasta dan perorangan.


Waktu Berkunjung
Bayarkah masuk kota tua? Tidak. Kawasan ini bebas dimasuki siapa saja. Gratis.

Kawasan yang terletak sekira 9 km dari Bandara Internasional Achmad Yani ini terbuka 24 jam.

Tapi saran saya, berkunjung ke kota tua sebaiknya saat siang atau sore.

Sebab Anda punya banyak waktu untuk menyusuri sudut-sudut kawasan tersebut.

Apalagi bagi Anda yang suka hunting foto. Sedangkan jika datang malam, tak banyak waktu jalan-jalan.


Salah satu tempat yang sayang jika tak didatangi adalah Gedung Semarang Contemporary Art Gallery.

Sesuai namanya, di tempat ini pengunjung bisa melihat berbagai karya seni dipamerkan. Mulai seni lukis, seni patung, foto dan berbagai karya seni lainnya.

Tempatnya di Jalan Taman Srigunting No 5-6. Tempat ini merupakan sebuah bangunan tua yang telah mengalami pemugaran beberapa kali.

Biaya masuk tak mahal. Hanya Rp 10 ribu per orang.


Lelah jalan-jalan, Anda bisa beristirahat sembari menikmati Ikan Bakar Cianjur (IBC). Ini restoran terkenal yang berada dalam kawasan kota tua Semarang.

Hanya berjarak sekitar 50 meter dari Gereja Blenduk.

Kalau mau nongkrong menikmati kopi atau beragam jus sembari menikmati musik jazz, Anda bisa ke Spiegel Bar & Bistro.

Di tempat ini juga menyajikan berbagai macam snack, kopi, steak, pasta, dan hidangan ala Eropa lainnya.

Rasanya ingin mengulang lagi ke tempat ini jika diberi kesempatan berkunjung ke Semarang. (jumadi mappanganro)









Komentar