Cerita Sultan dan Bisnis Sarang Walet di Minahasa Selatan

Sultan, Ketua Komunitas Petani Walet Minsel


BISNIS sarang walet di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara, kini menggeliat. 
Potensi cuan dari bisnis ini dianggap menggiurkan. 

Wajar, harga sarang burung walet bisa capai belasan juta rupiah per kilogram. 

Sejumlah warga di Minsel pun nyambi beternak sarang walet. Tak kurang 100 rumah burung walet kini berdiri di daerah ini. 

Cerita ini saya tangkap saat bincang-bincang dengan Sultan, Ketua Komunitas Petani Walet MDC Minsel.

Wawancara kami lakukan di Kafe Amal, pesisir Pantai Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Waktu itu sore 14 Juni 2022. Sehari sebelum Amurang dilanda bencana abrasi yang mengakibatkan puluhan rumah amblas ke laut dan ratusan warga mengungsi. 

Kami ke kafe ini karena penasaran ingin merasakan saraba sarang walet. 

Kami diinfokan Bupati Minsel Franky Wongkar SH saat manajemen Tribun Manado silaturahmi di ruang kerjanya.  

Maka sepulang dari Kantor Bupati Minsel, kami mampir Kafe Amal. Diantar Manuel Mamoto, jurnalis Tribun Manado di Minsel.

Rupanya kafe ini belum sebulan diresmikan. Yang menarik dari kafe ini juga karena komitmen pengelolanya yang berjiwa sosial. 

Sebab katanya sekitar 40 persen keuntungan dari kafe ini akan rutin didonasikan untuk kegiatan sosial. 

Semisal membantu membangun rumah ibadah, membantu korban bencana, hingga beragam aktivitas sosial lainnya. Makanya tempat ini diberi nama Kafe Amal. 

Sore itu ternyata Ketua Komunitas Petani Walet Minsel Sultan juga ada di kafe. 

Tak ingin melewatkan kesempatan baik itu, saya ajaklah pria kelahiran Kalimantan Timur 12 Januari 1975 itu bincang-bincang. 

Saya fokus banyak tanya tentang potensi usaha sarang burung walet. 

Sarang burung walet adalah air liur dari burung walet yang telah memadat dan mengering sehingga membentuk sarang. 

Sedangkan rumah yang dijadikan tempat ternak burung walet bersarang biasanya dibuat tinggi. 

Tidak ada jendela besar. Yang ada hanyalah lubang-lubang sebesar pipa paralon yang berjajar.

Di dalam rumah tersebut, terdapat struktur yang dibuat sedimikian rupa sehingga walet membuat sarangnya.

Berikut bincang-bincang saya dengan Sultan: 

Sudah berapa lama Anda bisnis sarang walet?
Sudah lebih 10 tahun. Awalnya di Sulawesi Selatan. Lalu saya pindah ke Poso, Sulawesi Tengah. Kemudian ke Gorontalo. Terakhir saya dan keluarga menetap di Amurang sejak beberapa tahun terakhir. 

Kenapa pilih di Minahasa Selatan?
Saya melihat usaha sarang burung walet di daerah ini sangat baik. Daerah ini merupakan perlintasan burung walet. Sangat cocok untuk membangun rumah burung walet. 

Jadi kalau kita membuat rumah burung walet di sini, burung-burung walet akan datang membangun sarang. Selain itu, pemerintah daerah di Minsel sangat mendukung keberadaan petani walet. 

Sudah berapa banyak warga di Minsel berbisnis sarang burung walet?
Sudah banyak. Puluhan orang. Rerata setiap petani walet di Minsel punya 1 hingga 2 rumah walet. Kini tak kurang 100 rumah burung walet berdiri di Minsel. Para petani walet inilah yang menjadi pengurus dan anggota Komunitas Petani Walet MDC Minsel.

Pembentukan komunitas ini bertujuan saling membantu dan berbagi informasi sesama petani walet. Apa saja tentang walet. Kita ingin maju bersama. 

Bagaimana cara menjadi petani burung walet dan butuh modal berapa?
Mudah. Anda hanya butuh lahan dan bangun rumah untuk sarang burung walet. Soal pakan, tak perlu repot menyediakan. Burung walet itu mencari sendiri di alam.
Kebetulan saya biasa membantu teman-teman yang mau dibuatkan rumah sarang walet. Saya biasa bangun 5-6 rumah burung walet dalam tiga bulan. 

Kalau di Minsel, biaya bangun rumah burung walet mulai Rp 150 juta hingga Rp 250 juta. Itu bangunan 4 lantai ukuran 4 meter kali 12 meter. Biaya ini termasuk pendampingan dari kami.

Berapa lama sejak rumah sarang walet selesai dibangun hingga panen perdana?
Ada yang sembilan bulan, sudah panen perdana. Tapi ada juga yang hingga satu tahun, baru panen perdana. Selanjutnya rerata tiga kali setahun bisa panen. 

Sekali panen, bisa dapatkan berapa banyak sarang walet?
Biasanya panen perdana tak langsung banyak. Tak sampai 1 kilogram untuk satu rumah burung walet. Namun makin lama makin banyak.

Sultan


Berapa harga sarang burung walet saat ini di pasaran?
Sarang burung walet itu ada beberapa jenis. Di antaranya jenis mangkok, walet segitiga atau walet sudut dan patahan. Harganya bervariasi. Tergantung jenis dan ukurannya. Jenis sarang burung walet original alias mangkok ini paling mahal. 

Beda daerah juga kadang harganya beda. Kalau di Sulawesi Utara, harga normal sarang burung walet tembus Rp12 juta per kilogram untuk jenis mangkok. Tapi kadang turun hingga Rp10 juta per kilogram. 

Sedangkan jenis sudut harganya Rp 8 juta per kilogram. Untuk jenis patahan harganya di bawah Rp 7 juta per kilogram. 

Kenapa bisa mahal?
Banyak faktor. Di antaranya karena untuk menghasilkan sarang burung walet itu tidak mudah. Waktu panennya pun tidak cepat. Rerata tiga bulan sekali panen. 

Faktor lainnya karena sarang burung walet memang dicari banyak orang, dalam dan luar negeri. Alasannya sarang burung walet kaya nutrisi. Dipercaya dapat meningkatkan vitalitas, menjaga kesehatan. 

Sarang burung walet itu kan dari air liur burung walet. Terbuat dari protein yang juga tinggi kandungan kalsium, zat besi, kalium, dan magnesium.

Bahkan kini sejumlah kafe atau restoran menyediakan minuman yang diberi campuran dari sarang burung walet. Di Kafe Amal ini termasuk yang menyediakan saraba sarang walet. Harganya tentu lebih mahal dibanding saraba pada umumnya. 

Selama ini dijual ke mana sarang burung walet dari sini?
Kami biasa menjual ke pembeli di Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur. Kami belum ekspor. Belum ketemu pembeli di luar negeri. 

Setiap bulan rata-rata bisa dapat berapa kilogram sarang burung walet di daerah ini?
Selama ini rata-rata baru sekitar 100 kilogram yang kami kumpulkan. Tapi setelah dibersihkan hingga siap dijual, sisa sekitar 70-an kilogram. 

Harapan Anda? 
Kami berharap pemerintah dapat memasilitasi petani walet di daerah ini agar mendapatkan pembeli di luar negeri. Minimal bisa ekspor ke Singapura dan Jepang.

Sebab harga sarang burung walet di luar negeri mahal. Tentu ini bisa mendatangkan keuntungan lebih banyak bagi petani walet lokal daripada dijual ke pembeli dalam negeri. 

Hanya memang, untuk ekspor idealnya minimal terkumpul 200 kg sarang burung walet per bulan. Sementara kami masih sekitar 70 kilogram per bulan. (*)

Tulisan ini lebih awal diposting di tribunmanado.co.id. 

Halaman Kafe Amal, Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, 14 Juni 2022. Foto: Ronald Moha


Komentar