20 Tahun Tribun Timur



JUMAT hari ini, 9 Februari 2024, Tribun Timur genap berusia 20 tahun. Itu artinya, saya pun sudah 2 dasawarsa menjadi jurnalis di Tribun Network. 

Saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Tribun Timur, saya berada di Kota Manado, Sulawesi Utara. 

Saya hanya bisa menyaksikan kegembiraan teman-teman merayakannya dari foto-foto yang dikirim ke grup whatsApp maupun postingan mereka di Facebook. 

Terhitung sejak HUT ke-17 atau 9 Februari 2021, saya tak ikut ramai-ramai merayakan langsung di Kantor Tribun Timur, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 

Itu karena sejak Agustus 2020, saya ditugaskan mengabdi di Tribun Manado. Berkantor di Kota Manado, Sulawesi Utara. 

Tribun Timur dan Tribun Manado sama-sama media di bawah Tribun Network - Kompas Gramedia. 

Secara usia, Tribun Timur lebih tua. Media dengan slogan Spirit Baru Makassar ini terbit perdana 9 Februari 2004. 

Sedangkan Tribun Manado dengan slogan Spirit Baru Kawanua terbit perdana 2 Februari 2009. 

Saya dan beberapa teman lainnya merupakan generasi pertama yang direkrut menjadi jurnalis di Tribun Timur. 



Generasi pertama yang masih bergabung di Tribun Timur di antaranya Nur Thamzil Thahir (pemred), AS Kambie (wapemred), Muhammad Irham, Ina Maharani, Imam Wahyudi dan Ocha Alim (fotografer).

Sebagian lainnya telah ditugaskan di Tribun Network seperti Abdul Haerah (Pemred Tribun Wiki. Pernah Pemred Tribun Medan) dan Komang Agus (Pemred Tribun Bali).

Sebelum terbit, selama 6 bulan kami diberi pelatihan jurnalistik. Yang melatih adalah para suhu di lingkup Tribun Network yang dulu bernama Persda (Pers Daerah Kelompok Kompas Gramedia).

Saat itu kami banyak digembleng almarhum Uki M Kurdi (pemimpin redaksi pertama Tribun Timur) dan Kak Dahlan Dahi, pemimpin redaksi kedua Tribun Timur yang sejak Juli 2019 menjabat CEO Tribun Network sekaligus Chief Digital Officer KG Media.

Herman Darmo yang kala itu menjabat Director Group of Regional Newspaper Kompas Gramedia, Valens G Doy (wartawan senior Kompas dan mantan Pemred Harian Surya), Febby Mahendra (Direktur Pemberitaan Tribun Network) dan almarhum Achmad Subechi (mantan pemred kompas.com dan Pemred Tribun Kaltim) juga sempat melatih kami. 




Selama pelatihan, kami wajib membuat catatan harian. Setiap pagi sebelum pelatihan dimulai, kami menyerahkan catatan harian tersebut. 

Lalu Kak Dahlan Dahi akan memilih beberapa catatan harian yang menarik untuk dibacanya di depan peserta pelatihan. 

Walau hanya catatan harian, kami sangat ditekankan untuk memerhatikan judul dan isi agar dibuat logis, menggunakan bahasa Indonesia baku dan sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD).

Dahlan Dahi sangat teliti memeriksa catatan harian kami. Ia selalu saja menemukan judul dan isi tulisan kami yang keliru. 

Padahal jumlah kami saat itu lebih 40 orang. Artinya setiap hari tidak kurang 40-an catatan harian yang dibacanya. 

Selain nilai-nilai berita, kami juga diajarkan tentang konsep khas koran Tribun. 

Di antaranya tentang micro people, multi angle, sidebar,  human interest story, poin to poin, easy reading, pull out, marketable, provit oriented, dan eye catching. 

Setiap berita yang disajikan, hendaknya memenuhi kebutuhan pembaca (publik) dari sisi intelectual benefit, emotional benefit dan practical benefit.

Berita yang dibuat juga minimal menjawab pertanyaan penting pembaca. Di antaranya menjelaskan apa yang terjadi (what happened). 

Kedua, menjelaskan makna dibalik peristiwa (what does it means). Ketiga, menjelaskan apa yang mesti dilakukan pembaca (what should i do). 

Selain dari sisi berita, desain koran yang menarik dipandang mata menjadi perhatian kami. Intinya, isi (berita) dan kemasan (desan koran) sama pentingnya. 

Bagi generasi pertama Tribun Timur, poin-poin konsep berita khas Tribun tersebut sangat tertanam baik di kepala kami. 

Sebab selama 6 bulan, materi itu hampir setiap hari kami diajarkan. Lalu saat korban terbit, setiap hari kami praktikkan.

Saat koran Tribun Timur akan dicetak edisi perdana, kami semua bersemangat menyambutnya. 

Diawali dengan doa bersama. Malam sudah larut kala itu, 8 Februari 2004.

Kami semua rela menahan kantuk hingga dini hari untuk melihat koran Tribun Timur edisi perdana. 

Walau sudah 20 tahun lebih berlalu, kenangan itu masih terasa. 

Pun walau sudah tiga tahun lebih bertugas di Manado, saban perayaan HUT Tribun Timur masih selalu teringat. 

Karena setiap detik-detik Tribun Timur merayakan HUT, selalu saja ada tamu yang datang di kantor sejak dini hari. 

Mulai gubernur, wali kota, anggota DPR, akademisi, hingga rekan-rekan komunitas tak jarang sengaja datang pas pukul 00.00 WITA.




Pada siang hingga malam, kami semua larut dalam kegembiraan. Kami pun tak jarang membawa anak-anak dan istri ke kantor ikut merayakan. Kantor pun seperti hari bahagia keluarga.

Rasanya suasana seperti itulah yang sulit terlupakan saban Tribun Timur merayakan ulang tahun. 

Mengakhiri tulisan ini, berikut pantun untuk Tribun Timur:

Ke Pasar Terong beli cucur
Pulang naik Xenia
Selamat HUT ke-20 Tribun Timur
Menghadirkan lokal menjadi Indonesia


Manado, 9 Februari 2024. (JM)





Komentar